Di hadapannya saat ini sebuah rumah besar dan sangat mewah. Mobil hitam Rubicon yang di setir oleh Lova mulai masuk ke dalam halaman rumah itu.
Cewek itu sempat menyapa penjaga gerbang rumah besar tersebut. Rumah Papanya.
Rio sedari tadi hanya mendengarkan musik melalui earphone-nya sambil memejamkan mata, tidak berniat untuk membuka mata.
"Udah sampai." ujar Lova setelah memarkirkan mobilnya itu.
Ia menoleh kesamping dan melihat sang adik yang masih setia memejamkan mata dan dua earphone yang menyumbat telinganya.
"Hem.. pantas budek jadinya enggak dengar." ucap Lova lalu menghela nafas.
Lova menarik earphone kanan cowok itu, reflek Rio membuka mata dan menoleh kearah Lova.
"Bisa enggak sih kak, lo sehari enggak gangguin gue?" Rio mendengus kasar dan mengambil earphone di sebelah telinga kirinya.
"Kita udah sampai di rumah Papa makanya gue bangunin lo, udah cepet turun!" Tegas Lova seraya membuka pintu mobilnya dan Rio pun ikut keluar dari mobil dengan malas.
Bahkan membanting pintu mobil itu saja seperti tidak ada tenaga yang keluar.
Lova berjalan santai menuju pintu rumah, Rio berjalan sempoyongan seperti orang yang baru bangun, nyawanya baru setengah. Pintu itu terbuka dan menampakkan kekosongan.
Tidak ada orang.
Lova berkacak pinggang di depan pintu masuk, menatap sekitar.
"Ini rumah masih ada orangnya enggak sih? Kok sepi, kaya kuburan lagi." ujar Lova sambil melangkah masuk.
Rio mendengus dan berkata, "Kek lo enggak tau aja." Ia ikut masuk dan langsung duduk di sofa ruang tamu, rebahan lagi.
"Yang lain mana?" Tanya Lova lagi yang datang dari arah dalam rumah itu.
Rio hanya mengendikkan bahunya walaupun rebahan, ia tidak tau kemana para penghuni di rumah itu. Mungkin hanya ada pembantu saja, bahkan juga kadang rumah ini seperti rumah kosong dari luar.
Lova ikut duduk di sofa dan berhadapan dengan Rio yang merebahkan badannya, sekarang ia memejamkan nya.
"Lova, Rio."
Suara itu datang dari arah pintu masuk. Seorang pria dengan setelan jas nya berjalan mendekati mereka dengan senyuman.
"Papa!" Lova langsung mendekati pria yang merupakan Papanya dan terjadi lah acara peluk-pelukan yang malas untuk Rio lihat.
"Apa kabar kamu?" Tanya Sergio yang menatap anak perempuannya yang sudah bertumbuh dewasa itu dan semakin cantik.
"Baik dong, papa gimana?" Tanya Lova.
"Iya, baik juga. Oh ya, kenapa kamu enggak kabarin papa?"
"Bukan kejutan dong namanya kalau di kasih tahu ke Papa." Lova terkekeh manis dengan Sergio yang mengusap pelan kepala anak perempuan kesayangannya.
Ia melirik kearah cowok tampan yang sedang duduk santai tanpa berminat untuk bergabung dengan mereka.
"Rio, kamu apa kabar?" Tanya Sergio.
"Baik." Jawaban singkat yang di berikan olehnya.
Sergio menghela napas pelan, sedikit kecewa dengan jawaban Rio yang terlampau singkat dan setelah itu tidak melanjutkannya lagi.
Anak dan bapak itu masih berdiri, kembali lagi Sergio bertanya kepada anak pertamanya. "Kamu sampai kapan di sini, Va?"
"Sampai aku bosan," tawa Lova. "Enggak, canda pa, rencananya sih mau netap di Indonesia lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Trouvaille
Novela Juvenil[On going] --- Gantungan kunci itu sangat berharga, bahkan tidak bisa tergantikan oleh apa pun. Itulah yang terjadi dengan Michell, anak baru di sekolahnya dan sudah menjadi tutor untuk Rio yang sering disebut sebagai, mostwanted dan akan bersamanya...