Rooftop |3

55 9 7
                                    

Rasanya ia tidak ingin berbicara dengan siapa-siapa hari ini, moodnya sedang sangat buruk.

Michell masuk kedalam kelasnya, 12 IPA-1. Disana di dalam kelas itu, hanya ada beberapa orang saja yang berdiam diri dikelas. Salah satunya Jov yang sedang asik membaca novelnya dan mengunyah permen karet, entah kemana ketiga cewek lain itu.

Gadis itu meletakkan tasnya di bangku, ia duduk dan langsung menelungkupkan kepalanya di lipatan tangannya.

Jov yang berada di belakang gadis itu menatapnya, tumben ia seperti itu.

"Chell, Michell."

Tidak ada jawaban dari empunya nama.

"Chell-"

Panggilan Jov terpotong oleh Fanya. "Chell, lo kapan dateng. Pokoknya sekarang lo harus cerita."

Gadis itu masih diposisi yang sama, tidak bergerak sama sekali.

Fanya menatap Jov, dengan bibir yang bergerak tanpa ada suara kenapa Michell?

Jov hanya mengangkat bahu tidak tau lalu kembali fokus ke novelnya.

"Chell lo kenapa sih?" Afanda duduk di hadapan gadis itu.

Gadis itu menggelengkan kepala tetap diposisi menelungkup kepala.

"Kenapa sih Chell, gue kepo." Fanya membujuk Michell untuk berbicara.

"Kalau ada masalah cerita." ucap Bella.

Michell mengangkat kepalanya, ia menetralkan dahulu cahaya yang masuk ke matanya.

"Iya bener tuh kata Ella, daripada di pendam nanti sakit." sahut Jov dengan tatapan masih ke novelnya.

"Dasar bucin!" celetuk cowok yang baru saja datang kearah lima cewek itu.

"Lagi pada bucin ya?" Cowok itu tersenyum, yang menyebalkan bagi mereka.

Pletak..

Buku novel yang di pegang Jov itu mengarah ke kepala cowok tadi, ia meringis sambil mengusap kepalanya.

"Datang datang nyebut orang bucin, tau rasa tuh." Jov menjewer telinga nya.

"Aduh, aduh sakit." ucap Adriel sambil berusaha menjauhkan telinga dari jeweran itu. Jov melepaskannya.

Keempat cewek itu terkekeh.

"Pantes gue cari kemana ternyata lo sudah disini. Eh, telinga lo kenapa? Merah banget bro." Levan datang dengan sebuah botol minum di tangannya.

"Biasalah Van, mereka dua kan tukang bucin yang nggak pernah akur." sahut Afanda dengan kekehan.

Jov menatap tajam cewek itu dan langsung saja Afanda menyembunyikan wajahnya karena takut dengan tatapan gadis tomboy yang tajam itu.

"Ini nih dateng dateng bilang orang bucin." Jov menunjuk Adriel.

"Lah iya kan lo tadi ngebucin." jawab Adriel masih dengan mengusap telinganya.

"Gue jawab omongan Bella." Jov kembali membuka novelnya.

"Adriel, gue gemes deh sama lo sampai sampai pengen di jatuhin ke jurang." Fanya melanjutkan omongan Jov.

"Entar populasi orang ganteng menurun kalau gue hilang." jawab Adriel sambil menyisir rambutnya kebelakang, sedangkan Levan ia menggeleng kepalanya, mengapa ia mesti punya sahabat seperti Adriel.

"Lebih ganteng juga Rio daripada lo." jawab Afanda yang mampu membuat Michell tersenyum tipis.

"Setuju." Levan menjawab.

TrouvailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang