Chapter 20

9.4K 469 7
                                    

ASUPAN

Note : cerita sudah lengkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : cerita sudah lengkap. Yang mau baca duluan boleh melipir ke karyakarsa.

Meski dalam kondisi suasana kamar yang gelap dan cenderung diterangi cahaya malam, baik Felix maupun Hellena mereka masih bisa melihat bagaimana kondisi kamar Zayn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski dalam kondisi suasana kamar yang gelap dan cenderung diterangi cahaya malam, baik Felix maupun Hellena mereka masih bisa melihat bagaimana kondisi kamar Zayn.

Dan kata hancur adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi kamar putra bungsunya itu. Kamar yang semula rapih dan bersih itu kini bak kapal pecah, semuanya hancur, sehancur-hancurnya.
Sedangkan sang pemilik kamar pun tak jauh berbeda. Dia terduduk lesu di lantai dengan kepala yang tertunduk dalam serta lengan yang di topang lutut. Menghiraukan darah yang terus menetes dari sela jemarinya.

Hellena terkesiap melihat adanya darah yang tergenang di lantai. Ia pun langsung menghampiri Zayn. Meraih tangan pria itu untuk diperiksanya. Namun Zayn langsung menepiskan tangannya. Bibirnya mengulas senyum miring sebelum terkekeh kecil.

"Pergilah." Zayn menatap dingin pada Felix serta Hellena. Kedua matanya menyorot tajam sarat akan amarah.

"Kamu ini apa-apaan Zayn! tanganmu terluka! dan Ibu mau melihatnya." Hellena kembali meraih tangan Zayn dan ditepisnya lagi oleh pria itu.

"Jangan memperdulikanku, pergilah. Bukankah kalian tidak menganggapku?"

Mendengar itu Felix lantas tahu akan arah pembicaraan kali ini. karena memang itulah alasan mereka datang kemari, yakni menjelaskan alasan kenapa Zayn tidak sampai diberitahu.
Tetapi itu juga bukanlah salah mereka sepenuhnya, melainkan salah Zayn juga. Kenapa tidak pulang dari semalam?

"Itu adalah hukuman untukmu Zayn," ujar Felix menatap pada netra yang serupa dengannya.
Zayn mendengus. Ia membuang wajahnya ke kanan, menatap kosong pada udara yang ada di hadapannya.

"Bagiku melihat Amora yang terbaring koma adalah hukuman yang terberat. Aku terus merutuki diriku yang bertindak diluar kendali pada gadis itu. Dan setiap hari aku pun hidup dengan rasa penyesalan. Dadaku sangat sesak hingga hampir tidak kuat lagi untuk bernafas dan menyerah. Aku selalu menunggu kapan gadisku itu akan bangun agar aku bisa mengatakan maaf secara langsung."

AmoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang