1. Permintaan dikabulkan

14 2 0
                                    

"Sen-kun, apapun yang terjadi, tetaplah tersenyum. Jangan pernah menyerah. Aku yakin kita bertemu lagi di kehidupan berikutnya," ucap istrinya yang terbaring di ranjang. Tersenyum lemah. Suaranya bisa terdengar oleh suaminya yang menunggu di luar bangsal, karena mereka saling menelepon.

Shinji Senkuhara, hanya bisa melihat istrinya di balik dinding kaca transparan, menggigit bibir. "Bertahanlah, sayang. Aku yakin kau dan anak kita bisa sembuh."

"Itu tidak mungkin. Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit itu," ungkap gadis perawat yang tiba-tiba muncul di samping Senkuhara.

"Pasti ada obatnya."

"Tidak ada, Shinji-san."

"Tapi...."

Ucapan Senkuhara terpotong karena menyaksikan istri dan anak-anaknya mengalami kejang-kejang. Kepanikan menjalari seluruh tubuhnya. Dokter dan beberapa perawat berpakaian menyerupai pemadam kebakaran, langsung masuk ke bangsal isolasi itu, untuk memeriksa keadaan istri dan anak Senkuhara. Mereka juga terserang kalang kabut, segera melakukan tindakan cepat.

Senkuhara menonton apa yang dilakukan oleh pihak medis. Matanya sedikit membesar. Alisnya melengkung ke atas, seiring dokter dan perawat menutupi tubuh istri serta anaknya dengan kain putih. Dokter melihat Senkuhara, menggeleng-geleng, sementara para perawat menunduk pasrah.

"Istri dan anakmu, tidak tertolong lagi, Shinji-san," ucap perawat yang bersisian dengan Senkuhara.

"I-itu tidak mungkin ... me-mereka tidak mungkin meninggal. Tidak!" teriak Senkuhara membanting ponsel ke lantai dan meninju dinding kaca beberapa kali. Melampiaskan kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan.

"Tenanglah, Shinji-san. Bukan hanya kau yang kehilangan, tetapi banyak orang yang juga kehilangan sepertimu. Karena itu, sebaiknya kau pergi dari sini. Biar kami yang mengurus jenazah istri dan anakmu."

"Tidak! Istriku! Anakku! Jangan pisahkan aku dengan mereka!"

Senkuhara digiring paksa oleh dua perawat laki-laki. Dia berteriak menggila. Suaranya menggema keras di koridor sepi itu. Tidak mau meninggalkan keluarganya, tetapi keadaan telah memisahkannya dari keluarganya untuk selamanya.

***

Bayang-bayang kematian istri dan anak memenuhi benak Senkuhara. Memukul batin dan jiwanya, sehingga tidak bisa berpikir lagi untuk melanjutkan hidup. Namun, pesan terakhir dari istrinya sebelum meninggal dunia karena wabah penyakit yang menyerang negaranya, membuatnya menjadi lebih kuat dan tetap meneruskan kehidupan dengan kekuatan sendiri.

"Sen-kun, apapun yang terjadi, tetaplah tersenyum. Jangan pernah menyerah. Aku yakin kita bertemu lagi di kehidupan berikutnya," ucap istrinya yang terbaring di ranjang. Tersenyum lemah. Suaranya bisa terdengar oleh suaminya yang menunggu di luar bangsal, karena mereka saling menelepon.

Senkuhara tersenyum pada langit senja yang begitu redup. Seredup hatinya yang telah rapuh. Perasaannya hampa, tidak bisa terobati lagi. Hanya demi mencari penebusan, dia melakukan perjalanan ke seluruh dunia hingga dirinya menua. Penebusan karena dia tidak bisa menjaga anak dan istrinya. Menganggap kematian keluarganya adalah kesalahannya sendiri.

Kini Senkuhara berada di hutan belantara di negara Amerika. Dia tetap berjalan tegap dengan ditemani tongkat kayu dan tas ransel besar. Menyusuri semak-semak belukar setinggi dirinya. Ingin mencari tempat menginap sebelum malam tiba.

Nasib mujur membawa Senkuhara tiba di kaki perbukitan. Ada reruntuhan yang telah rata dengan tanah di kaki perbukitan itu. Senkuhara bisa melihat patung-patung yang tercerai-berai di sekitar reruntuhan itu. Patung-patung yang mengingatkannya dengan suku pendalaman.

VoyageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang