10

829 88 8
                                    

Sedari tadi Tay hanya terdiam, bahkan kertas serta dokumen yang harus ia tanda tangani tak sedikitpun ia sentuh, bahkan untuk memegang pulpen pun Tay tak mau.

Pikirannya masih melayang memikirkan bagaimana ia bisa membuat New menerima lamarannya? Dan yang terpenting, bagaimana agar New tak marah lagi dengannya? Haruskah Tay mengajak New pergi?

"Tuan?" Panggil Aye yang tak mendapat respon. "Pukul 10 pagi, Tuan memiliki rapat dengan--"

"Aye? Udah pernah dilamar belom?" Potong Tay. Aye hanya menggeleng kan kepala sebagai jawaban.

"Gua pengen ngelamar New." Lanjut Tay. Aye tersenyum mendengar itu, Aye tau Tay sudah memiliki rasa itu sejak lama, Aye mengerti, karna Tay selalu mengatakan, membicarakan, menceritakan segala tentang New.

"Tapi, gua ga tau caranya ngelamar orang." Seakan rusak sudah yang ada dalam benak Aye. Aye kira Tay sudah menyiapkan sesuatu yang romantis untuk melamar pemuda manis berkulit bersih itu.

Tay memang tak mengerti akan apapun mengenai romantis.

...

Siang itu Tay kembali ke apartemen New, melihat New yang tengah asik membaca buku, entah buku apa yang New baca, Tay tidak terlalu peduli akan buku itu.

"Kok lu kesini? Ga punya rumah?" Sindir New. Ia masih kesal saja atas kejadian pagi tadi, New bahkan masih tak ingin melihat wajah sialan Tay.

"Temenin gua, gua mau ke toko perhiasan." Ucap Tay. "Punya kaki kan? Ada mobil kan? Jalan aja sendiri." Sahut New. Tay menarik nafas seakan menahan emosi nya.

Tay seakan teringat apa yang Aye katakan padanya. "Pertama beli cincin atau bunga, kalo bisa beli dua-duanya. Dan inget! Jangan sampai emosi depan tuan New!"

Tay memasang senyum nya yang membuat New mengerutkan dari heran. "Ga usah senyum, malah keliatan serem." Gumam New yang tentu didengar jelas oleh Tay.

Tay tak bisa menahan emosi nya, sungguh! New memang ingin mencari masalah dengan Tay. "Agh!!!! Lu udah gua baik-baik in tapi malah ngatain gua serem!!!" Teriak Tay dengan mengguncang tubuh New kencang.

New melepas cengkraman tangan Tay dari bahu nya. "Lagian lu buat kesel banget!!! Gua liat muka lu aja udah bikin gua emosi!!!! Kenapa lu kesini lagi?!!!!!!!" Sahut New tak ingin kalah.

"Emang gua peduli!!! Pokoknya lu harus anterin gua!!!!" Tay bangkit dan menarik tangan New.

"Ga mau!!!! Gua lagi sebel sama lu!!!" Sahut New berusaha melepaskan cengkeraman tangan Tay. "Agh!!!! Jangan sentuh gua!!! Gua ternodai!!!!!" Teriak New tidak karuan, namun Tay tak melepaskan tangan New, masih tetap menyeret New tak peduli banyak pasang mata yang menatap mereka.

...

Dan disini lah mereka. Di toko perhiasan paling ternama di Thailand.

New masih membuang wajahnya, tak ingin melihat Tay, tangannya ia lipat didepan dada, dengan bibir mengerucut lucu.

"Kalo Tuan udah beli cincin, Tuan Tau ajak Tuan New untuk pergi kesuatu tempat yang terlihat romantis." Kalimat Aye kembali berputar dalam benak Tay.

Tay tampak memilih beberapa cincin couple, ia sempat melirik New yang tampak tidak dalam mood baik.

"Mau cincin yang mana?" Tanya Tay menyodorkan beberapa cincin.

"Ga mau! Gua mau pulang." Sahut New tak melirik cincin itu.

Tay menarik nafas panjang, menahan diri agar tidak tersulut emosi. Tangan Tay menyentuh surai New dengan sayang, berharap New akan melembut.

