Blurb:
Dua makhluk yang menyukai langit biru dan dua makhluk yang memiliki alasan mereka menyukai langit biru.
Takdir memang tidak ada yang tahu.
Takdir mereka mengikuti alur dan waktu yang sudah di tetapkan.
Pesawat, alasan mengapa Firga menyuka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari berjalan dengan sangat baik. Semua terlihat baik-baik saja. Namun ada seseorang yang terlihat jelas dia sedang berpikir keras. Ya, dia Fidya. Belum lama ini setelah dia mengingat dan menceritakan semua kejadian masa dulu kepada teman-temannya ada beberapa pesan dan angka-angka yang selalu dikirim kepadanya. Mea dan Afa yang melihat Fidya terlihat banyak melamun, akhirnya bertanya tentang keadannya.
"Dya, kamu gak papa kan?" Fidya yang mendengar suara Afa sontak melirik kesamping.
"Uhm? Gak papa kok, emang aku kenapa? Perasaan aku gak papa kok," Jawab Fidya disertai kekehan dan menggaruk kepalanya yang tertutup hijab itu. Dia merasa gugup dengan keadaan ini, ingin menceritakan kejadian ini kepada teman-temannya. Akan tetapi dia tidak mau merepotkan teman-temannya semua.
"Yakin?" Selidik Afa.
"Iya benar, aku gak papa Fa," Ujar Fidya dengan senyum tipisnya.
"Gue gak yakin lo baik-baik aja," Walaupun Mea baru bergabung dan berteman dengan Fidya dan Afa, akan tetapi dia tau semua tingkah-tingkah teman-temannya. Afa pun yang mendengar ucapan Mea pun mengangguk. Dia tahu betul akan gelagat Fidya ketika sedang berbohong.
"Emang gimana kalau Fidya bohong?"
"Hidung nya kempas kempis tauu, terus kalau ditanya dia malah melamun. Nih kek gini contohnya. Berarti dia bohong kan?"
"Lah mana saya tau."
"Yeh gimana sih thor."
"Dah lah lanjut baca aja kuy."
"Kuy lah."
Fidya pun tanpa sadar melamun lagi, nomor itu seperti ingin memberitahu sesuatu terhadap nya? Ahhh dia sangat pusing.
"Hikss, bantuinnn," Rengek Fidya kepada dua temennya. Mea dan Afa saling berpandangan mereka agak takut "gak kesurupan kan nih bocah?"
Lantas Mea pun menjawab dengan nada kebingungan nya. "Kenapa sih? Kok tiba-tiba nangis? Gak kerasukan kan lo?," Fidya yang mendengar penuturan Mea pun mendengus sebal. "Orang lagi pusing dibilang kesurupan."
"Kan gini aku dikirimin nomor-nomor yang asing gitu sama--gak tau siapa. Selama seminggu ini, lebih tepatnya lepas kita bahas tentang masa lalu aku dengan sahabat ku nomor-nomor itu sering ngirimin ke aku. Sampai 3 kali dalam sehari. Terus nomor nya juga beda-beda," Ucap Fidya menjelaskan semua rasa bingung nya itu kepada temannya.