5. Harumi pergi?

2 0 0
                                    

Taiga mendekati Harumi yang menyarungkan pedang. Napasnya tersengal-sengal dengan kedua bahu yang naik-turun. Telah mencurahkan segala tenaganya untuk membantu Harumi.

"Harumi, kau tidak apa-apa, 'kan?" tanya Taiga dengan nada yang terputus-putus.

"Ya, aku tidak apa-apa," jawab Harumi mengangguk cepat, "kau telah dipenuhi darah. Cepat bersihkan dirimu."

"Tapi, kau lupa berterima kasih padaku."

"Untuk apa aku berterima kasih padamu?"

"Karena aku telah membantumu untuk memusnahkan youkai-youkai tadi."

"Aaah, kalau masalah itu, aku tidak perlu berterima kasih padamu."

"Apa? Harumi, kenapa kau sinis begitu padaku?"

Taiga tercengang. Alisnya menukik. Harumi langsung pergi meninggalkannya. Berjalan cepat dan melompat ke atas pohon. Menghilang sekejap mata.

"Apapun yang terjadi, aku tidak akan menyerah untuk mendekatimu. Pertama, aku harus menjadikanmu teman dekatku," bisik Taiga mengangguk pelan. Kedua tangannya terkepal kuat. Perasaan kecewa telah hinggap di hatinya.

Taiga menyarungkan pedang yang terpasang di pinggangnya. Dia berlari menuju gua. Saat dia tiba di gua, tidak menemukan siapapun. Mengejutkannya.

"Harumi!" teriak Taiga yang menggema di gua itu. Dia masuk untuk memeriksa keadaan. Rupanya tidak ada barang milik Harumi yang tertinggal di sana. Harumi telah pergi sendirian meninggalkannya.

Taiga kalang-kabut. Dia berlari ke arah sesuai hati yang menuntunnya. Melewati semak-semak, bebatuan, dan apapun dengan perasaan yang berpacu untuk mengejar Harumi. Hingga malam tiba, Taiga tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Harumi.

"Harumi, kau ada di mana? Kau bilang ingin menjadi teman perjalananku. Tapi, kenapa kau malah bersikap egois begini?" gumam Taiga jatuh terduduk dan menyandarkan punggungnya ke batang pohon besar. Dia sudah lelah berjalan, dan merasakan perutnya tidak bisa diajak kerja sama lagi.

Mujur, masih ada persediaan makanan yang dibuat ibu, Taiga bisa makan dan minum untuk mengisi tenaga yang sudah terkuras habis. Taiga juga mengabaikan kondisi pakaiannya yang telah ternodakan darah dan berbau tidak sedap.

Ketika Taiga selesai makan dan minum, tiba-tiba, dia teringat masa lalunya di kehidupan sebelumnya. Saat dirinya masih menjadi Senkuhara yang berteman dengan Ito sejak SMP. Ito selalu mendukung dirinya untuk rajin belajar hingga menjadi Arkeolog.

Ito juga menyukai sejarah, tetapi sejarah tentang dinosaurus. Dia sangat antusias jika bertukar pikiran dengan Senkuhara mengenai dinosaurus. Senkuhara dengan senang hati meladeni Ito dan menjawab semua pertanyaan Ito.

"Ito, aku sangat merindukanmu. Kenapa kau terlalu cepat meninggalkanku? Kau satu-satunya gadis yang bisa membuatku jatuh cinta," lirih Taiga. Matanya menyipit. Tidak merasakan perasaan sedih, padahal dia merasakan perasaan itu.

Bayangan sosok Ito seolah selalu muncul di pelupuk matanya. Ito yang berbeda dari Harumi, tersenyum padanya. Muncul juga sosok Harumi, gadis ninja, di samping Ito. Harumi yang telah mencuri hati Taiga sejak mengira dia adalah Ito.

Taiga memejamkan mata. Memeluk dirinya sendiri. Menutupi kepalanya dengan tudung mantelnya. Perasaan kantuk menyerang dirinya, menuntunnya untuk beristirahat total sampai pagi tiba.

***

Taiga melanjutkan perjalanan seorang diri. Berjalan kaki, menempuh hutan yang cukup lebat. Jika lapar atau haus, dia berusaha mencari sesuatu yang bisa dimakan dan diminum karena perbekalannya sudah habis. Kadang-kadang dia juga berburu hewan seperti rusa dan kelinci, jika merasakan perutnya mendesak untuk mendapatkan jatah makanan.

Berhari-hari berlalu, Taiga berhasil keluar dari hutan. Menemukan jalan setapak yang biasa dilalui oleh orang-orang desa setempat. Keadaan Taiga sangat lusuh dan kotor. Dia merasakan lapar dan haus tak tertahankan. Tubuhnya lunglai, tidak bertenaga lagi.

Taiga jatuh berlutut di jalan setapak. Dia tidak sanggup lagi berjalan. Tiba-tiba, gendang telinganya menangkap suara langkah kaki yang sangat keras. Taiga menoleh, mendapati seorang pemuda yang berkuda mendekati dirinya.

"Hei, apa yang terjadi padamu, Tuan?" tanya laki-laki berambut hitam yang diikat satu menyerupai ekor kuda. Berpakaian elit khas bangsawan. Turun dari kuda, dan berjalan untuk memeriksa keadaan Taiga.

Taiga melebarkan mata. "Ka-kau?"

"Keadaanmu memprihatinkan. Ayo, ikut denganku! Aku akan memberimu makanan, minuman, dan pakaian."

Taiga menurut saja saat dibantu berdiri oleh pemuda baik hati itu. Dia sempat terkesiap saat menatap wajah pria itu, sebab mengingatkannya pada seseorang yang dikenalnya saat menjadi Senkuhara. Kemudian dia dan pria itu naik kuda.

Laki-laki ini mirip dengan sainganku yang pernah ingin merebut Ito dariku batin Taiga.

Taiga duduk di belakang orang asing yang telah menolongnya. Dia tidak bisa berkata apapun, merasakan perutnya sangat sakit. Tidak bisa memerhatikan keadaan sekitar karena otaknya tidak melek lagi untuk berkonsentrasi.

Taiga dan laki-laki itu tiba di sebuah kota yang ramai. Banyak warga yang sedang mondar-mandir di berbagai ruas jalan. Banyak juga kios-kios sederhana yang buka, sehingga terjadi interaksi di antara penjual dan pembeli. Suasana sangat ricuh, memekakkan telinga.

Taiga menyadari dirinya berhenti di dekat sebuah bangunan besar berbentuk rumah adat jepang kuno. Malaikat yang telah menolongnya, turun dari kuda. Kuda itu diikat di dekat pohon Sakura yang ada di halaman depan.

"Ini rumahku. Aku tinggal berdua dengan adik perempuanku," ucap laki-laki asing itu, tersenyum lembut, "namaku Koyomi Asuka. Aku pemimpin desa ini. Kalau boleh tahu, namamu siapa?"

"Taiga," balas Taiga singkat. Menunjukkan wajah datar yang kusam.

"Taiga? Itu saja?"

"Ya. Aku tidak memiliki nama marga."

"Oh ya, hanya bangsawan dan klan ninja yang memiliki nama marga. Apa itu berarti kau rounin?"

Taiga mengangguk cepat. Dia mengedarkan pandangan ke segala arah. Memerhatikan halaman depan yang sangat luas, ditumbuhi banyak pohon Sakura. Daun-daun Sakura berhamburan, gugur dan menghujani Taiga dan.

"Kakak, siapa dia?" tanya seorang gadis yang mendadak muncul dari pintu depan. Pintu itu digeser ke samping olehnya.

"Oh, dia rounin. Namanya Taiga. Aku menemukannya di jalan dekat hutan," jawab Asuka melirik adik perempuannya yang berjarak tak jauh darinya.

"Rounin? Wah, itu berarti dia seorang pengembara! Aku ingin mendengar cerita darimu, Taiga-san!"

"Tunggu, Aiya! Taiga harus mandi dan berpakaian yang bersih. Sekalian ajak dia makan siang bersama kita!"

"Oh ya, benar juga. Pelayan, tolong siapkan pakaian yang baru dan bersih untuk Taiga-san!"

Koyomi Aiya berteriak cukup keras saat memasuki ruangan yang sangat luas. Taiga merasakan atmosfer yang aneh saat diseret olehnya dan diikuti oleh Asuka dari belakang. Pedang yang terpasang di pinggangnya, memancarkan aura ungu mistis. Suara yang aneh, tiba-tiba terdengar oleh Taiga.

Aku merasakan aura youkai berkekuatan besar bersemayam di rumah ini. Taiga, berhati-hatilah. Jangan terlalu percaya pada orang yang baru kau kenal. Ingat itu.

Taiga membulatkan mata sempurna. Dia celangak-celinguk. Barusan dia mendengar suara berat yang terkesan seperti kakek berusia delapan puluhan. Tapi, siapa yang bersuara tadi? Taiga mengerutkan kening dan memendam perasaan penasaran itu sendiri di hatinya.

***


VoyageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang