ASUPAN
Note : cerita sudah lengkap. Yang mau baca duluan boleh melipir ke karyakarsa.
Mata Amora terpejam menikmati bagaimana puncak kepalanya diusap dengan lembut dan kakinya yang dipijat pelan oleh pria yang memiliki rambut yang sama dengannya. Amora bahagia bisa kembali dalam rengkuhan Mama dan Papanya.
"Sayang, kapan kamu akan pulang, hem?"
Mendengar suara lembut itu mengalun, Amora membuka kelopak matanya yang semula terpejam. Maniknya menatap penuh tanya pada iris klorofil yang menurun padanya itu.
"Pulang? Bukannya Moya sudah pulang Ma?"
"Tidak sayang. Di sini bukanlah tempatmu."
"Apa maksud Papa, Moya tidak mengerti," sahut Amora merubah posisinya menjadi duduk di hadapan kedua orang tuanya. Harley dan Eleanor.
Saling berpandang sejenak dengan sang Suami, Eleanor menatap lembut pada putri semata wayangnya itu.
"Maksud Papa adalah di sini bukan rumahmu sayang. Tapi rumahmu di mansion keluarga Poulsen."
"Apa kalian tidak suka Moya ada di sini?" ucap Amora nanar. Mata bulatnya mulai berembun.
Harley dan Eleanor menggeleng tegas. Masing-masing dari satu tangan mereka menangkup wajah Amora.
"Kami senang sayang, sangaaaat senang. Hanya saja kami sudah tiada sedangkan dirimu masihlah hidup," ujar Harley menatap sendu Amora.
"Tapi kenapa Moya belum mati?! Bukankah Moya sudah melukai tangan Moya?! Moya mau mati! MOYA MAU MATIII!!"
"Sayang jangan berbicara seperti itu!" Eleanor langsung mendekap Amora. Ia membawa tubuh berontak putrinya pada pelukannya. Hingga tak pelak air matanya juga turun bersama tangis Amora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora
Fiksi RemajaAmora Queen Poulsen Polos, cerewet, manja, ceria dan juga kekanakan. Namun karena sikap dan sifatnya itulah yang membuat semua orang menyayanginya. Meski hanya anak angkat, gadis itu laksana matahari dalam keluarga Poulsen. Yang mana hadirnya menjad...