"Abis milih cincin, kita pulang." Jelas Tay.

"Mau nya sekarang." Sahut New sungguh menjengkelkan.

"Ya mangkanya pilih dulu cincin nya!!!" Emosi Tay meledak seketika. "Ga mau! Lagian ngapain bawa gua kesini?!"

"Gua pengen ngelamar lu! Ngerti ga sih?!!!" Sahut Tay cepat yang membuat New terdiam sejenak.

Tay ingin melamarnya? Ia sedang tidak bercanda kan?

"Tay bego!!! Lu kalo mau ngelamar gua tuh harus ada kejutannya! Jangan bawa gua buat beli cincin! Lu pernah pacaran ga sih?!!!!" New tak habib pikir, apa Tay terlalu bodoh untuk mengerti jika New menginginkan hal romantis? Sebuah kejutan yang biasa ia lihat di series.

"Gua mana pernah pacaran! Mangkanya gua pengen langsung nikah sama lu!" Sahut Tay.

Dan kembali New terdiam. Jadi, selama ini ia yang pertama? Tay tidak sedang berbohong kan?

Menarik nafas panjang untuk menetralkan pikiran New. "Lu suka cincin yang mana?" Tanya New mengalihkan pandangannya pada cincin yang ada disana.

"Yang mana saja." Sahut Tay.

New meneliti cincin-cincin itu. Meskipun tidak romantis, tapi setidaknya Tay serius akan apa yang ia ucapkan. "Gua mau yang ini, pokoknya cincin yang paling murah." Lanjut New setelah berpikir panjang.

"Kok yang murah? Gua bisa bayar--"

"Jangan boros jadi orang!" Potong New. Tay kini terdiam, memang beruntung Tay memiliki New, New tidak akan menghabiskan uangnya, berbeda dari beberapa gadis maupun pemuda diluar sana. Mungkin banyak dari mereka yang hanya mengincar uang Tay dan kekayaan Tay.

Setelah pertengkaran panjang di toko perhiasan itu, mereka segera kembali apartemen New.

Mereka masih terdiam, tak ada yang bersuara. Mereka terlalu sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Hingga Tay mengambil tangan New, menyematkan cincin itu dijari manis New tanpa meminta izin terlebih dahulu.

New sempat terkejut akan tindakan Tay. Tay sedang tidak bercanda kan? "Gua serius. Gua ga pernah main-main sama lu." Ucap Tay menjawab semua pertanyaan yang ada dalam benak New.

"Gua ga bisa romantis yang kaya lu harapin. Tapi jangan tolak gua lagi." Lanjut Tay.

"Kalo gua tolak?" Sahut New begitu saja. "Gua bakalan maksa." Tay tersenyum penuh kemenangan.

Tay menyatukan dahinya dengan dahi New. Merasa nyaman saat berada disamping New, meski mereka sering sekali bertengkar, tapi Tay menyukai kebersamaan nya dengan New. New melengkapi ruang kosong dalam hidup Tay.

Tay menatap bibir merah muda New sebelum ia memutuskan untuk mencium bibir itu dengan lembut penuh perasaan. Kali ini New membalas nya, menyalurkan perasaannya disana.

Tay menyudahi ciuman lembut penuh kasih itu. "Malem ini--"

"Ga! Pulang lu! Gua mau tidur!!" Usir New yang seakan mengerti isi kepala Tay, New masih belum siap untuk melakukan hal itu lagi, meski mereka sudah pernah melakukannya, tapi kali ini pasti berbeda. Yah... Semuanya sudah berubah bukan?

Tay tertawa melihat tingkah New, tangan Tay menarik tangan New serta pinggang New, memeluknya begitu posesif. "Ga ada penolakan." Bisik Tay dengan senyum miring nya.

Tangan New mendorong wajah Tay agar tidak terlalu dekat dengan wajahnya. "Mesum! Lu kan udah janji ga macem-macem sama gua!" Ucap New masih mendorong wajah Tay. "Gua cuman mau satu macem." Bisik Tay lagi.

"Dasar mesum!!!" Teriak New.

TBC...

30/04/21
Ni-Gun.

Bad Thing✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang