Percaya

41 15 0
                                    

Keesokan harinya, Sanskar bangun lebih awal dari biasanya. Sekarang dia sudah siap dan akan pergi sebelum Swara bangun. Tapi ada seseorang yang menahan tangannya dan tak lain itu adalah Swara yang baru bangun.

"Apakah kau akan berangkat seperti ini dan sepagi ini?" tanya Swara lalu melepaskan pegangannya dan berdiri di depan Sanskar. Swara merapikan dasi dan jas yang dipakai Sanskar.

"Sanskar aku tau kau masih bertanya-tanya tentang Abhishek tadi malam kan. Bukan berarti aku menghindar tentang dirinya karena aku mencintainya. Kau itu salah besar jika menganggapku seperti itu," kata Swara.

"Lalu dia siapa?" tanya Sanskar.

"Sanskar dia hanya Kakak dari temanku dan apa kau begitu mudahnya percaya dengan apa yang dikatakan orang daripada istrimu sendiri. Apakah kau sama sekali tak percaya padaku Sanskar," kata Swara.

"Bukan begitu Swara. Aku hanya.......," kata Sanskar terpotong.

"Kau hanya takut kehilanganku kan. Sanskar dengar baik-baik. Aku mau menikah denganmu karena aku mencintaimu bukan paksaan dari Ibuku apalagi kakak-kakakku. Aku tak pernah mengatakan cinta padamu bukan berarti aku tak mencintaimu. Bukankah kita sudah saling tau perasaan kita masing-masing. Aku sangat mencintaimu Sanskar," kata Swara.

Sanskar lalu memeluk Swara tapi Swara menahan dada Sanskar dengan tangannya.

"Sanskar jangan sekarang, aku kan belum mandi. Sanskar sekarang lepaskan aku dan bukankah kau tadi mau berangkat kerja. Sekarang pergilah sana," kata Swara.

"Tidak sayang. Aku tak akan berangkat kerja sepagi ini. Lagi pula aku kan ingin romantis dengan istriku," kata Sanskar.

"Sanskar lepaskan aku sekarang, aku mohon," kata Swara.

"Tidak sayang," kata Sanskar.

"Sanskar," kata Swara.

"Swara," kata Sanskar.

"Sanskar ada Ibu?" kata Swara berbohong dan berhasil membuat Sanskar melepaskan pelukannya. Sanskar segera membalikkan badannya dan melihat ke arah pintu tapi tidak ada Sujata disana. Sedangkan Swara bergegas mengambil pakaian lalu masuk ke dalam kamar mandi.

"Swara kau membohongiku," kata Sanskar membalikkan badannya dan tak melihat Swara disana. Sanskar segera pergi didepan pintu kamar mandi.

Tok tok tok tok

"Sayang buka pintunya sekarang," kata Sanskar.

"Sanskar bisakah kau diam saja. Aku sedang mandi, apa kau ingin mandi lagi," kata Swara.

"Kalau boleh sih enggak papa. Apalagi mandi bareng kamu pasti seru," kata Sanskar.

"Enggak jadi deh," kata Swara.

"Swara kau yang ngajak tapi kamu yang enggak mau," kata Sanskar menggelengkan kepalanya.

"Udah deh Sanskar diam dan jangan banyak bicara lagi," kata Swara.

"Iya istriku tersayang," kata Sanskar.

Sanskar melepaskan jasnya dan juga dasi yang dia pakai. Sanskar lalu pergi ke dapur karena dia berniat memasak untuk Swara dan Ibunya karena bisanya Swara yang memasak untuknya dan Ibunya walaupun sebenarnya ada pelayan dirumah itu.

Swara keluar dari kamar mandi setelah mandi dan ganti pakaian. Swara melihat sekeliling kamar tapi dia tak melihat Sanskar melainkan hanya jas dan dasi nya yang ada di ranjang.

"Kemana Sanskar sekarang? Apa dia sudah berangkat? Tapi jas dan dasi nya ada disini. Apa mungkin dia sedang menemui Ibu? Tapi aku  yakin pasti dia belum berangkat kerja," kata Swara lalu duduk di depan cermin.

Didapur Sanskar sudah selesai masak dan dia kemudian menyuruh pelayan untuk membantunya menyiapkan makanan itu dimeja makan. Sanskar dan pelayan itu sudah menaruh makanan itu di meja.

"Kau panggil Ibu dan aku akan memanggil Swara untuk datang kemari," kata Sanskar.

"Baik Tuan," kata pelayan itu lalu pergi.

Sanskar pergi ke kamarnya dan dia melihat Swara yang sedang duduk di depan cermin. Sanskar lalu berdiri dibelakang Swara.

"Sayang kau terlihat sangat cantik," puji Sanskar.

"Terima kasih Sanskar atas pujiannya. Oh iya, kau darimana Sanskar," kata Swara.

"Aku dari dapur dan aku memasak makanan untuk kita berdua dan Ibu," kata Sanskar.

"Tapi kan seharusnya aku yang memasak Sanskar bukan kamu," kata Swara.

"Swara aku atau kau yang memasak itu tidak penting karena yang terpenting ada yang masak kan. Jadi tak perlu dibahas lagi, lagi pula aku ingin kau merasakan makanan buatanku dan pasti kau akan menyukainya,"kata Sanskar.

" Baiklah. Sekarang ayo kita pergi ke ruang makan," kata Swara.

"Tunggu dulu sayang. Kau harus pakaikan jas dan dasiku dulu baru kita ke ruang makan," kata Sanskar.

"Baik Sanskar," kata Swara lalu memakaikan dasi dan juga jas pada Sanskar.

"Terima kasih sayang," kata Sanskar setelah Swara selesai memaikan dasi dan juga jas.

"Sama-sama sayang," kata Swara.

Swara dan Sanskar lalu pergi ke ruang makan. Mereka sampai disana dan Sujata juga sudah ada disana. Mereka semua lalu sarapan.

"Ini kau yang memasak kan Sanskar," kata Sujata.

"Iya Bu," kata Sanskar.

"Maaf Bu karena aku  Sanskar jadi masak hari ini," kata Swara yang takut Sujata akan marah karena bisanya Swara yang selalu masak.

"Kau tak perlu minta maaf pada Ibuku Swara. Aku kan memasak atas keinginanku sendiri dan tak ada paksaan sedikit pun darimu," kata Sanskar.

"Swara apa kau pikir Ibu akan marah jika kau tak memasak? Tidak sama sekali Swara. Lagi pula disini banyak pelayan dan kau bisa menyuruh mereka saja jika kau sedang ada urusan. Bukankah biasanya seperti itu," kata Sujata.

"Iya Bu," kata Swara.

"Lebih baik kita lanjutkan sarapan," kata Sujata.

Mereka kemudian melanjutkan sarapan mereka. Kini mereka sudah selesai makan.

"Sanskar," panggil Sujata.

"Iya Bu," kata Sanskar.

"Sanskar tolong kau antar Swara ke rumahnya," suruh Sujata.

"Ibu kenapa aku disuruh pulang, apa Ibu mengusirku?" tanya Swara.

"Bukan begitu Swara. Ibu ingin kau menghabiskan waktu disana. Daripada dirumah kau kesepian dan bingung mau ngapain," kata Sujata.

"Tapi itu artinya Ibu dirumah sendiri. Aku tak akan pergi, lagi pula baru beberapa hari yang lalu aku kesana," tolak Swara.

"Swara benar Bu. Ibu nanti akan sendiri dirumah dan aku tak akan membiarkan itu," kata Sanskar.

"Swara Sanskar Ibu sudah terbiasa sendiri di rumah, jadi kalian tak perlu khawatir," kata Sujata.

"Tapi Bu....." kata Sanskar terpotong.

"Ini perintah dari Ibu jadi kau harus menurutinya," kata Sujata memaksa.

"Baiklah Bu," kata Sanskar terpaksa.

Swara dan Sanskar lalu pergi ke rumahnya Swara. Seperti biasa, Sanskar hanya mengantar Swara setelah itu dia langsung pergi ke kantornya. Swara lalu masuk ke dalam rumah.

MAAFKAN AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang