04 - II

2.8K 355 2
                                    

Lizz menatap Ryan dengan tatapan menyelidik. Matanya meneliti ekspresi wajah Ryan. Lizz bisa saja merekomendasikan Ryan bekerja di tempat kerjanya. Tetapi sebelum itu ada beberapa hal yang harus Lizz pastikan. Salah satunya adalah niat sesungguhnya dari Ryan.

Jika Ryan ternyata bekerja di tempat Lizz sebagai mata-mata musuh, Lizz dapat dituduh sebagai kaki tangan musuh. Jika itu terjadi, tidak hanya teguran atau peringatan saja yang didapat. Tidak berlebihan jika mengatakan bahwa Lizz mempertaruhkan kepalanya ketika merekomendasikan Ryan.

Lizz adalah seorang tentara. Dia adalah orang yang setia kawan. Dia bersedia membantu Ryan karena dia terlihat mirip dengan Dylan sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa Ryan adalah saudara jauh Dylan. Namun, Lizz adalah orang yang tidak terpaku pada masa lalu. Dia hidup demi masa depannya. Dia tidak bisa mempertaruhkan masa depannya untuk masa lalu. Oleh karena itu Lizz mencoba mengambil keputusan dengan bijak terhadap Ryan.

"Yang kau inginkan adalah kehidupan normal, bukan?" Tanya Lizz.

Ryan mengangguk cepat.

"Berapa usiamu?" Tanya Lizz lagi

"18 tahun." Jawab Ryan.

"Kita hampir seumuran. Kalau begitu, bagaimana kalau kau ikut bersekolah saja denganku? Kau ingin hidup normal bukan?" Usul Lizz.

Ketika mendengar usia Ryan, tiba-tiba Lizz mendapat ide itu. Jika Ryan menjadi murid sekolah bersamanya, resikonya tidak akan terlalu besar. Setidaknya ketika Ryan ternyata tidak seperti perkiraan Lizz, dia masih dapat mengatasinya karena Lizz akan mengawasinya dari dekat.

Selain itu, jika Ryan bersekolah disini dia tidak perlu bekerja sebagai agen. Lizz hanya perlu meminta bantuan kepada atasannya tentang identitas Ryan. Selebihnya, beres. Ryan dapat tinggal bersamanya. Mereka akan ke sekolah bersama. Lizz akan mengawasinya 24 jam penuh.

Tidak ada resiko fatal bagi kedua pihak jika keadaan berubah menjadi tidak terkendali. Itu adalah win-win solution.

Ryan tampak berpikir sejenak sebelum berkata, "Bagaimana kalau siswa-siswa di sini mengetahui identitasku?"

Lizz menatap wajah Ryan dan berkata, "Kau memakai topeng tadi, jadi mereka tidak akan mengenalmu nanti. Lagipula ketika kau memakai seragam sekolah, kurasa tidak ada yang akan menghubungkan dirimu dengan kejadian ini."

"Kenapa?" Ryan tampak tidak mengerti.

"Dengan wajahmu yang seperti ini, orang-orang pasti tidak akan percaya kau terlihat dalam insiden penculikan tadi." Ujar Lizz sambil menunjuk wajah innocent Ryan.

*****

Keesokan harinya, Lizz tidak masuk ke sekolah. Teman sekelas Lizz mempertanyakan keberadaan Lizz mengingat aksi Lizz dalam insiden penculikan dimana identitas Lizz yang mau tidak mau terbongkar.

"Jadi Lizz itu siapa?"

"Apa dia pembunuh?"

"Kemarin, aku sangat takut saat dia melemparkan bolpoin ke tangan penculik itu."

"Tapi dia menyelamatkan Terissa."

"Sekarang dia tidak masuk sekolah, apa dia dibunuh?"

Murid-murid sekelas Lizz sibuk membicarakan Lizz. Mereka mengira Lizz sudah dibunuh oleh penculik itu karena mencoba menyelamatkan Terissa. Padahal kejadian sebenarnya sangat jauh dari perkiraan mereka. Kejadian yang sesungguhnya terjadi adalah Lizz terpaksa tidak masuk sekolah karena harus pergi ke markasnya.

Lizz membuka pintu kaca di depannya. Dia baru saja masuk ke dalam ruangan pimpinan organisasi militer internasional pada cabang Indonesia.

"Excuse me, Sir. Saya adalah Lizz Gizell Corroune. Mantan pasukan dari batalion 3 di perbatasan Gaza dengan nomor agen 024176."

"Aku sudah mendengar tentangmu. Untuk apa kau datang kemari?" Lelaki paruh baya di depannya menatap Lizz dengan pandangan skeptis.

Lizz menahan diri untuk tidak memutar bola matanya melihat tatapan atasannya yang bernama Sir Farel itu. Lizz sangat yakin bahwa Sir Farel pasti menilai dia sebagai mantan tentara yang mendapat perlakuan spesial karena kenal dengan petinggi militer. Lizz memang sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu. Tetapi tetap saja, ia tidak mampu menahan rasa jengkelnya.

"Saya ingin mengajukan permintaan tentang salah satu anggota Xazquez yang bernama Ryan. Saya ingin merekomendasikan Ryan untuk menjadi asisten saya dan dapat bersekolah di SMA Erlangga." Pinta Lizz.

Sir Farel bangkit dari kursinya dan menggebrak mejanya, "Apa kau sudah gila?! Dia adalah musuh kita. Mengapa kita harus membantunya? Apa kau tidak mengerti ketentuan militer? Meskipun kau dikirim dari kantor pusat, permintaanmu ini sudah berlebihan."

Lizz tetap memasang wajah tanpa ekspresinya menanggapi kata-kata Sir Farel, "Saya bersedia menjadi penjaminnya. Lagipula saya meminta dia menjadi asisten saya untuk mendampingi saya, dia tidak akan terlihat dalam misi. Sekalipun dia nanti memanfaatkan posisinya, saya yakin dapat membereskannya."

Sir Farel tidak menjawab Lizz. Ia malah meraih telepon di mejanya dan menghubungi seseorang, "Halo! Di sini Kapten 207215. Saya ingin melaporkan situasi agen bernama Lizz dengan nomor agen 024176 mengajukan permintaan tidak masuk akal."

"Apa permintaannya?" Tanya suara di seberang telepon.

"Ia meminta tahanan dari organisasi mafia untuk mendampinginya di sekolah." Jelas Sir Farel.

"Wait for a sec." Atasan Sir Farel menjauhkan telepon dari telinganya dan berbicara dengan seseorang.

Kemudian setelah mereka berbicara sekitar 3-4 menit lamanya, atasan Sir Farel menjawab dengan jawaban tak terduga, "Kabulkan saja permintaannya."

Mulut Sir Farel menganga tidak percaya. Dia ingin memprotes keputusan atasannya. Namun, dia mengurungkan niatnya. Sir Farel hanya mampu berkata, "Baik, Pak."

Tut tut tut
Telepon terputus.

Sir Farel memandang Lizz dari atas ke bawah mencoba mencari tahu apa yang membuat Lizz menjadi anak emas organisasi. Lizz memang cantik, tapi Sir Farel yakin itu bukan alasan dari sikap atasannya yang tidak masuk akal itu.

Setelah Sir Farel pikir-pikir lagi, sikap organisasi memang sangat-sangat memihak Lizz. Buktinya adalah nomor agen Lizz. Nomor agen menunjukkan identitas dan posisi agen dalam organisasi. Nomor agen Sir Farel dimulai dari angka 2. Angka dua termasuk jabatan yang cukup tinggi. Tetapi jika dibandingkan nomor agen Lizz yang dimulai dari angka 0, posisi Sir Farel tidak ada apa-apanya.

Nomor agen yang dimulai dari angka 2 melambangkan kekuasaan per wilayah, seperti provinsi. Sedangkan nomor agen yang dimulai dari angka 0 melambangkan pilar organisasi. Hal itu berarti orang dengan nomor tersebut memiliki kekuasaan di seluruh dunia. Dia bisa memerintahkan anggota organisasi di seluruh cabang yang ada.

"Kalau begitu, untuk apa dia minta izin padaku." Pikir Sir Farel.

Faktanya adalah Lizz tidak diberitahu tentang posisi berdasarkan nomor agen tersebut. Jadi, hingga kini Lizz tidak tahu peringkatnya dalam organisasi. Lizz hanya tahu bahwa dia adalah bawahan Sir Aldrich.

"Organisasi mengabulkan permintaanmu. Dua hari lagi, Ryan akan bergabung denganmu di sekolah." Kata Sir Farel.

Lizz diam-diam menghela napas lega. Jika organisasi tidak mengizinkan, dia berencana melaksanakan plan B-nya dimana dia akan mengambil jalur illegal. Untung saja dia tidak perlu melakukan itu.

Lizz melakukan gerakan hormat, lalu berjalan keluar ruangan.

To Be Continue

Don't forget to vote and comment.


HEROIC GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang