Sorry for typo
HAPPY READINGBacanya hati-hati, Bismillah ini aman kekeke 🤍
______
Ruangan bernuansa gelap dengan ornamen kayu coklat dipadukan dengan warna hitam yang kental, menyambut Jongin ketika ia masuk kedalam ruang kerjanya yang ada di Restoran. Suasana disini sangat mencerminkan pribadi Jongin yang tertutup dan sulit ditebak, lelaki itu mendudukkan bokong diatas kursi kebesarannya dan menyalakan panel komputer untuk mengecek pemasukan dan beberapa hal lain.
Setelah menyapa para pekerja dan melihat keadaan restoran tadi, kini Jongin sudah bisa mengetahui kabar apa yang akan ia dapatkan ketika melihat statistik pemasukan dihadapannya.
Pergerakan Jongin seketika terhenti melihat sebuah panggilan yang masuk kedalan ponselnya, itu dari sang Ibu.
Ibu Jongin memang tidak tinggal di Korea, beliau tinggal di luar negeri tepatnya di Osaka, Jepang. Sejak kematian sang ayah, beliau memilih untuk tinggal disana bersama dengan tante dari Jongin-- Adik ibunya. Sekaligus mengurus cabang Restoran yang memang ada disana. Panggilan itu Jongin terima, dan ia pun langsung mendengar dengan jelas suara wanita yang sangat ia rindukan itu. Sejak kelahiran Aubree, Jongin memang belum pernah sama sekali mendatangi sang ibu di Osaka. Justeru ibunya lah yang datang Ke Korea unuk mengunjungi mereka sekadar melihat keadaan sang cucu dan melihat menantunya-- Jennie. Tentu saja beliau mengenal Jennie, Gadis manis yang tinggal di samping rumahnya, gadis yang selalu Jongin ceritakan kepada ibunya dengan penuh damba.
Hal yang harus kalian ketahui, ibu Jongin turut bahagia dengan pernikahan mereka, walau terjadi karena sebuah peristiwa yang sepertinya akan sulit diterima oleh jennie. Tapi dia bersyukur karena gadis itu mau menerima tanggung jawab jongin dan mempertahankan cucunya itu. Wanita itu sadar semuanya kesalahan Jongin, karena sejak dulu dia sama sekali tidak pernah mengenalkan sang anak pada kelamnya dunia malam. Tentu saja, orang tua mana yang rela anaknya terjerumus pada dunia malam, tapi semua itu terjadi karena pergaulan yang memang tidak bisa di kontrol dengan tangan kosongnya sebagai ibu. Ibu Jongin juga membebaskan lelaki itu karena Jongin sudah dewasa dan dianggap tahu hal apa yang akan terjadi kedepannya jika dia masuk kedalam kesalahan.
Dan benar bukan? Untungnya lelaki itu besar dengan baik sehingga memiliki tanggung jawab besar diatas pundaknya.
"Annyeong Eomma" Sapa Jongin pada Wanita berusia sekitar 48 Tahun di seberang telepon. Jujur saja Jongin sangat merindukan ibunya itu, tapi entah kapan dia memiliki waktu yang tepat untuk menyambangi ibunya, karena harus dipastikan dia membawa serta jennie juga Aubree. Mungkin akan lama, tapi tidak masalah. Jongin akan memikirkan hal ini lagi, dan mungkin dia harus membicarakannya dengan jennie ketika wanita itu memiliki waktu luang nanti.
"Annyeong Jongin-ah, Kau di Restoran?" itu adalah sapaan pertama yang diberikan ibunya.
"eoh, ada apa eomma?"
"Kau meninggalkan Aubree dirumah?" Jongin dibuat mengernyit bingung oleh pertanyaan yang dilontarkan ibunya itu, bagaimana beliau bisa tahu jika Jongin meninggalkan Aubree? Ah bodoh, tentu saja. Baru saja dia menyetujui perkataan ibunya kalau dia ada di Restoran.
"Iya, seperti biasa. Ada Dara eomma dan Mona, lagipula aku tidak lama disini" Jawab Jongin santai, dia tidak memikirkan hal apapun saat ini. Karena ada beberapa hal penting yang harus dia lakukan.
"Jangan biasakan meninggalkan Bre seperti itu, apalagi saat Jennie sedang pergi untuk waktu yang lama. Apa kau tidak kasihan? Dia akan kekurangan kasih sayang, Jongin"
Jongin mendengus, perkataan ibunya seratus persen benar. Tapi bagaimana jadinya jika dia tidak datang hari ini ke Restoran? Data keuangan yang baru saja diberikan oleh bagian Keuangan di Restoran ini saja menunjukkan ketidakstabilan yang membuat Jongin menjenggut rambutnya dengan kasar sebelum sang ibu meneleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arctophile (End)
Fanfiction"Jika saja aku tidak mencintaimu, maka semuanya akan menjadi lebih mudah" -Kim Jennie "Hanya perlu tetap disisiku dan percayakan semuanya padaku, aku akan menjaga kalian" -Kim Jongin Apakah orang yang merusak segalanya bisa tetap dikatakan sebagai s...