Part 15 (Dua yang Utuh)

24.1K 1.1K 138
                                    

Satu lagi.

Alis Anne terangkat satu ketika melihat pesan tersebut dari Bram selepas salam. Wanita tersebut mengerutkan kening sebelum akhirnya mengeluarkan tanyanya.

"Apanya? Gerah nih pake ini!" ujar Anne sembari menunjuk mukena yang terpasang rapi.

Sesegera mungkin tanya Anne dijawab dengan pesan dari Bram. Lelaki itu mengirimkan sebaris kalimat ke nomor istrinya.

Aku ingin kita salat satu lagi.

"Cih! Salat apa lagi? Salat qobliyah? Bakdiyah?"

Sesaat hening melanda. Bram tercenung dan menyadari bahwa Anne juga memahami agama. Sama seperti dengan Bram. Anne terdiam lantas membuang muka ketika tatapan di hadapan penuh pertanyaan.

"Salat apa lagi?" Anne bertanya memecah kebuntuan.

Bram tersenyum sekilas. Mengetikkan pesan sebuah niat salat. Tidak mau ribet, Anne mengikuti saja ketika Bram bangkit. Menjadi makmum malam ini memang kembali menyeret hawa sejuk dalam hati Anne.

Selepas salam, senyum Bram tampak berbeda. Berakhir dengan sebuah gerakan cepat yang mengunci seluruh sendi Anne menjadi mati. Tidak bergerak seakan lumpuh.

Malam itu doa asing terlantun. Tanpa makna, melalui gerakan, Anne tahu doa apa itu. Ia pasrah. Tunduk seperti bunga yang dihisap lebah. Tepian muara pun mereka raih dengan ridho-Nya.

Malam itu juga, rahasia perempuan petualang ranjang terbuka jua. Bram memenangkan apa yang menjadi miliknya. Bram memenangkan apa yang diyakininya. Anneke Atmara-nya masih suci tak bernoda.

Sang nyonya masih ... gadis.

---HISNANAD---

Subuh yang dingin. Anne berhasil melarikan diri selepas kejadian tadi malam. Dekapan Bram membuatnya sedikit terlena, tetapi di samping itu, ia menyayangkan semua yang terjadi.

"Kenapa bisa begini?" Anne bergumam kesal.

Rambutnya telah basah selepas melakukan ritual yang seharusnya. Niat Anne ingin tidur kembali, tetapi rasa resah meluah. Ingin kesal, sudah terlanjur. Akhirnya wanita itu hanya bisa bergelung dalam selimut sembari mengenyahkan pemikiran tentang semalam. Tentang ia yang tunduk dan tentang Bram yang mengambil kuasa. Demi apa Anne ingin menghilang dari dunia sekarang juga!

Di kamar, Bram telah selesai melakukan subuh. Bibirnya tidak bisa berhenti menyunggingkan senyum karena ia memenangkan miliknya. Kakinya terayun menuju kamar sang istri. Selepas itu, tiga ketukan terdengar. Nihil. Anne tak bergerak meski pintu diketuk.

Percobaan pertama yang gagal memancing percobaan kedua. Selanjutnya terus berulang. Hingga deritan pintu menggerus senyap.

"Pergi! Aku ingin sendiri!" Ekspresi datar Anne tunjukkan.

Sebelum pintu sempurna tertutup, Bram menahan. Dua manusia itu sekejap saling bertatapan. Pergerakan selanjutnya adalah keberanian Bram masuk ke kamar sang istri.

Pelototan Anne tidak berpengaruh apa-apa. Seakan angin lalu, Bram justru memerangkap Anne dalam kurungan di dinding.

"Pergi!" titah Anne ketus.

Usaha wanita itu sia-sia. Menatapal Bram dengan pelototan justru kembali mengingatkan kejadian semalam. Ah, dosa apa Anne hingga rasa malu rasanya sampai di ubun-ubun.

"Bram, pergi! Aku ngantuk—"

Dug!

Dekapan hangat menjadi pemotong pembicaraan. Anne tidak bisa memberontak. Ia sedikit mulai sadar bahwa dirinya ... terpesona? Ah, tidak! Hanya sedikit. Akan tetapi, ia terpesona ya?

Petualang Ranjang (18+)  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang