Keesokan harinya, Elisa dan Eugene mengunjungi perkebunan teh Calondria ditemani Janesse. George tidak ikut karena harus bertemu Duta Besar Belgia. Perkebunan itu terletak di sebuah kota bernama Willsright dan asri sekali, suatu pemandangan yang menyejukkan mata. Teh memang merupakan komoditas unggulan di Calondria, hal itu sesuai dengan iklim hangat Calondria yang terletak di dekat Laut Mediterania. Para ahli botani Calondria telah berhasil mengembangkan produk teh berkualitas sehingga salah satu sumber pemasukan terbesar untuk negara ini.
Dari Willsright, mereka kembali ke ibukota Obsycus dan mengunjungi Universitas Calondria, satu-satunya perguruan tinggi di negara itu. Jurusan terfavorit di kampus itu adalah botani. Para pelajar dari seluruh Eropa datang ke Calondria untuk mempelajari teknik budidaya spesies tanaman tropis. Dari obrolan tingkat tinggi dengan sang rektor, mereka tahu kalau Calondria sedang berusaha mengembangkan lada dan cengkih, dua jenis rempah-rempah super yang memunculkan pelayaran samudra di kalangan bangsa-bangsa Eropa beberapa abad yang lalu.
Selanjutnya Janesse mengantar Eugene dan Elisa untuk mampir ke Galabrielle, kota terbesar kedua di Calondria setelah Obsycus. Mereka disambut langsung oleh Francis Alpine, Valion daerah itu. Valion Alpine adalah pria kurus bertampang bangsawan yang dari luar kelihatan galak, tapi ternyata sangat ramah diajak mengobrol. Dia sempat menyinggung Edward dan menyatakan kelegaannya setelah tahu bahwa Edward bukanlah satu-satunya pangeran yang dimiliki Calondria. Mendengar ini, Eugene merona.
Acara jalan-jalan ini tampaknya lumayan berhasil membuat Eugene rileks, meski reaksi orang-orang yang pertama kali melihatnya adalah terkejut lalu geram karena mengira dia Edward yang kabur dari penjara. Dengan telaten Janesse terus-menerus mengenalkan Eugene dan tak kenal lelah meyakinkan orang-orang bahwa kembaran Eugene masih terkurung dengan aman di selnya. Elisa berharap dengan dikenalnya Eugene oleh rakyat Calondria, mereka mau menerimanya sebagai pangeran—terlepas dari apa yang dilakukan Edward lima tahun lalu.Mereka baru kembali ke istana menjelang malam. Elisa yang sudah kelelahan ingin langsung kembali ke kamar. Dia tahu elevator ekspres yang menuju kamarnya langsung dari Pretory Hall.
Sambil menunggu pintu elevator ekspresnya terbuka, perhatian Elisa jatuh pada elevator di sebelahnya. Elevator ini tak pernah disebut-sebut oleh siapa pun. Pelat nomornya bertuliskan dua puluh satu. Bagi Elisa ini mencurigakan, karena elevator itu letaknya di lantai dasar, tepat bersebelahan dengan elevator nomor sepuluh yang menuju kamarnya di lantai dua. Untuk menuju gudang bawah tanah, para pelayan menggunakan tangga, sementara para penghuni istana memakai elevator yang terletak di belakang.
Jadi, ke mana elevator nomor dua puluh satu pergi?
Elisa pernah menanyai Kitty tentang elevator itu, tapi lady's maid-nya itu hanya mengangkat bahu. Kitty tidak melarang Elisa menaiki elevator itu, jadi dia menganggap ke mana pun elevator itu pergi, tujuan akhirnya bukanlah sesuatu yang terlarang atau berbahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Prince [TAMAT]
RomanceElisa Harris tak pernah bermimpi untuk tinggal di istana, punya pelayan pribadi, bergaul dengan ratu, memakai gaun-gaun mewah, atau naksir Pangeran Monaco! Dia hanya operator telepon yang yatim piatu dari Paris. Tapi hidupnya berubah saat sahabatnya...