"Jika saja aku tidak mencintaimu, maka semuanya akan menjadi lebih mudah" -Kim Jennie
"Hanya perlu tetap disisiku dan percayakan semuanya padaku, aku akan menjaga kalian" -Kim Jongin
Apakah orang yang merusak segalanya bisa tetap dikatakan sebagai s...
Jongin tiba dirumah pukul 18.20 KST setelah melewati ramainya perjalanan menuju rumah, selama perjalanan yang memakan waktu cukup lama itu. Aubree, sang anak sama sekali tidak bertingkah dan menangis, anak itu terlalu pintar diusianya untuk memahami keadaan. Bahkan ditengah suhu tubuhnya yang masih panas itu, dia hanya membuka matanya untuk meperhatikan jongin yaang tengah menyetir.
"Bawa Aubree ke kamar Mona, dan jangan lupa memberinya obat. Aku akan ke kamarnya setelah menyelesaikan tugasku" Ucap jongin memberi perintah, Mona hanya mengangguk mengiyakan. Karena itu adalah tugasnya, tentu saja dia sudah tahu apa-apa saja yang harus dia lakukan ketika sedang ada dalam posisi seperti ini.
Jongin melangkah dengan tegas menuju kamar yang ia tempati dengan Jennie, dia harus membicarakan hal ini pada jennie. Masa bodo, jika wanita itu akan menolaknya, jongin hanya ingin berusaha untuk membuka mata jennie agar dia memiliki sedikit rasa iba pada anaknya sendiri.
Masuk kedalam kamar yang ternyata sangat sepi itu, jongin sama sekali tidak melihat keberadaan jennie. Membuka pintu kamar mandi pun, tak membuatnya menemukan wanita itu, lalu kemana perginya dia. Seluruh otot di tubuh jongin terlihat mengetat, Jika jennie benar-benar pergi setelah mengetahui Aubree sakit, maka jongin akan menemui wanita itu dengan cepat.
Tidak mau mengambil keputusan yang salah, jongin keluar dari kamar dan mencari keberadaan wanita itu dirumahnya yang besar, sedikit lelah karena belum juga menemukannya. Sangat gila, jika wanita itu benar-benar pergi dari rumah ini. Terakhir, hanya ada satu tempat yang belum ia sambangi, Kamar Aubree. Apakah wanita itu ada dikamar anaknya?
Jongin membuka knop pintu dengan ragu, kamar bayi yang sebenarnya dikhususkan untuk sang anak sejak dia lahir, tapi jarang sekali ditempati oleh Bre. Karena jongin lebih mempercayainya untuk tidur bersama Dara, tentu saja ditemani Mona. Entah bagaimana konsepnya, tapi menurut jongin itu adalah yang terbaik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Benar, Jennie ada disana. Duduk di sofa kecil yang memang dikhususkan untuk ada didalam kamar Aubree. Wanita itu terdiam menatap sang anak yang tertidur pulas di Baby cribnya. Sepertinya Mona sudah keluar setelah memberikan obat pada bayi itu. Jongin berjalan kearah jennie, wanita itu masih belum menyadari kehadirannya karena terlalu fokus pada perhatian yang mengarah sepenuhnya kepada sang anak.
Seluruh amarahnya pergi entah kemana ketika menyadari jennie menangis sambil menatap wajah lelap bayi mereka, mungkinkah Mona memberi tahukan semua yang dokter katakan tentang keadaan Bre?
Jongin berjalan semakin mendekat, memeluk tubuh jennie dari belakang, membuatnya berjengit dan langsung menghapus air mata yang semula membasahi wajah mulusnya itu.
"Kenapa menangis? hm?" Jennie melepaskan pelukan jongin, menatap wajah lelaki yang kini sudah ia ubah menjadi dihadapannya.