Part 28

7.4K 528 7
                                    

Anne melangkah menuju toilet. Wanita itu manut saja ketika disuruh Bram untuk pulang dengannya sore nanti. Toh, tadi ketika menitipkan Rama, Malika berkata bahwa bayi tersebut tak rewel seperti biasanya.

Dalam hati, Anne memuji kepintaran sang anak yang mau-mau saja memberi waktu mama dan papanya untuk berpacaran. Ahaha, Rama seperti mengerti bahwa sang mama dan papa memang kurang waktu berdua.

Yaiya lah. Bagaimana tidak? Kalau saat kehamilan Rama dulu, Bram menalaknya dan meninggalkan mereka. Padahal kan Anne ingin dimanja.

Sebelum, Anne keluar dari toilet. Pembicaraan para gadis kantor terdengar menarik.

"Mau deh punya suami kayak Pak Bram."

"Elu pingin duitnya?" tanya sebuah suara agak sengak.

"Bukan gitu. Dia suamiable. Di samping kekurangannya yang bisu, dia itu kayak sayanggggg banget sama istrinya."

"Betul tuh! Sekalian, Pak Bram tipe laki-laki tanpa hidung belang—"

"Ya emang Pak Bram kan hidungnya gak ada panunya," sahut suara diiringi tawa kecil mengalun.

"Maksud gue gak gitu! Anjay. Maksudnya itu Pak Bram gak jelalatan kanan kiri. Meski ada anak baru dengan body semlohay, dia gak ada niatan jadiin sekretaris. Malah, dia keukeuh jadiin lelaki sebagai sekretaris. Dia juga gak pandang bulu masalah pekerjaan. Yang salah ya tetep salah meski badannya montok kek, wajahnya kek Raisyah kek."

"Bener juga. Tumben otak lu utuh."

"Beruntung ya Bu Anne dapat Pak Bram."

"Yaiya lah. Tuh, buktinya Bu Anne makin lurus. Jadi solehah."

"Huuuu. Makanya kalau mau setara Pak Bram kudu jadi wanita baek-baek."

"Cabut!"

Suara para wanita kantor tersebut tak sengaja Anne dengar. Sungguh, wanita itu merasa bersyukur dan ingin kembali memeluk Bram tanpa membiarkan lelaki tersebut lepas kandang. Informasi tadi setidaknya menyiram kepanasan hatinya yang sempat menjadi. Ternyata kepercayaan kepada pasangan benar-benar dibutuhkan.

Di ruangan, Bram tengah membereskan beberapa proposal. Niatnya malam ini, ia memberikan kejutan kecil. Ah ya, selepas berkonsultasi dengan Demaz, akhirnya lelaki tersebut membantu sang sahabat menyiapkan tempat dan beberapa tetek-bengek lain.

"Udah selesai?" Anne menyapa Bram yang tengah membereskan dokumen.

Senyum lelaki tersebut terbit. Ia mengangguk lantas menyodorkan lengannya sebagai kode untuk bergandengan. Selepas membawa rantang kosong tadi, Anne pun menggandeng lengan sang suami.

Bram sempat tak fokus selepas Anne dari toilet tadi. Ia tak memperhatikan detil bagaimana penampilan sang istri. Ia baru sadar selepas mengamati saksama.

Gamis bernuansa biru dongker dengan jilbab abu tersebut terlihat elegan. Outfit Anne memang selalu membuatnya terkesima. Tak disangka memang, wanita arogan telah berubah menjadi wanita anggun penuh kelembutan.

Selama mereka berjalan, mata-mata karyawan tak lepas dari pandangan. Semua berbisik-bisik. Ada juga bisik-bisik yang terdengar seperti doa jomblowati.

"Ya Tuhan, jadi pengin nikah!"

"Sisain satu aja buat aku, ya!"

"Gue pengin kawinnn!"

"Hayang kawin!"

Senyum samar Anne terbit. Wanita itu sengaja merapatkan badan dengan Bram. Biar saja mereka tahu bahwa Bram Ragawan itu tiada duanya dan hanya milik Anneke Atmara.

Tiba di parkiran Bram langsung menaiki motor matic milik Anne. Tak berlama-lama, Anne pun ikut duduk di jok belakang dengan lengan melingkar erat.

"Sudah, Sayang," bisik Anne setelah siap.

Petualang Ranjang (18+)  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang