2

1K 104 18
                                    

New menghela nafas, entah sudah berapa jam ia hanya dapat menatap langit-langit kamarnya. Kapan ia bisa keluar dari sini? Satu hari disini saja New sudah tidak tahan, ingin bunuh diri tapi ia ingat masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan. Tapi siapa peduli? Toh jika New mati sekalipun mungkin hanya dua sahabatnya yang datang.

Pintu terbuka, memperlihatkan pelayan datang dengan membawa makan siang. New langsung mengambil posisi duduk.

"Bibi? Punya tali tambang ngga?" Tanya New. Wanita paruh baya itu menatap New bingung.

"Untuk apa Tuan?" Tanyanya sopan.

"Pengen bunuh diri, ga kuat tinggal disini lama-lama." Sahut New ngawur.

"Bawa anak ku, baru kamu boleh mati." Lagi? New sudah muak sekali mendengar kalimat itu, harus berapa kali New katakan jika ia tak memiliki anak? Menikah saja belum, jangankan menikah, berpacaran saja New tidak pernah.

Pelayan yang mengantar makanan itu pergi sebelum ia diusir oleh Tay, mungkin Tay tidak hanya mengusir keluar kamar, tapi keluar dari rumah mewahnya.

"Ini sudah setengah hari, tapi seperti nya Tuan New Thithipoom tidak ingin membawa anak ku kemari."

"Sepertinya Tuan Tay begitu bodoh hingga meyakini laki-laki seperti ku mengandung anak Tuan." Sindir New.

Tay mendorong tubuh New, menindihnya dengan kedua tangan New yang ia tahan diatas kepala New. "Tuan New seperti nya tidak mengenal siapa aku, apa yang aku yakini harus ada, tak peduli sekalipun itu mustahil." Ucap Tay.

"Dasar orang gila! Mau maksa gua buat punya anak dari lu juga ga bisa--" New tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, karna kini mulutnya sudah di bekap menggunakan bibir tipis Tay, lidah Tay bermain didalam rongga New.

New tentu memberontak, mana mau ia diperkosa lagi. Rasa sakit yang ia terima semalam saja masih bisa ia rasakan, dan sekarang ia harus menerimanya lagi? Sungguh orang gila!

"Tuan New masih yakin tidak mengenal ku?" Tanya Tay. New mengatur nafasnya, matanya menatap Ngalang Tay.

"Gua ga mau kenal sama orang gila sex kaya lu! Dasar cabul! Mesum! Isi otaknya cuman tentang sex doang! Nyium gua sembarangan! Emang gua apaan! Gigolo?!!!" Maki New.

Entah sudah berapa makian yang Tay dapatkan dalam waktu setengah hari ini, sungguh menguji kesabaran seorang Tay.

"Minggir!! Kalo ga gua teriak nih!!! Tolong ada orang gila cabul!! Tolong New yang ga berdosa ini!!!" Teriak New yang semakin membuat Tay kesal. Tay bukan tipe orang yang penyabar, ia bisa saja marah pada New, membuat beberapa pelajaran agar New tidak terlalu banyak tingkah.

Tay kembali mencium bibir New, membuat suara New teredam. Sungguh sial! Kenapa bisa New ketemu sama orang cabul macam Tay? Dosa apa yang New buat di masa lalu hingga kini New harus menebus kesalahannya itu.

Tay menyudahi acara ciumannya, matanya menatap New yang kini mengatur nafas dengan wajah yang tidak berdaya, sungguh menggoda Tay.

New kini sudah pasrah, bahkan saat Tay merobek pakaiannya, memaksa New untuk segera melepas celananya. Mungkin memang seperti ini takdir New, bolehkan New berharap jika ini hanya mimpi buruk? Saat New terbangun nanti, mimpi ini juga berakhir.

...

New terbangun, tubuhnya sungguh akan remuk. Ia turun dari ranjang, memakai pakaian yang sudah disediakan di atas nakas. Setelahnya New mencoba untuk pergi, membuka pintu kamar yang tak terkunci.

New melihat dari atas sana, suara Tay yang menggelegar memenuhi seluruh penjuru rumah.

"Masak aja ga becus! Ngapain masih kerja disini!? Keluar! Kalian semua saya pecat!!! Bikin makan malem aja ga menggugah selera!!" Omel Tay pada semua koki yang telah ia pekerjakan selama satu hari itu.

Bad Thing✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang