Jam dua |9

12 4 5
                                    

Trak.

Teng.

Byur.

Tess.

"Siapa sih pagi-pagi ganggu tidur gue." Rio menatap kesal kearah pintu kamar apartemennya. Pagi-pagi begini sudah ada yang menggangu. Hari ini libur jadi ia bisa tidur sepuasnya tapi sepertinya cowok itu tidak akan bisa tidur lagi.

Rio menyibak selimutnya yang menutupi badannya. Cowok itu duduk di tepi ranjang sambil mengusap lehernya yang sakit, mungkin salah posisi saat tidur.

Trang.

Suara ribut dari luar kamarnya masih terdengar. Cowok itu berdecak seraya berdiri setelah tubuhnya sudah kuat untuk menopang. Ia membuka pintu kamarnya dan melihat kearah dapur.

Krek.

Decitan keran air mengakhiri keributan itu. "Pagi." Cewek itu tersenyum manis sambil menaruh piring besar berisi nasi goreng di meja memanjang itu.

Rio melongo ketika dapur yang kemarin malam ini masih bersih, kini berantakan oleh berbagai macam benda. Lap kotor, beberapa saus mengotori lantai, air membasahi meja, teflon kotor, dan nampan, pisau juga sisa kulit bawang yang masih ada di atas meja.

"Kakak," Rio menatap cewek itu, ia hanya terkekeh.

"Iya tau, nanti gue bersihin. Sekarang duduk dulu." Cewek itu menyuruh Rio duduk di kursi bar stool.

Rio menghembus nafas perlahan dengan mengusap wajahnya. "Habis ngapain sih, kak? Sampai kotor gini." Lova nyengir lebar.

"Ya, masak lah, emang apa lagi? Lagian bahan-bahan masakan lo pada kemana sih?" Lova berucap santai, cowok itu menghela nafasnya dan memijat pangkal hidung mancungnya. "Bahkan itu alat-alat lo ada yang beberapa enggak ada, untungnya gue pintar gunain alat lain."

Rio merotasi matanya, "Ya gue terkadang jarang makan di rumah, tapi mesti dapur gue hancur gitu?" Jari telunjuk Lova berada di bibir Rio, menyuruhnya agar diam.

"Sssttt.. diem, iya nanti gue beresin dan lagian karena lo libur bantu gue aja." Cewek itu melangkah pergi dari dekat Rio.

Rio menatap jengah kearah kakak perempuannya itu. Kenapa kakaknya ini menjadi lebih menyebalkan daripada sebelumnya? Faktor belum punya pacar, mungkin. Cowok itu pun melahap nasi goreng yang sudah di siapkan kakaknya itu.

"Kak," panggil Rio.

"Hem, kenapa?"

"Lo nggak ke rumah Papa?"

"Setelah semua ini beres gue ke sana, lo mau ikut?"

"Iya."

"Tumben," Rio menghela nafasnya.

"Gue mau belajar." Lova yang tadi sedang membersihkan piring kotor itu lantas menengok kearah adik cowoknya.

"Apa? Gue nggak salah denger kan?" Rio menatap jengah cewek itu.

"Lo nggak salah denger." Rio menyuap nasi goreng ke mulutnya lagi.

"Bener?" Cowok itu mengangguk.

"Nggak bohong."

"Iya."

"Masa?"

"Gue beneran kak Lovata Auristela yang cantik dan masih jomblo atau single?" Ucapan terakhir Rio membuat cewek itu menatap dirinya tajam. Lova kembali fokus ke tugasnya.

"Jadi tutor lo siapa, cewek apa cowok?"

"Cewek."

"Serius?" Rio mengangguk lagi.

TrouvailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang