Chapter 15

483 32 0
                                    

Chapter 15

Finnian menutup pintu kamar Anne perlahan dengan sedikit terbuka sebelum kembali ke kamar. Ditariknya nafas dalam-dalam sebelum menyalakan layar komunikatornya di dinding kamar.

Dan dalam lima menit wajah sahabatnya muncul di layar.

   "Jadi..., kalian sudah melakukannya?" suara dari seberang sana menyahut lebih dulu penuh semangat.

Finnian menghela nafas dengan tersenyum geli. "Yeah, bertemu dengan Pop."

Ray memutar bola matanya, "Bukan itu! Tapi melakukan itu..."

   "Apa kamu jadi Maa sekarang?" protes Finnian jenaka.

   "Boleh?" Ray langsung menantang dengan semangat.

   "Ha ha ha " olok Finnian.

Ray tertawa lepas dengan puasnya. Finnian hanya geleng-geleng kepala.

Ray menghela nafas, "Nah, kamu mencintainya, selanjutnya apa?" tembaknya sebelum sempat sahabatnya berucap.

    "Huh? Sembarangan!" protes Finnian.

   "Yeah, sembarangan..." giliran Ray geleng-geleng kepala. "Sudah, mau cerita apa tidak? Kalau nggak, tutup teleponnya, aku mau tidur!" siap menutup hubungan telepon.

   "Yow!" cegah Finnian langsung. "Yeah, kamu benar, sepertinya aku sudah jatuh cinta dengannya."

Ray tersenyum mengolok. "Kamu sudah mencintainya sejak pertama kali kamu bertemu dengannya," cetusnya tanpa keraguan.

Finnian siap memprotes lagi, tapi langsung terhenti dengan ancaman Ray yang siap mematikan hubungan telepon. Ia harus menghela nafas kalah. "Yeah, kamu benar," tanpa perlu lagi mengulang ucapan sahabatnya.

   "Lalu?" Ray menunggu kelanjutannya.

Finnian menarik nafas dalam-dalam. "Entahlah, Ray...., toh dia sudah masuk ke dalam kehidupanku."

     "Kesalahanmu," pukas Ray langsung.

    "Hey!" protes Finnian tersinggung.

    "Maaf, man..., tapi harus kukatakan dengan jujur. Kesalahanmu, dan aku tidak mau ikut campur."

Finnian terdiam, tak percaya sahabatnya bersikap tidak peduli. Ray yang selama ini menjadi kembar sialnya, yang selalu mendukung apapun yang dilakukannya, kali ini tidak mendukungnya.

    "Finn..., kamu tahu siapa gadis itu," Ray seakan mengingatkan kembali sahabatnya.

    "Jadi aku tidak boleh mencintainya?"

Ray menghela nafas, "Kamu tidak bisa memilih siapa yang kamu cintai, itu terjadi begitu saja, tanpa bisa kamu ingkari. Tapi lihat sekelilingmu. Keluargamu. Pop? Maa, terlebih dadda-mu? Bisakah kamu menghadapi mereka saat pertanyaan tentang Anne datang? dan jika tentangan itu datang? Ingat ada perasaan dua keluarga yang harus kamu pikirkan."

Finnian belum menyahut.

   "Seperti saat aku mulai mencintai Kelly," lanjut Ray.

Finnian terdiam.

    "Kamu tahu kan, aku sempat menjauhinya saat menyadari aku mulai mencintainya dan dia juga mencintaiku. Karena aku tahu itu salah, karena tahu aku tidak punya jawaban untuk alasan, kenapa aku bisa mencintai Kelly, adikmu yang notabene seharusnya bisa mencintai seorang gadis cantik, dibanding aku yang sama-sama lelaki? Bagaimana menjawab tatapan keluargamu? Jelas aku yang akan disalahkan karena Kelly sampai mencintaiku, menyalahkanku karena membuatnya menjadi gay. Aku sudah mencoba menjauhinya, Finn, karena aku tidak siap untuk menghadapi itu semua."

Unconditional LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang