Sorry for typo
HAPPY READINGNB: ini masih dalam Mode flashback ya gais, sampai ada tulisan flashback off.
______
Jennie keluar dari rumah jongin dengan air mata yang masih terjatuh, rasanya sangat kecewa dan ingin marah tapi entah pada siapa. Dia tidak bisa menyalahkan dan melampiaskan seluruh amarahnya pada lelaki itu karena memang bukan seutuhnya kesalahan Jongin. Tapi dia sadar tidak akan pernah berani untuk menemui lelaki itu lagi, mungkin dalam waktu dekat. Bukankah akan sangat aneh jika mereka bertemu dan kembali berbincang seperti biasa? Oh, jennie tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi pada dirinya.
Tak butuh waktu lama untuk membawa tubuhnya masuk kedalam rumah dan mendatangi kamar sang ibu, kini jennie sudah menjatuhkan tubuh diatas ranjang. Pandangannya bertabrakan dengan pandangan teduh nan tajam yang dimiliki ibunya. Tanpa kata jennie memeluk tubuh kaku yang selalu diam tanpa pernah meresponnya itu.
"eomma mianhae, aku mengecewakanmu. Aku telah melakukan kesalahan eomma, maafkan aku" tidak ada respon apapun seperti biasanya.
Jennie terus memeluk tubuh kaku itu dengan erat, menggenggam tangan hangat sang ibu agar bisa menerima semangat lebih darinya.
Dara.
Ibu jennie ini mengidap gangguan kejiwaan yang diderita sejak jennie kecil. Lebih tepatnya sejak sang ayah meninggalkan ibunya begitu saja dan pergi dari kehidupan mereka membiarkan wanita itu mengurus jennie seorang diri. Dara mengidap Skizofrenia, membuatnya sangat sulit untuk membedakan alam sadar dan bawah sadarnya. Itulah yang membuatnya tidak bisa merespon orang sekitar yang mengajaknya bicara.
Dulu Mereka tinggal bertiga dirumah besar milik ibu Dara ini-- nenek Jennie. Mereka hidup bertiga sampai ketika jennie menjadi seorang trainee dan sang nenek meninggal. Jennie menggunakan uang peninggalan sang nenek untuk membayar perawat agar bisa mengurus ibunya. Dan sampai sekarang.
"Eomma, Maafkan aku jika aku mengecewakanmu. aku benar-benar minta maaf" Rasa lelah pada tubuh jennie seketika berubah menjadi rasa kaget.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia merasakan sapuan tangan sang di ibu pada tangannya yang kini tengah menggenggam erat tangan Dara. Ini diluar ekspektasi jennie, dan tentu aja ia merasa bahagia.
"Aku baik-baik saja eomma, kau tidak perlu khawatir. Tapi maafkan aku jika kau tidak bisa bertemu dengan Nini lagi setelah ini" Jennie tersenyum lirih, Nini yang ia sebut bukan ditujukan untuk dirinya, tapi untuk Kim Jongin. Ya, mereka memikiki nama panggilan serta kesukaan yang sama sedari kecil.
.
.Setelah merasa lebih tenang menceritakan keluh kesahnya pada sang ibu tanpa respon, Jennie berjalan menuju kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sangat lelah itu. Membuka knop pintu dengan perlahan, lalu matanya kembali memanas melihat isi dari ruangan itu.
Setiap sisi ruagan dipenuhi oleh boneka beruang dengan berbagai ukuran, itu semua adalah hadiah pemberian Jongin setiap kali Jennie ulang tahun, atau ketika jennie tengah merajuk padanya. Boneka beruang adalah salah satu kesukaan Jennie yang menjadi benda favorit jongin juga. Itulah mengapa Jongin selalu berhasil menyogok jennie hanya dengan boneka beruang berwarna coklat ketika ia tengah merajuk.
Berjalan masuk kedalam kamar dengan perasaan yang lagi-lagi entah harus ia bawa kemana. Semuanya terasa semu, abu-abu dan semua seolah berubah menjadi potongan kisah bahagia di masa lalunya. Semua boneka yang ada di hadapannya kini berubah menjadi kenangan, karena sepertinya dia tidak akan pernah menemui Jongin lagi. Entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arctophile (End)
Fiksi Penggemar"Jika saja aku tidak mencintaimu, maka semuanya akan menjadi lebih mudah" -Kim Jennie "Hanya perlu tetap disisiku dan percayakan semuanya padaku, aku akan menjaga kalian" -Kim Jongin Apakah orang yang merusak segalanya bisa tetap dikatakan sebagai s...