8. Teringat ayah

1 0 0
                                    

Taiga dan Harumi tiba di rumah Asuka. Mereka disambut hangat oleh Asuka di dekat pintu yang terbuka lebar. Tapi, Asuka mengerutkan kening saat menatap Harumi yang berdiri di sisi kiri Taiga.

"Taiga, siapa dia?" tanya Asuka menunjuk Harumi.

"Dia istriku, Kiyotoshi Harumi, yang kuceritakan itu," jawab Taiga melirik Harumi.

"Hah? Istri? Kau bilang dia itu teman seperjalananmu, 'kan?"

"Tadinya begitu, tetapi karena ada kejadian yang memalukan, aku bertanggung jawab dengan cara menikahinya."

"Kejadian memalukan apa?"

"I-itu ... aku tidak sengaja merobek baju bagian punggung Harumi di tengah banyak orang di jalan."

"Taiga, apa yang kau bilang tadi? Aku bukan istrimu, 'kan?" Harumi langsung mencubit pipi kiri Taiga. Menunjukkan tampang menyeramkan. Berbisik ke telinga Taiga.

Taiga berekspresi menahan sakit. Dia tidak berani menatap Harumi. Interaksi mereka membuat Asuka melongo, lantas Asuka tertawa pelan.

"Sungguh kejadian yang tidak terduga. Kalian benar-benar cocok menjadi suami-istri. Selamat untuk kalian berdua," ucap Asuka membungkukkan badan untuk memberikan hormat pada Taiga dan Harumi.

"Terima kasih, Asuka-sama," balas Taiga turut membungkukkan badan.

"Ya. Sebagai hadiah pernikahan, aku memberikan kamar khusus untuk kalian berdua. Menginaplah di sini untuk beberapa hari."

"Boleh juga. Terima kasih atas kebaikanmu, Asuka-sama."

"Ayo, masuklah! Kalian harus segera beristirahat." Asuka masuk duluan ke rumahnya. "Pelayan, siapkan kamar untuk pasangan pengantin baru ini!"

Dua pelayan wanita berkimono terusan, membungkuk hormat pada Asuka. Mereka bergegas pergi memasuki sebuah lorong. Harumi yang masuk bersama Taiga, tiba-tiba merasakan atmosfer yang tak biasa. Dia mengedarkan pandangan ke segala arah saat berada di ruang tamu yang sangat luas.

"Ada apa, Harumi?" tanya Taiga mengerutkan kening.

"Tidak ada apa-apa," jawab Harumi menggeleng. Dia tersenyum.

"Kau aneh."

Harumi tidak menggubris ledekan Taiga. Dia tetap memeriksa setiap sudut ruangan itu. Mencari sesuatu yang membuat hatinya tidak tenang.

"Asuka-sama, kamarnya sudah siap," ujar salah satu pelayan wanita yang datang menghampiri Asuka.

Asuka mengangguk, berdiri tak jauh dari Taiga dan Harumi. "Ya, terima kasih."

"Sama-sama, Asuka-sama."

"Taiga, Harumi, silakan pergi ke kamar. Pelayan, tolong antar mereka ke kamar, ya?"

"Baiklah." Giliran pelayan itu mengangguk.

Taiga dan Harumi juga mengangguk. Mereka mengikuti pelayan ke lorong. Berjalan santai menyusuri lorong panjang hingga tiba di kamar yang terpisah dari rumah utama. Kamar itu berada di rumah khusus penginapan para tamu, tetap berada di dalam rumah.

"Kita sudah sampai. Ini kamar kalian. Aku tinggal dulu," kata pelayan itu tersenyum, langsung pergi meninggalkan Taiga dan Harumi.

"Terima kasih banyak," tukas Harumi membungkukkan badan.

"Sama-sama."

"Aaah, aku lelah sekali," timpal Taiga bergegas menggeser pintu kamar ke samping. Masuk duluan.

Harumi melihat Taiga. Dia merasakan jantungnya berdetak kencang, bukan merasakan perasaan cinta terhadap Taiga. Namun, merasakan kemarahan. Harumi menampilkan wajah garang dan berjalan mendekati Taiga.

VoyageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang