Truth

1.2K 123 3
                                    

"Phi Wat!"
"Oh, hai Tine."
'Tumben nih lebih jutek dari biasanya' pikir Tine.

"Sudah lama nunggu phi?"
"Belum. Ayo langsung ke kelas"
Sarawat tetap diam sepanjang perjalanan dari depan gedung ke kelas musik.

"Phi..." Tine menarik tangan Sarawat tepat di depan pintu kelas musik, "Ada apa? Kenapa kau diam saja daritadi?"
"Aku baik-baik saja." jawabnya cepat.
cliché pikir Tine, pasti ada sesuatu

"Kenapa kau seperti sedang marah phi. Apa ada yang mengganggumu?"
"Hm."
"Kenapa phi? Jangan kelihatan marah dong, kita kan mau masuk kelas. Nanti gak enak suasananya." pinta Tine menggoyangkan telapak tangan Sarawat yang sedang digenggamnya.

"Terus aku harus bagaimana? Apa aku harus terlihat senang ketika seseorang menyatakan perasaannya padamu?" ucap Sarawat hampir terdengar seperti berteriak.

Alaiwa? Ngomong apaan ini orang. Udah dibaik-baikin, emang salah gue apa.

"Hm. Siapa phi?" tanya Tine ingin memperjelas apa yang dibicarakan Sarawat.
"Oh ada banyak ya?" Sarawat menaikan sedikit wajahnya pada Tine.
Tiba-tiba Tine teringat live video tadi.

Oh phi Mil. Tapi apa hubungannya ama dia? Apa dia suka sama phi Mil makanya minta nomer gue? Mau nanya-nanya gitu soal phi Mil?

"Apa kau menyukai phi Mil?"
Sarawat memandangnya heran, sesulit itukah Tine mengerti bahwa yang disukai Sarawat adalah dirinya sendiri?
"Apa kau ingin mendekati phi Mil dan minta pendapatku karena dia menyukaiku?" tanya Tine.

"Sudahlah. Kau bodoh." jawab Sarawat yang kesal tapi merasa lucu juga menghadapi pria polos ini.

Shiaaa! omel Tine dalam hati
Ingin sekali Tine memakinya tapi dia ingat dan tahu diri bahwa dia adalah junior. Bahaya bila ada masalah dengan senior kampus.

Sarawat adalah ketua klub musik dan dia pun segera memperkenalkan Tine didalam klub.
"Kenalin. Ini Tine dari fakultas Hukum. Dia akan bergabung dengan kita mulai hari ini."
"Sawadee krub. Aku Tine, salam kenal." ucap Tine dilanjut dengan senyumnya yang merekah.

Pengumuman anggota baru itu kemudian diikuti tepuk tangan dari para anggota klub musik yang hadir.

Ketika para anggota sudah memutuskan berlatih, Sarawat menghampiri Tine dan memberikan gitar kesayangannya.
"Nih. Pakai gitarku."
"Oh oke phi." Tine pun mengambil gitar yang diberikan Sarawat padanya

"Ini chord C." ujar Sarawat seraya duduk disebelah Tine sambil mengarahkan jari-jari Tine pada kunci gitar tersebut.

Selama 2 jam mereka latihan, Tine berkali kali kagum dengan keahlian Sarawat bermain gitar.
Dilihatnya sosok itu, tampan dan perhatian. Jauh berbeda dengan sosok Sarawat yang pertama kali dia temui.

Tapi melihat perlakuan Sarawat kepada orang lain, membuat Tine memutar bola matanya, sebal. Karena kadang dia begitu cuek padahal orang-orang disekelilingnya begitu mempedulikannya.
'Mungkin dia merasa risih', pikir Tine.

Ada satu waktu ketika Tine merasa jantungnya berdebar saat Sarawat mengajarinya berbagai kunci gitar.
Tapi Tine meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanya perasaan kagum.

"Diingat ya, kunci-kunci tadi. Jari kamu harus lebih kuat nekennya supaya ga sumbang suara gitarnya." ujar Sarawat sambil mengusap rambut Tine.
"Iya phi.."
"Yaudah sampe sini dulu latihannya, nanti...."

"Hai Wat!"
Ucapan Sarawat terputus ketika Earn menghampirinya dan merangkul pundaknya, "Earn, sedang apa disini?"
"Jemput kamu, mau ngajak makan malam sekalian pulang bareng." matanya kemudian menuju Tine, "Hai! Sepertinya kita pernah ketemu ya?" tanya Earn.

The Love so Pure ( Sarawat x Tine )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang