ASUPAN
Note : cerita sudah lengkap. Yang mau baca duluan boleh melipir ke karyakarsa.
***
"MAMA...!! NANA..!!"
Dengan langkah tergesa sulung dari Nicholas itu menuruni anak tangga mencari sosok Ibu dan juga Neneknya.
"Pierre ada apa? kenapa teriak-teriak seperti itu?" dari arah barat Alice datang dengan si bungsu yang juga ikut berteriak menirukan sang Kakak meski tidak sempurna. "Sayang, sudah!" Alice segera menutup bibir Reynand yang masih berteriak.
"Sudah Mama bilang jangan menunjukan sikap tidak baik pada adikmu?!" lanjut Alice menatap tajam pada replika suaminya itu.
Pierre berdecak kesal. "Ma, bisakah mengomelnya nanti saja. Aku ada kabar penting tentang Aunty, dia sudah sadar Ma."
Manik Alice terbelalak lebar, ia dengan segera menyerahkan anak bungsunya itu pada Pierre. Lalu dengan cepat menaiki anak tangga. Memastikan apakah yang dikatakan anaknya itu benar atau tidak.
"Mama! aku juga mau lihat Aunty!" seru Pierre tidak terima saat ia harus menjaga sang adik secara tidak langsung. Apalagi adiknya itu tidak pernah diam, merangkak ke sana-kemari dengan tubuh gempalnya seakan tidak mempunyai lelah.
***
"Bagaimana kondisinya Samantha? apa ada sesuatu yang buruk? kanapa Amora hanya diam saja?" Hellena tak lagi dapat menyembunyikan rasa khawatirnya sebab sejak tadi anak kesayangannya itu hanya diam dan tidak bersuara sama sekali.
Setelah dirasa cukup, Samantha merapihkan peralatannya lalu mengulas senyum pada dua wanita Poulsen yang terlihat cemas. "kalian tidak usah khawatir karena semuanya baik, serta tidak ada masalah apapun. Dan soal diamnya Amora itu adalah wajar, sebab tubuhnya membutuhkan waktu untuk beradaptasi kembali setelah koma cukup panjang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora
Teen FictionAmora Queen Poulsen Polos, cerewet, manja, ceria dan juga kekanakan. Namun karena sikap dan sifatnya itulah yang membuat semua orang menyayanginya. Meski hanya anak angkat, gadis itu laksana matahari dalam keluarga Poulsen. Yang mana hadirnya menjad...