ASUPAN
Note : cerita sudah lengkap. Yang mau baca duluan boleh melipir ke karyakarsa.
Zayn mengusap wajah kasar. Hampir saja dirinya kelepasan menyentuh Amora. Meski tidak dipungkiri ia sungguh ingin menyentuh lebih dalam lagi dari sebelumnya.
Saat jemari lentik gadis itu meremat rambutnya seakan meminta lebih. Saat itu pula hasratnya sebagai lelaki timbul, ia mulai mencoba menyisipkan lidahnya kedalam mulut Amora. Hal dimana ia tidak pernah melakukannya meski mereka sering berciuman.
Yang mana suara erangan terbungkam dalam mulutnya membuat Zayn hilang akal. Bukan hanya menyisipkan lidahnya saja, ia juga memperdalam ciumannya. Panas dan juga bergairah dengan tangannya yang bergerilya di tubuh gadisnya itu. Membuat erangan Amora menjadi-jadi. Mengakibatkan area di antara pahanya semakin mengeras.
"Zayn, jika sampai kamu menyentuh Amora. Ibu tidak akan main-main membawa Amora jauh darimu."
Hingga perkataan Hellena sukses menyadarkan Zayn. Perkataan yang tiba-tiba melintas dalam pikirannya itu. Seolah-olah itu adalah bunyi alarm, dimana ia telah melewati batas. Tepat di mana tangannya berada di dada Amora, hendak merematnya.
Zayn beranjak dari ranjang meninggalkan Amora yang sudah terlelap. Ia harus kembali bekerja meski terlambat. Menyibukkan diri dengan tumpukan berkas itu lebih baik, daripada terus memikirkan hal yang beberapa menit lalu terjadi.
***
"Zayn?" ucap Hellena melihat Zayn barus aja keluar dari lift. Keningnya mengkerut mendapati kemeja Zayn telah berganti. "Kau akan pergi ke kantor?"
"Hai jagoan," sapa Zayn mencium gemas pada makhluk mungil dalam dekapan ibunya. "Apa kau merindukan paman tampanmu ini, hem," katanya terkekeh kecil saat bayi itu menggapai-gapaikan tangan kecilnya. Meminta untuk di gendong oleh Zayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora
Teen FictionAmora Queen Poulsen Polos, cerewet, manja, ceria dan juga kekanakan. Namun karena sikap dan sifatnya itulah yang membuat semua orang menyayanginya. Meski hanya anak angkat, gadis itu laksana matahari dalam keluarga Poulsen. Yang mana hadirnya menjad...