Sebelum menuju ke asrama Tine, Sarawat mampir membeli sarapan untuk mereka berdua makan nanti.
Hari itu Sarawat ada kelas siang hari, jadi rencananya adalah menemani Tine, mungkin nonton film di kamarnya, mendengarkan musik, bermain games atau apapun hingga waktu sudah mendekati jadwal kelas siangnya.Hatinya sudah agak tenang karena penjelasan Tine tadi malam tentang kemungkinan orang ketiga diantara mereka. Bagaimanapun juga, Tine hanya satu-satunya baginya, dia pun berharap hal yang sama dari kekasihnya.
Sesampainya di depan kamar Tine, ia melihat pintu kamar itu agak sedikit terbuka. Dia pun segera masuk.
"Tine... aku membawakan sarapan untukmu."
Betapa terkejutnya ia melihat Tine memeluk wanita dari masa lalu itu, Pear.
"Emm.... aku akan taruh makanan nya di sini ya."
Dengan wajah terpukulnya yang berusaha ia tutupi, ia menunjuk meja kecil di dekat pintu."Phi... aku......" Tine melepaskan pelukan Pear dari tubuhnya dan hendak berjalan ke arah Sarawat tapi dihentikan oleh apa yang dikatakan Sarawat selanjutnya.
"Kita akan bicara nanti... Aku harus segera ke kampus." Untuk kalimat terakhir ia tak mampu menatap Tine.
Ia mengarahkan mobil menuju asramanya, tapi ia sadar bahwa dalam keadaan seperti ini ia tak boleh sendiri. Ia ingat Man ada kelas pagi dan berniat menemuinya di kampus.
——————Tine
Tine menghela nafasnya dalam, kemudian menatap kembali mantan kekasihnya.
"Pear.... aku sudah memaafkanmu."
"Aku dan Oak tidak berhasil."'Sial! Ketika ia gagal dengan hubungannya baru dia datang padaku' pikir Tine.
"Aku seharusnya tahu dia tidak sepertimu. Dia tidak benar-benar serius denganku. Aku...." suaranya terputus dengan isak tangisnya yang mulai kencang.
"Aku menyesal dengan itu...." ujar Tine lirih.
"Apa kau tidak ingin mencobanya kembali?" Pear menahan tangisnya untuk tetap dapat mengungkapkan isi hati pada lelaki di hadapannya.
"Pear......" mungkin jika wanita itu mengatakannya tahun lalu, atau bahkan sebelum ia bertemu Sarawat, ia akan mempertimbangkannya, karena Pear begitu berarti baginya. Mereka berteman sejak kecil, ketika mereka memutuskan hubungan, perasaan itu tidak langsung hilang begitu saja.
Putusnya hubungan Tine dan Pear membuatnya tak bisa membuka hati untuk siapapun. Sejak saat itu, Tine tidak percaya pada cinta.... sampai dia bertemu Sarawat.
"Ku khot kord.... Aku sudah sama orang lain."
"Phi Sarawat?"Tine hanya mengangguk menatapnya. Dia ingin sekali mengejar kekasihnya saat ini, tapi dia harus menyelesaikan dulu apapun itu antara dia dan Pear.
"Apa kau sudah lupa semuanya? Hubungan kita tidak sesingkat itu, Tine."
Tine menggelengkan kepalanya seraya berkata, "Dimana pikiran itu saat kau selingkuh dibelakangku?""Aku minta maaf. Aku menyesal."
"Pear..." kedua tangan Tine memegang bahu Pear.
"Kita sudah benar-benar selesai. Aku mengharapkanmu yang terbaik. Tapi orang itu bukan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love so Pure ( Sarawat x Tine )
RomansaKurang apa sih Sarawat Gunthitanon. Ganteng gak usah ditanya, pintar standard sih, tajir juga standard, pacar udah perfect banget. Tapi kenapa masih pengen gebet anak fakultas Hukum, Tine Teepakorn.... kan jadi ribet urusan. Banyak huru-haranya. Yan...