12

33.9K 4.1K 71
                                    

"Gus ! Ning Ameera dimana ?" Teriak umi saat Gus Rafa baru saja masuk rumah

"Dipondok Mik,ada apa ?"

Bukannya menjawab,Umik malah menangis. Lantas menampar pipi Gus Rafa. Ini pertama kali setelah sekian tahun,Umik menampar Gus Rafa

"Kamu masih tanya ada apa Gus ? Masih tanya ? Kabarnya sudah gempar di seluruh pesantren dan kamu tanya ada apa ?"

"Allohul Kariim Gus ! Ning Ameera dilecehkan ! Istrimu Gus ! Istrimu dilecehkan laki laki lain !"

Umik menangis sesenggukan. Sedangkan Rafa menatap kosong ke depan.

"Andai kamu ga larang Ning Ameera buat mundur saat ngaji tadi. Pasti semua ini ga akan terjadi ! Umik kecewa Gus ! Umik kecewa sama kamu !"

"Sabar mik sabar ! Istighfar istighfar" ujar Abah menenangkan umik yg sedang hilang kendali

"Umik mau ketemu Ning Ameera Bah ! Umik mau mastiin keadaannya"

"Iya,Umik boleh lihat Ning Ameera. Tapi lihat kondisi Umik dulu,jangan sampai membuat santri lain khawatir"

Umik mengangguk pelan. Meyakinkan suaminya itu bahwa dia baik baik saja. Lantas pergi menemui seseorang yg sejak tadi ia khawatirkan.

"Ning Ameera digoda 3 santri yg kamu bebaskan begitu saja. Bukan begini mendidik istrimu Gus ! Bukan dengan kekerasan,bukan dengan hardikan. Cukup percayalah apa yg ia lakukan. Semua orang bisa berubah Gus,itu juga tidak menutup kemungkinan bahwa Ning Ameera juga bisa berubah"

"Dengarkanlah ceritanya,baru putusan. Jangan langsung memutuskan sesuai dengan yg kamu lihat"

"Wajar Umik kecewa,wajar Umik marah. Ning menantu satu satunya Umik. Putri satu satunya Umik. Seburuk apapun Ning"

"Istirahatlah,Abah lihat hari ini kamu berantakan. Biar Abah yg urus"

"Abah ga marah sama Rafa ?" Cicit Gus Rafa pelan

"Abah marah,bukan kepada Rafa tapi kepada Abah sendiri yg belum bisa mendidik Rafa dengan benar. Maafin Abah yha Gus"

Abah beranjak pergi sembari mengusap air matanya cepat. Merasa telah gagal mendidik putra semata wayangnya itu.

Hancur lebur hati Rafa. Hari ini dia sudah menumpahkan air mata orang orang yg ia sayang.

"Bukan Abah yg salah, Rafa yg ga becus jadi suami" lirih Rafa

_

Ameera terbangun dari tidurnya. Sejak kejadian yg menimpanya itu, Vani menyuruhnya untuk tidur. Sejenak melupakan semuanya.

Vani mengetahui segalanya dari salah seorang santriwati yg kebetulan akan mengambil kitabnya yg tertinggal dan tidak sengaja melihat semuanya. Namun dia juga tidak berani menolong Ameera.

Ameera melirik jam,sudah tengah malam ternyata. Ia beranjak dari tempatnya. Entah kenapa perasaannya tiba tiba tidak enak. Dan ia ingin bertemu suaminya,iya Gus Rafa

Selama menuju ndalem,Ameera menutupi sebagian wajahnya. Entah kenapa,ia masih sedikit ragu untuk bertemu orang orang lagi.

"Ning ?"

"Abah ? Belum tidur ?" Kaget Ameera

"Gimana Abah mau tidur,klo belum tau keadaan putri Abah yg satu ini"

Ameera mendekati Abah dan memeluk Abah erat. Mengatakan bahwasanya dirinya baik baik saja

"Abah,putri Abah yg satu ini kuat kok"

"Jaga diri baik baik yha Ning,udah cukup sekali Abah kecolongan"

Ameera mengangguk anggukan kepalanya. Mengangkat tangan telunjuk dan tengahnya.

