Otak Elisa bekerja cepat.Bagaimana aku memberitahu mereka? Dia menelan ludah. Aku harus memberitahu mereka. Ini semua cuma jebakan!"Santionesse Harris," sapa salah seorang penjaga. "Bukankah seharusnya Anda berada di istana? Ada perlu apa?"
"Saya membawa pesan dari Eugene."
"Pesan dari Celestin?"
"Ya. Untuk saudara kembarnya. Ini penting sekali."
"Maaf. Edward tidak bisa menerima kunjungan. Anda bisa menitipkan pesan itu kepada kami."
"Tidak, saya sendiri yang harus menyampaikannya," kata Elisa. Telapak tangannya mulai dingin dan berkeringat, tetapi dia mencoba tenang. "Bisakah saya masuk?"
"Anda tidak punya izin untuk menjenguk Edward," kata penjaga itu. "Tunggu sebentar. Akan saya tanyakan ke dalam."
Si penjaga menutup pintu kembali tapi rombongan penawan Elisa yang menyamar dalam setelan perawat dan dokter mendadak menyerang. Si berewok—pimpinan rombongan itu—menendang pintu itu dengan keras hingga menghantam wajah si penjaga. Mereka menarik Elisa dan menerobos masuk ke dalam.
Mores Barsequeral ada di dalam. Dia terperanjat ngeri. "Apa-apaan ini?"
Si kepala penjara tak sempat bertindak lebih jauh. Para penjahat itu langsung menyerbunya— tiga orang sekaligus—dan meringkusnya. Sisanya bergulat dengan para penjaga penjara— mereka sungguh beringas dan tak segan-segan menyakiti. Kepala salah satu penjaga dibenturkan dengan brutal ke lantai hingga berdarah.
Di tengah kekacauan itu, Elisa beradu pandang dengan Mark L'alcquerine yang entah bagaimana caranya bisa bergabung dengan kelompok itu. Mau tak mau, Mark juga ikut-ikutan bergumul dengan para penjaga.
Mark berjanji menyelamatkanku.
Seperti hantu, pria itu muncul di tengah-tengah gubuk tempat Elisa ditahan tadi dan berjanji akan menyelamatkannya. Rupanya Mark tahu kalau si berewok dan gerombolannya akan mengacaukan acara pelantikan Eugene, persis seperti yang Elisa duga. Mark tidak sempat menjelaskan lebih jauh, tapi dia meyakinkan Elisa bahwa dia tak punya maksud jahat.
"Tunggu!" Mores tersengal. Bibirnya robek. "Siapa kalian?"
Elisa hanya bisa memejamkan mata. Kaki tangan si berewok juga meringkus dokter Patterson dan dua orang perawat.
"Kejutan!" kata si berewok. Dia mengedik pada Edward. "Halo, Bos!"
Edward melompat bangkit dari tempat tidur dan tertawa terbahak-bahak. Semula Elisa mengira Edward sedang tertidur, tapi rupanya dia menunggu sambil berpura-pura. Edward sama sekali tidak tampak sakit—Elisa tahu, semua ini sudah direncanakannya. Elisa melirik Mark yang tercengang menatap putra sulungnya itu. Ini pertama kalinya Mark melihat Edward, setelah sepuluh tahun. Namun Mark tidak mengatakan apa-apa, jelas Edward tidak lagi mengenali sosok ayahnya saat ini. Mark mundur dan menahan dirinya.
"Kerja bagus, Carlos," kata Edward. "Semua lancar, kurasa?"
"Ada yang mencoba menyelamatkan gadis itu tapi sudah diringkus," kata si berewok yang bernama Carlos itu. "Dan kami dapat mobilnya. Kami pikir mobil itu akan lebih memudahkan Anda masuk ke istana."
Edward mengangguk-angguk puas. Dia menghampiri Elisa, langkah-langkahnya santai tapi mengancam, dan mencoba menjabat tangan Elisa. Gadis itu merenggut melepaskan diri, tapi Edward menariknya. "Terima kasih, Elisa. Tanpamu, semua rencana ini akan kacau balau."
"Santionesse Harris?" Mores tercengang. "Apa maksud semua ini?"
"Elisa telah memainkan perannya dengan sangat baik," kata Edward, kali ini terdengar puas sekali. "Aku butuh seseorang untuk membebaskanku dari rumah sakit terkutuk ini. Eugene tak mungkin melakukannya, tapi untungnya dia bawa teman yang bisa diandalkan. Terima kasih atas bantuanmu, Elisa"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Prince [TAMAT]
RomantikElisa Harris tak pernah bermimpi untuk tinggal di istana, punya pelayan pribadi, bergaul dengan ratu, memakai gaun-gaun mewah, atau naksir Pangeran Monaco! Dia hanya operator telepon yang yatim piatu dari Paris. Tapi hidupnya berubah saat sahabatnya...