Arctophile - 12

585 56 63
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING

______

Jennie sudah terbangun sejak 30 menit yang lalu, karena sebuah ketukan dari pintu penghubung kamar terdengar. Mona mengetuk pintu itu karena Bre menangis ketika bangun tidur dan tidak mau ditenangkan. Sepertinya dia tahu jika ayah dan ibunya sedang bersama, membuat gadis kecil itu ingin mengganggunya.

Menidurkan Bre di samping jongin, pada tempat kosong yang tadi menjadi tempatnya. Membiarkan bayi itu meringkuk dalam pelukan hangat ayahnya, lalu jennie bergegas untuk mandi. Siang nanti dia harus kembali bersama Blackpink untuk melakukan pengecekan suara dan Rehearsal penampilan terakhir mereka di Amerika sebelum akhirnya pulang. Dan Jongin akan pulang nanti siang, bersamaan dengan jennie yang harus meninggalkan lelaki itu.

Sebenarnya Jongin masih ingin tinggal dan menonton konser terakhir wanitanya itu, tapi ternyata ada urusan penting yang harus ia lakukan bersama Sehun dan Suho di negara mereka. Ketiga lelaki tampan dengan aura yang berbeda itu ingin merintis sebuah bisnis jangka panjang, dan dapat dipastikan kalau mereka membutuhkan waktu yang lama untuk memulainya. Maka dari itu, Suho meminta kepulangan Jongin dipercepat dengan permintaan maaf karena merasa mengganggu lelaki itu, tapi ternyata jongin tidak mempermasalahkan itu semua.

Tidak butuh waktu lama, jennie menyelesaikan mandinya. Dia melihat Bre yang terduduk menatap mata Jongin yang terpejam.

"Bangunkan Appa Bre" Ucap jennie yang duduk di sudut ranjang, memperhatikan anaknya itu. Bre menoleh kearah jennie dan merangkak diatas kasur itu lalu duduk dipangkuan ibunya.

"Bangunkan Appa, kenapa malah kemari" Jennie menyisir rambut kusut Bre perlahan, membuat bayi itu menyamankan dirinya di dada jennie.

"Sebentar lagi kau akan ulang tahun, jangan cepat besar Bre. Aku takut tingkahmu semakin banyak, dan semakin menyebalkan"  ucapan jennie membuat gadis kecil itu mendongakkan kepalanya. Sepertinya dia mengerti maksud dari kata menyebalkan yang terlontar dari mulut ibunya.

"Hahaha, eomma serius Bre. Jangan menatapku seperti itu" ucap jennie menggigit pelan hidung Bre membuat bayi itu merengek. Jennie pun kembali menaruh Bre di samping jongin dan mencari barang yang semalam ia minta pada Rose.

"Appa pa pa pa" Bre memukul-mukul dada ayahnya yang terbuka dengan tangan mungilnya, seolah berusaha membangunkan lelaki yang masih larut dalam mimpi itu.

Lama sekali Bre mencoba membangunkan Jongin, tapi lelaki itu tak kunjung membuka matanya membuat Bre kesal. Ia pun merengek dan menarik hidung Jongin dengan kesal.

"Appa hiks, enghh" Tangan mungilnya semakin kencang menepuk pipi Jongin.

"No, Bre. Be nice, bangunkan dengan cara yang baik" Ucap jennie pada Bre, bukannya menurut bayi itu justeru menangis dengan keras saking kesalnya.

"Eoh, kenapa kau cengeng sekali sih" Jennie mendekat kearah Bre dan mengambil anaknya itu dalam gendongan, Jongin membuka matanya dengan berat ketika mendengar suara tangis Bre yang menggelegar.

"Kenapa menangis, sayang?" Suara serak Jongin terdengar bersamaan dengan tangis Bre yang semakin kencang, Huh jennie sungguh membenci tangis bayi walau itu berasal dari anaknya sendiri.

"Dia membangunkanmu, tapi kau tidak kunjung bangun, lalu dia kesal" Jelas jennie dengan nada ketus, Jongin tahu wanita itu kesal sekarang.

"Mianhae, sini sama appa" Jongin merentangkan tangannya dan langsung disambut oleh Bre, dia menghentikan tangisnya ketika sudah berada di dada Jongin.

"Dasar manja" Ucap jennie yang terdengar dengan jelas, membuat jongin menghembuskan nafasnya pelan. Dia hanya takut setiap ucapan yang jennie lontarkan menjadi pacuan sendiri bagi diri Bre. Dia takut ketika jennie mengatakan anaknya manja, justeru malah membuat Bre semakin manja dan cengeng.

Arctophile (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang