10. Mengalah

0 0 0
                                    

Bab 10. Mengalah

Taiga dan Harumi tidak menyangka Asuka yang dikenalnya sehari ini, ternyata memiliki keterikatan dengan youkai Kappa. Mereka membelalakkan kedua mata. Asuka berdiri tak jauh dari mereka.

"Aku memiliki perjanjian dengan Kappa agar wilayah kota ini damai dan semua orang hidup tanpa kekurangan makanan dan segalanya," tutur Asuka menyipitkan mata, "sebagai imbalan perjanjian itu, Kappa hanya meminta adikku, Aiya-chan, untuk menjadi sahabatnya. Lalu karena bantuannya, kami bisa hidup berkecukupan dari kebun timun. Dari hasil kebun timun itu, kami bisa memberi makan untuk Kappa dan membantu perekonomian para warga."

"Itu benar. Kappa ini baik dan selalu menemaniku di kala sedih karena teringat orang tua. Aku dan kakak telah kehilangan orang tua kami karena peperangan samurai yang melanda tempat tinggal kami ini. Kami menjadi yatim piatu. Tidak tahu harus pergi kemana lagi. Lalu Kappa ini datang dan menjanjikan kebahagiaan untuk kami," balas Aiya yang tetap menangis. Tetap berusaha melindungi Kappa di belakang tubuhnya.

"Baru kali ini, aku melihat imbalan perjanjian seperti itu. Sepertinya, dia bukan youkai yang kucari," ucap Harumi sedikit melebarkan mata.

"Apa kalian ingin tetap menghabisi Kappa ini?"

Asuka tetap mengacungkan ujung panahnya ke arah Taiga dan Harumi. Dia juga tetap menajamkan mata. Alisnya terangkat. Harumi melihat Asuka, memicingkan mata. Dia menghela napas perlahan.

"Aku tidak tahu, tetapi karena sumpahku sendiri, aku akan tetap membunuh youkai yang ada di depanku ini." Harumi diam-diam mengeluarkan kunai dari kantong kulit yang terpasang di pinggangnya. Tindakannya diketahui Taiga. Taiga refleks memegang tangannya yang memegang kunai.

"Jangan, Harumi!" Taiga menukikkan alis. "Sebaiknya kita pergi dari sini. Aku tidak mau kita terlibat permasalahan dengan orang-orang di sini."

"Apa? Seenaknya saja kau memerintahkan aku begitu! Kau itu...."

Perkataan Harumi terpotong saat Taiga berdiri. Taiga mengangkat badannya. Membuatnya berteriak panik.

"Taiga, apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" Harumi membeliakkan mata.

"Asuka-sama, Aiya-sama. Kami permisi pergi malam ini. Terima kasih atas semua kebaikan kalian." Taiga tidak memedulikan kemarahan Harumi. Dia bersikap santai.

Taiga menggendong Harumi di bahu kanan bagai menggendong sekarung beras. Harumi memberontak, tetapi akhirnya mengalah saat Taiga berjalan meninggalkan Asuka, Aiya, dan Kappa. Mereka juga sempat mengambil barang yang tertinggal di kamar tamu.

Taiga dan Harumi sudah ada di luar rumah Asuka. Taiga melepaskan baju bagian atasnya, untuk mempermudahkan Harumi mengobati bahu kirinya yang terluka. Mereka duduk di dekat pohon Sakura yang telah kehilangan semua kelopak bunga.

"Dasar, kau itu! Kenapa kita kabur dari sana? Padahal aku sedikit lagi bisa membunuh Kappa itu!" gerutu Harumi mengikat kuat kain putih di bahu kiri Taiga. Bertampang sewot.

Taiga berteriak karena kesakitan luar biasa. "Aaah, jangan kencang ikatannya! Apa kau ingin membuatku terluka lagi?"

"Aku sangat kesal padamu."

"Kau sudah dengar alasan Asuka tadi? Dia ingin semua orang di tempat ini, menjadi bahagia. Kappa itu telah mewujudkan semuanya, tanpa imbalan yaitu memakan manusia. Biasanya, youkai-youkai lain yang mengadakan perjanjian dengan manusia, mengharapkan imbalan berupa memakan manusia."

"Apapun alasannya, manusia yang mengadakan perjanjian dengan youkai, itu tidak benar. Bagiku, youkai tetaplah makhluk yang jahat. Aku sudah bersumpah di depan reruntuhan kuil di desaku, akan membunuh semua youkai yang kutemui di jalan!"

VoyageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang