Chapter 5

681 42 0
                                    

 Chapter 5

                Finnian membuka pintu kamar dengan hati-hati, terlebih dengan nampan sarapan di tangannya. Menu sarapan menyehatkan sudah ia siapkan untuk tamunya pagi ini. Dan ia harus tersenyum lega saat melihat Anne masih terlelap tidur.

   Ditaruhnya nampan itu di meja samping tempat tidur. Dipandanginya sesaat gadis itu. Terlihat polos dan menyimpan banyak luka di sana. Lebam di wajahnya menambah nyata semuanya. Ada perasaan tidak tega untuk membangunkannya. Tapi Anne harus meminum obatnya pagi ini, dan itu artinya harus setelah sarapan. Finnian tidak ingin Anne melewatkan jadwal minum obatnya, jika ingin merawatnya. Gadis ini di bawah tanggung jawabnya sekarang, ia harus memastikannya terawat dengan baik. Tapi semakin ia memandangi wajah tertidur pulas itu, semakin tidak tega ia untuk membangunkannya. Mungkin ia akan membiarkannya tidur sebentar lagi. Ia akan kembali untuk membangunkannya nanti. Ditariknya selimut yang tersingkap di kaki Anne hingga menutupi pinggangnya, sebelum keluar kamar.

Ponselnya berbunyi tepat saat Finnian keluar dari kamar tamu. Ia langsung mengangkatnya.

   “Yea, Mike?” Finnian menyahut setelah melihat nama asistennya di layar ponselnya. “Maaf Mike, sepertinya aku hari ini tidak akan ke kantor dulu.

   “Huh, bukan, hanya ada perlu saja ….,” kalimatnya terpotong dengan kalimat panjang dari seberang sana, dan berakhir, “Ah, ya, aku lupa …” Finnian merutuk sendiri. “Bisa tolong kuminta jadwal ulang? Besok siang, mungkin?”

Finnian harus mengangguk mengerti dengan sahutan di seberang sana, “Ya, ya … aku tahu, biar aku ambil resikonya….” Ia gamang sendiri, dia sudah ada janji meeting dengan satu penyanyi yang sedang naik daun, Roan McCormick, dan Finnian mencoba untuk pindah masuk ke dalam manajemennya, setelah kontrak dengan manajemen sebelumnya habis. Resikonya, jika Roan tidak berminat pindah dari manajemen sebelumnya dan memperpanjang kontraknya di sana, Finnian bisa kehilangan kesempatan untuk memegang penyanyi yang sedang digilai oleh hampir seluruh pendengar British dan Irlandia. Diliriknya Anne yang masih tertidur di kamarnya, Finnian belum bisa meninggalkannya.

   “Yea, terima kasih, Mike…,” dengan mendesah pasrah. Ia sudah memutuskan untuk tetap di rumah. “Telepon saja kalau ada apa-apa. Ok, bye…,” ditutupnya hubungan telepon dengan menarik nafas dalam-dalam. ‘Ok, sekarang fokus ke Anne’

    “Hey, Anne, bangunlah…” Finnian mencoba membangunkan pelan.

Tapi tidak ada reaksi.

Finnian mencoba dengan menyentuh pundaknya, “Anne…, bangun, sayang….,” dengan sangat hati-hati.

Hati-hati namun cukup membuatnya terlonjak dengan sentuhan pelan Finnian.

    “Jangan sentuh aku ….! Aku mohon, izinkan aku istirahat sebentar saja …aku akan melayanimu lebih baik lagi nanti,” rintihnya memohon.

Finnian melepaskan kedua tangannya dengan kaget. Ia tidak menyangkat akan seperti itu reaksi Anne, terlebih dengan kalimat itu. Finnian tidak ingin membayangkan lebih jauh kehidupan gadis malang ini.

    “Hey.., tenanglah, ini aku, Finn…,” dengan sangat hati hati, seperti yang sedang menenangkan anjing kecil yang ketakutan.

Mendengar nama Finn, Anne mencoba untuk memfokuskan diri dan melihat Finnian lebih jelas lagi masih dengan tatapan ketakutan.

    “Kau ada di tempatku, Anne, ingat? Kau aman di sini, tidak ada yang akan menyakitimu.”

Anne masih memandangnya ragu dan mencoba mengingat semuanya.

    “Ingat? Aku yang membawamu dari rumah sakit ke sini,” Finnian mencoba mengingatkan pelan.

Perlahan Anne mengangguk.

Unconditional LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang