23 Oktober . . .
Hari dimana misi dari Ray dilaksanakan tiba. Seharusnya Lizz yang turun ke lapangan untuk menjalankan misi ini. Akan tetapi, Lizz sudah memutuskan untuk tidak membantu Ray lagi. Kali ini, Lizz malah menghubungi rekannya di organisasi untuk mengirimkan penjaga ke tempat tujuan Ray.
Di lain tempat, Ray menatap jam tangannya dengan perasaan gusar. Ia sudah berkali-kali menghubungi Lizz, namun tidak satupun teleponnya yang diangkat.
"Lizz! Berani-beraninya dia mempermainkanku," ujar Ray sambil mengeratkan kepalan tangannya.
Tenggat waktu misi ini adalah tanggal 23 Oktober pukul 11 malam ini. Ray diwajibkan menyerahkan berkas dari gedung di Jl. Axxxxxx no. 13 itu kepada para petinggi organisasi saat mereka mengadakan perkumpulan di tempat rahasia. Dan saat ini waktu telah menunjukkan pukul 8 malam. Hanya 3 jam tersisa sebelum tenggat waktu tiba.
Setelah melihat bahwa tidak ada tanda-tanda dari Lizz, Ray memutuskan untuk pergi menjalani misi itu sendiri. Ia mampir ke markas Rocky Rock untuk mengambil beberapa peralatan dan senjata untuk berjaga-jaga. Kemudian, ia memacu motornya dengan kecepatan di atas batas wajar. Jarum spidometernya terus bergerak naik hingga mencapai kecepatan maksimum. Oleh karena itu lokasi misi yang harusnya ditempuh dalam waktu lebih dari satu jam dapat ditempuh Ray dengan waktu setengah jam saja.
Sesampainya di gedung itu, Ray memarkirkan motornya di tempat yang agak jauh untuk menyembunyikan motornya. Lalu, ia berjalan mengendap-endap melalui basement gedung dengan pakaian serba hitam yang menyamarkan keberadaannya di tengah kegelapan.
Ray mengeluarkan pistolnya dan mengenggam pistol itu di balik punggungnya. Matanya menatap kiri-kanan dengan was-was. Ray berhasil melewati basement yang gelap dan masuk ke gedung dengan selamat dalam waktu lima belas menit.
Napas Ray terdengar terengah-engah sesampainya ia di dalam gedung. Hal itu bukan disebabkan oleh kelelahan melainkan aliran adrenalin yang membuatnya sedikit gugup. Sebagai leader dari Rocky Rock, Ray sudah banyak menyelesaikan misi berbahaya. Tetapi kali ini Ray merasa ada yang berbeda. Sejak ia menginjakkan kakinya di basement gedung, ia merasa diperhatikan oleh seseorang. Namun, Ray sama sekali tidak menemukan tanda-tanda keberadaan orang di sekelilingnya.
Ray berusaha tidak memikirkan kemungkinan dirinya diawasi dan terus berjalan menuju tangga darurat. Ray melangkahkan kakinya menyusuri tangga darurat itu dari lantai dasar hingga lantai 4.
"Akhirnya aku sampai di lantai 4. Wait, ada yang aneh. Kenapa aku merasa lelah hanya dengan naik tangga ke lantai 4?? Dulu aku tidak selemah ini." Keluh Ray sambil memegangi kakinya yang terasa lelah.
Ray meraih gagang pintu dan masuk ke sebuah ruangan berisi lemari loker bertingkat. Ray mencari nomor loker yang tertera pada kertas informasi yang dibawanya.
"Nomor 402...," gumam Ray. Jarinya menyusuri barisan loker-loker di depannya.
Tidak butuh waktu lama, Ray pun menemukan loker yang dicarinya. Dia mengeluarkan sebuah palu untuk menghancurkan gembok loker itu. Namun saat Ray sedang mengangkat palunya, tiba-tiba gerakannya terhenti. Secara reflek, Ray memutar pandangannya ke belakang.
"Rasanya ada yang memperhatikanku."
Ray berjalan mengendap-endap ke balik pintu ruangan dan menunggu orang yang mengawasinya untuk masuk. Ia mengambil pistol dari tasnya untuk berjaga-jaga.
Di pintu bagian luar, Lizz sedang berdiri siap menerobos masuk ke dalam ruangan. Lizz menghitung waktu lima detik di dalam hati dan langsung menerobos masuk.
DOR
Sebuah tembakan dilepaskan Ray sesaat setelah Lizz masuk. Lizz segera berguling ke samping untuk menghindari peluru yang ditembakkan. Akan tetapi karena jarak tembakan yang sangat dekat, peluru itu mengenai lengan Lizz. Darah langsung mengucur dari luka Lizz yang terbuka.
Lizz tidak mau mengambil resiko lebih lanjut. Dia segera mendekati Ray dan memukul Ray dengan tangan kosong. Ray berhasil menghindari pukulan Lizz dan membalas dengan kembali menembakkan pistolnya. Kali ini Lizz sudah mengantisipasi tindakan Ray. Sebelum Ray menekan pelatuk pistol, Lizz sudah berlindung di balik kursi yang ada di ruangan itu.
DOR
Saat melihat Lizz yang bersembunyi, Ray menembakkan pistolnya ke arah bangku tempat Lizz bersembunyi berkali-kali. Ia juga terus mendekati bangku itu langkah demi langkah. Saat posisi Ray hanya tinggal beberapa langkah dari kursi itu, ia memutuskan untuk berlari dan mengejutkan Lizz yang berada di balik kursi dengan serentetan tembakan.
DOR DOR DOR DOR DOR
Betapa kagetnya Ray saat melihat ternyata Lizz tidak berada di balik kursi itu. Ia membalikkan badannya dan melihat Lizz yang ternyata berada di belakangnya. Ray mengangkat pistolnya dan menekan pelatuk pistol itu. Namun tidak ada peluru yang keluar. Peluru di pistol itu rupanya sudah habis.
"Sh*t!!" Ray memandang pistol di tangannya dengan pandangan horor.
Lizz yang melihat itu hanya tersenyum manis pada Ray. Dia mendekati Ray yang berdiri mematung di depannya dan memukul tengkuknya. Kejadian itu berlangsung begitu cepat sehingga Ray tidak mampu berkutik sama sekali. Ray hanya mampu menatap marah ke arah Lizz sebelum dirinya benar-benar kehilangan kesadaran.
Sesudah itu, Lizz mengambil berkas di loker nomor 402. Dia juga meletakkan sebuah kotak di dalam ruangan dan memindahkan tubuh Ray ke dalam mobilnya.
"Kalau saja dia tidak berguna untuk menjadi alibiku, mungkin aku akan meninggalkannya di basement gedung saja. " Lizz mengangkat tubuh Ray dan memasukkannya ke mobilnya dengan susah payah.
Dari segi proporsi tubuh memang Ray tampak jauh lebih besar dan kekar daripada Lizz. Lizz yang hanya memiliki berat 60 kilogram dan tinggi 168 cm jauh lebih kecil daripada Ray yang memiliki berat 85 kilogram dengan tinggi 189 cm. Namun keahlian dan pengalamanlah yang membuat pertarungan mereka hanya berlangsung singkat.
Semahir-mahirnya Ray dalam berkelahi, dia hanya seorang anak SMA yang tinggal di perkotaan yang damai. Walaupun bekerja sama dengan mafia sekalipun, Ray tidak pernah terlibat langsung dalam perang. Yang dilakukan Ray selama ini hanya melakukan misi kecil dari para mafia dan mendapat imbalan berupa uang, senjata, atau barang-barang ilegal lainnya. Kebanyakan dari misi itu berupa pencurian, penculikan, pengancaman, dll.
Lizz menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas. Sebelum mobil Lizz meninggalkan area gedung, ia menekan sebuah tombol dan seketika ada sebuah ledakan dari ruangan loker di lantai 4.
Lizz menghubungi penjaga yang ditugaskannya untuk menjaga gedung dengan sebuah walkie talkie.
"Black 01, Black 01. Ada suara mencurigakan dari bagian Barat gedung, " ujarnya dengan nada panik.
"Squad 03 sudah bergerak untuk memeriksa. Kelihatannya pelaku penyusupan meledakkan ruangan di lantai 4. "
"Cepat temukan pelakunya! Siapa tahu dia belum bergerak jauh, " perintah Lizz.
"Baik."
Sudut bibir Lizz tertarik ke atas membentuk senyuman kecil. Lizz melirik Ray yang terikat di kursi mobilnya dan bergumam, "Someone should be responsible for all of this, isn't it? Even if it's not the real culprit."
To be continue
Terima kasih untuk para pembaca yang masih menunggu update-an HG. You guys are the best. I hope you enjoy the story of this chapter. See you all in the next chapter. :))
KAMU SEDANG MEMBACA
HEROIC GIRL
AcciónLizz adalah gadis yang bertarung di garis depan perang. Memakai senjata adalah kesehariannya, berperang adalah rutinitasnya. Lalu, apa yang terjadi ketika tiba-tiba ia dikirim untuk bersekolah di sekolah umum? ***...