"Mas Gus udah tidur Bah ?"

Abah tersenyum simpul. Menatap Ameera kagum. Terbuat dari apa hati menantunya ini ?

"Sepulang dari pondok,Umik marah besar pada Gus Rafa. Abah menyuruhnya istirahat,karena Abah lihat Gus Rafa sangat berantakan hari ini. Dan setelah itu Abah belum melihatnya lagi"

"Besok biar Ameera jelaskan pada Umik klo Ameera baik baik saja. Abah sekarang tidur,Ameera mau naik cari Mas Gus"

Abah beranjak dari kursinya. Menatap penuh arti Ameera lantas menuju kamar.

Ameera masuk kamar tanpa mengetuk pintu,takut sang empu terganggu karena ketukannya.

Tapi lihat,tidak ada satu manusia pun yg ada didalam kamar. Ameera mulai dilanda khawatir. Hingga ia baru sadar bahwa pintu balkon kamarnya terbuka. Kemungkinan besar Gus Rafa ada disana

Dan ternyata benar saja. Gus Rafa tertidur di kursi depan balkon. Membiarkan sapuan angin membelai lembut wajahnya.

"Mas Gus,ayo pindah  ke dalam. Diluar dingin"

"ASTAGFIRULLAH !" Sentak Ameera saat menyentuh kening Gus Rafa

"Mas Gus,bangun. Ayo pindah ke dalam. Sudah malam" ucap Ameera pelan sembari mengelus dahi Gus Rafa pelan

Mata Gus Rafa terbuka pelan. Menatap Ameera kaget lantas memeluk istrinya itu.

"Maaf" lirih Gus Rafa

Ameera menepuk punggung suaminya itu perlahan. Suhu tubuh Gus Rafa diluar suhu normal.

"Ayo masuk,Mas Gus tidur didalam aja"

Ameera menuntun Gus Rafa menuju tempat tidur. Membantu mencari posisi yang nyaman untuk suaminya itu.

"Mas Gus udah makan ?"

"Belum"

"Ameera ambilkan yha,habis itu minum obat"

Rafa mengangguk pelan. Ameera melangkah menuju dapur, mengambilkan makanan yg telah ia masak tadi sore

Dibantu Ameera Gus Rafa merubah posisinya dari tidur menjadi setengah duduk. Ameera menyuapi suaminya itu perlahan hingga tandas. Tanpa pembicaraan apapun

"Aawwhhhh" desis Gus Rafa

"Pusing banget ya Mas ? Ini diminum dulu obatnya"

Gus Rafa menurut meminum obat yang diberikan Ameera. Kemudian kembali berbaring. Matanya sudah dipaksakan untung tidur namun pusing itu sangat menganggu.

Ameera bangkit dari duduknya. Perlahan mengangkat kepala Gus Rafa lalu diletakkan kembali di atas pahanya. Tangannya mengelus pelan rambut Gus Rafa

"Kalau ada masalah itu cerita. Jangan dipendam sendiri. Anggap aja ameera sahabatnya Mas Gus. Kalau ga bisa cerita sama Ameera, setidaknya cerita sama orang yang Mas Gus percaya"

"Jangan sakit ya Mas Gus ! Ameera sedih kalau mas Gus sakit"

Ameera melihat Gus Rafa yang ada di pangkuannya tengah tertidur pulas. Abah benar,Gus Rafa sepertinya sedang tidak baik baik saja

Ameera menatap suaminya itu lama. Menikmati keagungan Allah lewat wajah suaminya itu. Tangannya terus mengusap kepala Gus Rafa

"Maaf Mas,maaf"

Pelan nan pasti buliran bening tidak bisa ditahan Ameera. Ameera meletakkan kembali kepala Gus Rafa di bantal,lantas menyelimutinya.

Ameera menuju balkon. Melihat bintang bintang yg menemani saat ini. Sepertinya ia harus beristirahat sejenak. Ia baru sadar, hidupnya akan sedikit lebih sulit dari biasanya. Bukan karena apa,Gus Rafa benar

Gimana Ameera mau jadi contoh. Kalau berkata baik saja belum bisa.














Tbc

Astagfirullah Gus ! (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang