ASUPAN
***
Amora menatap sendu pada dua orang dewasa yang tengah bertengkar tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Air mata gadis itu menganak sungai dengan tubuh yang sesekali terguncang kecil. Dia takut, baru pertama kali ini ia menyaksikan dua orang dewasa bertengkar.
"Aku tidak mau tahu, besok kau harus mengembalikannya."
"Tidak, aku menyanginya. Dan aku tidak akan mengembalikannya."
"Helllena jangan keras kepala!"
"Mommy," bisik Amora, bibirnya bergetar menahan isakan.
Dengan takut-takut Amora melangkahkan kakinya menghampiri dua orang yang masih bertengkar itu. Amora tidak sanggup melihat wanita yang sudah dia anggap sebagai Ibunya itu terus diteriaki oleh pria di depannya.
"Mommy..."
Felix dan Hellena serentak menolehkan kepala saat suara lain mengintrupsi perselisihan mereka.
Hellena berlari kecil menghampiri Amora. Ia berlutut mensejajarkan tubuhnya. "Sayang kenapa keluar? Ayo sekarang kamu masuk lagi ke kamar, ya."
Amora menggeleng. Tangannya ia tangkupkan pada wajah Hellena kemudian menghapus air mata wanita itu.
"Mommy jangan menangis."
"Mommy tidak nangis sayang." Hellena meraih tangan Amora dan meciumnya.
"Paman." Amora mendongak menatap pria yang berdiri tak jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora
Teen FictionAmora Queen Poulsen Polos, cerewet, manja, ceria dan juga kekanakan. Namun karena sikap dan sifatnya itulah yang membuat semua orang menyayanginya. Meski hanya anak angkat, gadis itu laksana matahari dalam keluarga Poulsen. Yang mana hadirnya menjad...