11. Seseorang Dari Masa Lalu

2.7K 354 9
                                    


Wanita itu berhenti sejenak di trotoar depan gerai Armani dan celingukan, seperti mencari sesuatu. Dia merapatkan kerah mantelnya ketika angin bertiup, membawa hawa dingin yang membekukan tulang-tulangnya yang tak lagi muda.

Sebuah Audi berhenti di depan wanita itu. Seorang pria dalam balutan seragam sopir yang kurang lebih seumuran dengan wanita itu, keluar dari kabin pengemudi dan dengan sopan menawarkan diri untuk membawakan kantong belanjaan si wanita. Tapi wanita itu menolaknya.

"Tidak perlu, Hans. Aku bisa sendiri."

"Anda ingin pulang sekarang?" tanya si sopir.

Wanita itu tahu tujuannya selanjutnya, tapi dia ragu-ragu. Dua puluh dua tahun sudah berlalu sejak kejadian itu. Dia tidak yakin keadaannya masih sama sekarang. 

Dia menarik napas. "Kita ke Paris, ya, Hans."

"Paris cukup jauh," kata Hans.

"Kau tak keberatan, kan?"

"Tentu tidak," jawab Hans ramah. "Hanya saja, kita akan sampai larut sekali di Paris, Ma'am."

"Tidak apa-apa kalau begitu. Jalan saja."

Wanita tua itu masuk ke dalam mobil dan Audi itu pun melaju. Gerimis mulai turun, membasahi kaca jendela. Selagi wanita itu memandang keluar, ingatannya kembali ke masa lalu. Rasanya sudah lama sekali sejak dia singgah ke Paris. Robert sering mengajakku mampir. Waktu itu dia belum jadi apa-apa. Dia pernah bilang, "Raquelle, setelah menikah nanti, apa kau mau kalau kita tinggal di Paris saja?"

Namun itu hanyalah wacana. Sesuatu terjadi setelah pernikahan mereka, dan mimpi tinggal di Paris itu kandas.

Tapi aku tidak menyesalinya. Meski tak tinggal di Paris, hidupku lebih dari cukup. Bahkan setelah Robert pergi. Aku hanya... kangen padanya saja.

Hans mengintip dari spion tengah. "Kenapa Anda tiba-tiba ingin ke Paris, Ma'am?"

Raquelle tahu Hans akan menanyainya soal itu. "Entahlah, Hans. Kurasa aku hanya penasaran. Putraku bercerita tentang si tamu baru itu dan sahabatnya. Ini di luar dugaan. Aku punya dugaan, Hans. Samar-samar, tapi bisa jadi benar."

"Tapi mengapa Anda menunggu begitu lama?" tanya Hans. "Semuanya sudah terjadi sepuluh tahun yang lalu. Apa sekarang tidak terlalu terlambat?"

"Kita bahkan tak menyangka ada L'alcquerine yang lain selama ini," kata Raquelle. Dia merasa agak letih. "Itu tandanya saat yang tepat itu baru saja tiba, Hans."

"Bagaimana dengan Crassulacea?"

BRAAAK!

Mobil menghantam sesuatu yang keras. Hans menginjak rem. Raquelle nyaris terbanting ke depan seandainya dia tidak memakai sabuk pengaman.

"Apa yang terjadi, Hans?"

"Sepertinya saya menabrak seseorang, Ma'am," kata Hans dengan suara bergetar. "Saya tidak melihatnya. Pria itu tiba-tiba saja muncul."

Wanita itu melompat keluar dari mobil lalu berlari-lari menerobos hujan yang kini sudah lebat, menuju sisi depan mobil. Hans menyusul sambil membawakan payung.

Seorang pria tergeletak pingsan di depan mobil. Tubuhnya kurus dan pakaiannya kumuh. Wajahnya yang tertutup oleh rambutnya yang panjang dan kelabu. Pelipisnya bersimbah darah.

"Hans, kita ke rumah sakit!"


...



Perawat Agatha Myveen asyik mengamati wanita itu mengisi formulirnya, membaca secara terbalik setiap kata yang ditulisnya. Dia melotot melihat isi kolom terakhir.

The Lost Prince [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang