Part 25

9K 671 43
                                    

Anne telah tiga minggu berada di rumah. Ia menikmati masa-masa menjadi ibu dengan sepenuh hati. Meski lelah badan juga jiwa menghampiri, wanita itu selalu mengusahakan senyumnya terpatri. Tak sampai di situ, kurang tidur, badan pegal, kepala pusing, juga Anne rasakan. Namun, tetap saja, ia mensyukuri semua nikmat Tuhan. Semangatnya sekarang sedikit lebih meningkat dengan kabar baik yang selalu ia terima dari Uci maupun Malika. Tentang sekadar perkembangan kesehatan Bram, Anne sudah merasa cukup dengan anugerah dari Tuhan.

Sembari meng-ASIhi Anne melihat ke pojok kamarnya. Surat yang dulu telah ia tulis untuk Bram telah ia serahkan pada Uci kemarin sore. Ia menyuruh adik ipar, atau ... ah ya Anne memikirkan masalah ini lagi. Jadi ... dia dan Bram itu apa? Mantan atau bagaimana?

Anne menggigit bibir merasai kebimbangan seperti membutuhkan kejelasan. Namun, ketika ia termenung rasa sadar menguar. Selama ini, ia terlalu menuntut kepada Tuhan, 'kan? Ah, ya, jangan sampai ia menjadi insan yang tidak tahu rasa syukur. Anne menghempaskan napas bersamaan dengan pintu yang diketuk.

Wanita itu pun membaringkan anaknya yang belum bernama tersebut. Dengan hati-hati, pintu terbuka, menampilkan lelaki yang jauh lebih baik dari hari-hari yang berlalu.

Tuhan, bagaimana cara menekan rasa untuk memeluknya ini? Aku ... tak bisa menggapainya meski dia ada di depan mata.

"Kalian harus bicara!" ujar ayah Anne serius.

Lima orang dalam ruangan tersebut masih menutup mulut. Anne menunduk merasa aura yang berbeda. Jujur, ia takut jika terjadi apa-apa. Ia memejam berusaha mengenyahkan pemikiran bahwa Bram tetap bersikukuh melaksanakan perceraian. Sungguh, Anne ingin menolaknya. Ia terlampau rindu, kehausan, bahkan kecanduan akan sosok Bram Ragawan.

Perjuangan untuk sampai di titik ini, Anne tak pernah membayangkan dirinya akan sekuat dan setabah demikian. Terima kasih pada Tuhan telah ia lakukan. Sekarang, berserah diri menjadi pilihan.

"Anne, konflik yang terjadi beberapa waktu lalu yang terjadi di rumah tanggamu, Bram ingin menyelesaikan." Ayahnya mulai berkata.

"Jadi?" Anne bertanya. Lewat sorot mata ia sempat beradu pandang dengan Bram.

"Bram telah merujukmu tadi."

Satu kalimat itu menjadi pengantar genangan air di mata Anne. Wanita itu menatap Bram dengan saksama.

"Kalian masih suami istri. Selesaikan masalah kalian di kamar ayah, ya,"

Dua orang dewasa beda gender tersebut pun manut. Berjalan beriringan tanpa kata terjadi di antara mereka. Namun, saat pintu ditutup Bram, Anne merasakan jantungnya berlompatan.

Wanita itu tak bisa membaca apa kiranya pergerakan yang akan terjadi. Ia memejam lantas merasai sebuah tangan besar melingkar. Disusul helaan napas serta dagu yang bersandar di atas pundak kanannya.

Tiada kata dan dengan sentuhan tersebut, Bram berusaha menggumamkan rindu yang tak bisa ia lukiskan. Karena begitu rumit, tak tergambarkan, dan tak terjabarkan.

Kemarin setelah Uci memberikan surat dari Anne, Bram memberanikan diri untuk membaca dan memutuskan. Ia datang tadi dan langsung mengumandangkan pembatalan talak di depan Ayah Anneke Atmara. Mungkin, wanita itu terlalu fokus hingga tak menyadari kedatangan mereka.

Menurut Malika, Bram tahu bahwa Anne lebih suka berdiam dan melamun. Wanita itu bahagia tetapi ... keadaan hubungan mereka nyatanya masih menjadi kendala.

"Kenapa kau memelukku?" Anne mulai membuka suara, walau ia tahu Bram tak mungkin menjawab pertanyaannya.

"Kenapa kau memelukku, Bram?"

Secepat kilat Anne membuka pelukan Bram. Wanita itu terlepas bebas dan mendongak ke mata sang suami. Wajah yang awalnya menjadi mimpi itu, sungguh nyata. Dan, Anne bahagia.

"Kenapa kau merujukku?" tanya Anne lagi.

"Kenapa kau tak secepatnya merujukku kemarin? Ha?! Kenapa? Kau tega membuatku bimbang dengan hubungan kita—"

Tak ada kata lagi. Bram mengambil pergerakan yang tak bisa Anne sadari. Wanita itu hanya bisa menegang sembari mengepalkan tangan di samping badan.

Bram beraksi begitu saja. Tangan besar itu merangkum rahang Anne guna memperdalam ciuman. Mereka menghentikan gerakan bertukar saliva tersebut selepas udara mulai menipis di ruangan ini.

"I miss you so much," ujar Anne pada akhirnya sembari menyandarkan kepala di dada bidang suaminya.

Napas yang tadinya mulai terengah kini beranjak teratur. Anne tak bisa menaha. air mata dan meluruhkan segala sesak yang ada.

Elusan di punggung serta ratusan kecupan di kepala Anne, Bram lakukan. Lelaki itu mungkin terlihat jahat karena telah meninggalkan Anne sedemikian lama. Lantas, tanpa aba-aba datang kembali. Namun, ini sudah bagian takdir yang tak bisa mereka tentang.

Bram melakukan semua demi Anne. Dan Anne menerima juga setia menunggu.

Selepas menangis, Anne diberi sepucuk surat oleh Bram. Lelaki itu tersenyum sembari menampakkan binar bahagia.

Baca saja!

Langkah Anne berjalan menuju ke dekat jendela. Wanita itu membuka amplop lantas melebarkan kertas tersebut.

Assalamu'alaikum, Anneke Atmara

Selamat untuk kita. Untuk kelahiran bayi di atas tak jelasnya status ini. Tak apa, Tuhan telah menunjukkan kuasa-Nya dengan banyak tanda. Pun kita sudah diberi keyakinan. Maka, sekarang biarkan aku yang  memperjuangkan.

Terima kasih untuk suratmu. Terima kasih telah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya, bahwa tak ada apa-apa di antara kamu dan dia. Tak ada rasa dan rasamu masih sama. Terima kasih.

Untuk melihatmu sekarang, aku menjadi ke Bram yang pengecut. Kamu terlalu indah, Ne. Kamu terlalu sempurna untuk aku yang memiliki banyak cela. Apalagi selepas kau memutuskan menutup auratmu. Ah, aku kadang berpikir kau ini bidadari dari mana?

Ne, aku akan merangkumkan maaf untukmu. Pertama, maafkan aku yang tak bisa mengucapkan ijab selayaknya pengantin lelaki lain di depan penghulu. Kedua, maafkan aku yang tak bisa mengadzani anak kita selepas lahir. Ketiga, maafkan aku yang hanya bisa menjadi imam tanpa suara di setiap salat berjamaah kita kelak. Terakhir, maaf, aku akan selalu menjadi hening di tengah suara-suara merdu di kanan kirimu.

Tahukah kamu, Ne? Selepas kamu memilihku maka kamu tak akan menemui perlakuan manis yang bisa dilakukan lelaki sempurna lainnya. Seperti, memanggil sayang, merapalkan surat Arrahman, atau yang berhubungan dengan suara, aku tak bisa.

Sempat kupikir, Hasim adalah lelaki yang mungkin akan mengikatmu. Namun, nyata, kamu masih berdiri tanpa satu langkah menuju pergi. Kamu tetap kamu yang setia, Ne.

Terima kasih. Terima kasih, telah memilihku.

Maaf jika aku akan selalu jadi hening dalam riuhnya dunia.

Wassalamualaikum.

"Aku telah berjanji menyayangimu lahir dan batinku. Aku telah berjanji mendampingimu lahir dan batinku ... Bram." Anne menyanyikan dua kalimat dari lagu Sayang Lahir Batin seraya menatap Bram.

Meski dengan suara serak, suara merdu tersebut membuat Bram memejam. Ia tak berkutik saat jantungnya serasa melompat-lompat keluar. Tak disangka, Anne mengikis jarak lantas secepat kilat membasahi bibir Bram dalam waktu singkat.

Selepas itu, Anne tetap berjinjit. Menatap sang suami intens dan tersenyum tulus.

"I love you more and more, My Amour," bisik Anne di depan bibir basah sang suami.

🙄 Yaaaa Tuhan. Prik nggak sih? Kenapa impossible buat scene uwu? Apa othor kelamaan jomblo? 😭😭🥲🥲

OO IYA KURANG 5 PART LAGI YAHHH TAMATNYA. TAPI TINGGAL SCENE UWU. DOAKAN IMAN OTHOR KUAT BIAR NGGAK SEMAPUT PAS BUAT SCENE UWUH2.THANK YOUU

Petualang Ranjang (18+)  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang