Part 27

8.4K 605 21
                                    

Embusan napas Anne lakukan berulangkali. Ia melihat hasil karya tangannya siang ini. Seminggu menjelang resepsi, kesibukan pekerjaan justru semakin menyerang sang suami. Berimbas pada mereka yang kurang berkomunikasi.

Entah dorongan dari mana, Anne memiliki ide untuk mengantar makan siang ke kantor Bram. Selepas mengasah kemampuan memasaknya yang masih bisa dibilang "belum mahir" Anne percaya diri juga memasukkan lauk pauk tersebut ke rantang yang telah disusun sedemikian rupa.

Malika bersidekap di pintu dapur. Ia menggeleng-geleng pertanda tak lagi bisa berpikir jernih. Cinta itu memang rasa yang luar biasa.

"Makasih, Malika sayang," ujar Anne tersenyum girang.

"Hmmm." Malika bergumam sembari membuntuti Anne yang hendak keluar.

"Titip Rama, ya," ujar Anne.

Malika mengangguk mengiyakan. Ia sudah malas berdebat dengan kepala batu modelan Anne. Bagaimana tidak? Wanita muda tersebut bersikeras untuk membawa motor sendiri. Meski berulang kali Malika melotot, memaksa, Anne tetap bersikukuh.

Ya sudahlah. Malika pasrah dan berdoa agar Anne tidak ugal-ugalan di jalan. Melihat riwayat Anne dulu, Malika menjadi ngeri sendiri.

Wanita garang dengan wajah angkuh tersebut yang dulunya hobi minum-minum, sekarang berubah menjadi lebih baik. Malika tersenyum. Sekali lagi, ia mengagumi Tuhan karena telah menuliskan kisah untuk makhluknya yang sempurna. Tentu lebih sempurna dari karangan manusia. MasyaaAllah.

Melewati kemacetan panjang, akhirnya Anne sampai juga di kantor sang suami. Wanita itu memarkirkan motor dan bersenandung ceria. Tepat ketika ia dipersilakan untuk ke ruangan Bram, saat itu juga, Anne memicingkan mata.

Terlihat dua wanita cantik tengah memperhatikan Bram lekat. Anne terusik secara terang-terangan. Wanita itu berdeham keras hingga fokus sang suami pada berkas di meja langsung beralih menatapnya.

Kode Bram pun dimengerti dua wanita tersebut. Anne mendekat selepas pintu sempurna tertutup dan menyisakan mereka berdua dalam ruangan ini.

Penampilan Bram dengan keringat di dahi serta dua kancing kemejanya yang terbuka memang berdamage. Anne susah payah menelan ludah. Apalagi, ketika melihat kemeja press body tersebut dilipat sebatas lengan.

Ugh! Anne panas dingin hingga tarikan di hidung membuatnya sadar dari lamunan. Ih, dasar! Padahal ini kesempatan. Anne menggerutu dalam diam.

"Aku bawakan makan siang." Anne berujar.

"Kalau kamu tanya aku udah makan? Maka, jawabannya udah. Aku udah makan tadi sebelum berangkat. Oh ya, kamu bahas apa sih kayaknya fokus banget sama dua wanita tadi?"

Penekanan di kata "dua wanita tadi" Bram sadari. Lelaki itu melirik ke arah sang istri. Ia mengangkat sebelah alis tanda tak mengerti.

"Kenapa?" tanya Anne selepas dipandang demikian.

"Kan emang nyatanya sibuk. Sampai nggak kedengaran pas aku ketuk pintu sampai masuk."

Kalimat balasan Anne terdengar sengak. Bram berusaha menahan senyum. Ia mulai menyadari jika istrinya sudah berubah menjadi wanita yang ... menggemaskan?

"Malah senyum?" Jengkel. Anne berucap.

"Kalau sibuk ya udah aku pulang, ya," ucapnya kemudian.

Anne tidak tahu. Sejak kapan kehadiran wanita-wanita cantik di samping Bram menganggu hati dan pikirannya. Ia benar-benar tak ingin satu wanita pun berani menatap sang suami dengan tatapan memuja. Cih! Anne merasa gerah hati dan gerah body.

Bram menarik tangan Anne ketika wanita itu beranjak menjauh. Itu berakibat dengan jatuhnya Anne dalam pangkuan sang suami.

Tahu lagu Pamungkas yang judulnya To The Bone?

Petualang Ranjang (18+)  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang