Part 17

11.2K 780 18
                                    

I want you to the bone
I want you to take me home i'm fallin
Love me long i'm rolling

Lagu itu, entah sejak kapan Bram suka mendengarkannya menggunakan earphone bersama dengan aktivitas melihat wajah lelap Anne. Tidak. Tidak ada kata lupa untuk tujuan utamanya. Namun, perlahan-lahan ia mulai sadar. Bahwa semua baktinya salah. Salah besar.

Selepas menatap wajah lelap Anne, Bram menutup pintu dan berencana kembali ke kamarnya. Nahas, di depannya telah bersidekap seorang wanita muda. Tentu tatapan itu, Bram bisa mengartikannya.

"Kau mulai mulai goyah, Kak?"

Gelengan Bram membuat gadis di hadapannya menyipitkan mata.

"Kau mulai mencintai dia, ya? Wanita turunan iblis itu?"

Rasa kesal hinggap begitu saja. Bram merasa bahwa Anne bukan turunan iblis. Tentu saja. Karena wanita itu senenarnya baik. Hanya saja, cap kelam telah terpatri dalam hidupnya.

"Kuharap, kau tidak lupa. Lelaki pesakitan itu telah menghancurkan kita. Menaruh kita dalam titik terendah. Sebelum kita tahu apa-apa!"

Emosi bergejolak. Bram memilih diam dan berlalu. Di dalam kamar perang kembali dimulai. Ia bergelut tentang kepercayaan yang perlahan memudar.

Delapan belas tahun yang lalu.

Mobil hitam berisikan dua keluarga yang bersahabat baik sedang melakukan perjalanan. Namun, malapetaka menimpa mereka. Menewaskan tiga orang yang berarti dalam kehidupan tiga anak-anak tersebut.

Tangis Bram tanpa suara. Sedang adiknya, belum tahu apa-apa. Di sampingnya seorang gadis menatap kosong tak mengerti bahwa ibunya telah tiada. Dia, adalah Anneke Atmara.

Keluarga Yudi Mulyanto dan Bagus Haryono menjadi trending topik hari itu.

Selepas tujuh hari berkabung, adik dari Bagus Haryono menuntut keadilan tentang harta sang Kakak yang berpindah tangan. Broto pun melayangkan tuduhan bahwa kasus kecelakaan tersebut rekaan saja demi mendapatkan kekayaan kakaknya.

Namun, semua bukti tidak kuat. Yadi menang dengan bukti pamungkas, selembar surat berisikan mandat dari sang sahabat. Broto tak terima. Kasus itu selesai dan ia menjadi pihak yang dipermalukan dan dikalahkan. Gila harta membuat dirinya mengejar dunia. Padahal, selangkah demi selangkah, dunia mulai menjauh dari dirinya. Umurnya semakin tua ketika melanjutkan rencana keduanya. Tentang penyamaran Bram, kecelakaan Yadi Mulyanto, dan rencana terakhir yang perlahan-lahan akan ia raih.

Bram mengenyahkan pikirannya yang berkelana. Om-nya adalah lelaki tegas. Bram masih ingat bagaimana siksaan yang ia dapat. Sakit fisik bisa terobati, tetapi sakit hati kadang masih sering menghantui. Malam-malam buruk dengan mimpi disiksa kerap Bram lalui. Hingga, mimpi itu mulai jarang datang ketika ia melihat wajah lelap dengan penat. Wajah Anneke Atmara.

Dada Bram berdesir ketika mengetahui kebenaran wanita itu. Wanita yang sering dikabarkan bergonta-ganti pasangan, ternyata masih terjaga. Bram terkesima. Ia juga tak menyangka malam itu, semua terjadi seperti bukan rencana.

Debaran dalam dada Bram semakin menjadi. Lelaki itu tersenyum lebar. Meski kegundahan masih ada, ia mulai menentukan pilihan.

I trust you. You can trus, me, Mine.

---HISNANAD---

Langkah Anne mundur. Ia terduduk di lantai dengan air mata yang mengalir perlahan. Tiada daya dirinya untuk mengusapnya. Ia lemah, sakit, dan tak percaya.

"Kau tahu aku?" Lelaki yang memegang cerutu bertanya lantang.

"Aku adik dari lelaki yang dibunuh ayahmu delapan belas tahun yang lalu."

Petualang Ranjang (18+)  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang