Penasaran? |7

71 7 8
                                    

"Tumben baru datang lo bro." Ucap Adriel sambil memainkan play station bersama Levan.

Jika bertanya mereka dimana, mereka ada di sekolah tapi ini adalah basecamp milik ketiga cowok itu. Wilayah orang-orang tampan, itu nama yang di buat oleh Adriel. Ruangan yang berada di gudang sekolah yang sudah tidak terpakai, lalu dengan inisiatif tinggi dari Levan maka terbentuklah markas ini, dan Adriel yang memasukkan dan menyusun semua barang ke ruang itu.

Barang-barang disitu tidak memakan banyak tempat. Hanya ada sofa didekat pintu masuk, dispenser galon, TV yang di tempelkan di dinding dengan play station 3, dan jangan lupakan sebuah dapur mini untuk memasak makanan jika ingin memakan mie instan.

Cowok itu duduk di sofa panjang itu, merebahkan dirinya yang capek berjalan dan tidak lupa ia sebuah bantal kecil untuk tidur. Ia menutup matanya dengan pergelangan tangan.

"Darimana?" Tanya Levan sambil menatap layar besar itu.

"Jalan-jalan," ucap Rio dengan suara pelan tapi masih bisa didengar.

"Nemu yang cantik nggak?" Saat bermain saja Adriel sempat-sempat nya bertanya cewek cantik yang ada di sekolah.

"Ada." jawab Rio lagi.

"Dimana? Kelas mana? Cantik banget nggak-"

"Disekolah lain." Potong Rio karena capek dengan pertanyaan Adriel.

Rio masih setia dengan posisi tangan menutupi matanya dan saat itu sebuah benda mendarat kearahnya. Ia refleks terduduk, ternyata itu sebuah bantal.

"Ck. ngajak gelut lo." decak Adriel kesal.

Rio kembali tiduran, "lah iya kan gue mengatakan yang sebenarnya, sekolah lain masih ada populasi cewek cantik dan cari sendiri sana." Rio melemparkan kembali bantal mini itu kearah Adriel dan mengenai kepala cowok itu sehingga ia kalah.

Adriel menaruh kasar konsol game itu, "gue kalah! Dikit lagi bakal menang." Adriel menatap Rio sinis tapi Rio hanya memejamkan matanya untuk beristirahat. Tau jika sahabatnya itu kesal tapi cowok itu biarkan saja, jahat memang.

"Apa?" Adriel menggeram karena Rio menjawab singkat dengan gaya tiduran, rasanya Adriel ingin mencabik sahabatnya itu. Untung saja Levan menengahi mereka.

Permainan mereka pun berakhir, dengan Levan yang mencetak skor tinggi. Adriel bangkit dan duduk di sofa yang diduduki oleh Rio.

"Lo dari kemarin nggak ngumpul terus, kemana sih?" Tanya Adriel.

Rio mendudukkan dirinya di sofa, mencari kenikmatan dengan bersandar di sofa empuk itu.

"Ada urusan." Jawab Rio.

"Kemana? Tumben." Adriel penuh selidik.

Rio menghela nafas, "ada aja."

Saat itu pun Levan datang dengan tiga botol minuman dari kulkas mini disitu.

"Thanks." jawab kedua cowok itu dan Levan ikut duduk mendengarkan pembicaraan itu.

"Urusan apa sih sampai sibuk?" Tanya Levan membuka suara.

"Ada aja." Jawaban sama yang Rio berikan lagi.

"Kita penasaran."

"Jangan terlalu kepo." ucap Rio pelan sambil berdiri dari sofa itu.

Adriel menahan bahu cowok itu. "Sahabat mesti tau tentang sahabatnya, kan?" Rio menyingkirkan pelan tangan Adriel dari bahunya.

Ia berjalan kearah pintu untuk keluar, langkahnya terhenti di depan pintu sambil menggenggam gagang pintu itu. "Nggak sekarang, kalian nantinya bakal tau juga, tunggu aja." Langsung saja cowok itu keluar meninggalkan kedua sahabatnya yang menatapnya penuh rasa penasaran.

TrouvailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang