Suara siulan dari bibir sekilas terdengar di dalam lorong. Dengan jaket baseball merahnya, Jeongwoo berjalan santai sembari memasuki kedua lengannya di dalam jaket.
"Yeee Jeongwoo masuk."
Di hari keempat, akhirnya Jeongwoo memilih datang ke kantor. Tentu ia langsung disambut hanga---ralat, tapi rusuh oleh Doyoung.
Pemuda Kim itu tidak segan melemparkan potongan origami ke atas, alhasil origami tersebut jatuh berserakan ke atas kepala Jeongwoo dan lantai.
Jeongwoo menghela nafasnya, sabar, baru juga masuk.
"Woo." Panggil Junkyu yang baru saja merapihkan berkas-berkasnya. Pemuda Koala itu hanya menggeser kursinya dan menghadap ke Jeongwoo yang masih berdiri di ambang pintu.
"Nape?"
"Itu, dicariin Jihoon." Jawab Junkyu sembari melirik ke arah Jihoon yang masih berkutat dengan laptopnya.
"Hadeeh." Rotasi kedua mata Jeongwoo lakukan, apakah hari ini ia akan turun ke lapangan lagi?
Tungkai Jeongwoo kini bergerak malas menuju dimana Jihoon berada. Jihoon yang menyadari keberadaan Jeongwoo pun langsung mendongakkan kepalanya guna menatap sang kawan.
"Nih, biasa."
Benar saja, Jihoon menyerahkan map coklat. Apalagi kalau bukan sebuah misi?
"Kenapa gue lagi Hoon? Nih, kepala gue masih diperban terus pundak gue kena gores dalam. Masa iya gue---"
"Sama Junkyu dan Doyoung."
Ucapan Jeongwoo dipotong oleh Jihoon dalam seketika, mendengar nama dua kawannya itu lantas Jeongwoo menengok ke arah belakang.
Niat ingin menengok ke arah meja, eh justru dua pemuda yang disebutkan oleh Jihoon sudah berada tepat di belakang Jeongwoo.
"Astaga, waktu itu sama Junkyu gue kepisah. Sekarang sama Doyoung juga?"
Jihoon menganggukkan kepalanya pelan, "Iya, tadinya gue mau kasih misi ini ke Haruto tapi dia ambil cuti dua hari."
"Doyoung dan Junkyu bantu backup aja kalau ada apa-apa. Misi ini emang simple, tapi hal tak terduga bisa saja terjadi." Jihoon melanjutkan kalimatnya, pemuda itu menunjuk tiga rekannya dengan pulpennya.
"Yang kalian kawal--ralat, tapi pantau sekitar adalah tempat pertemuan antara Presdir dua negara. Paham?"
"Paham!" Jawab ketiganya dengan bersamaan, walaupun Jeongwoo mengucapkan dengan malas.
***
Hari semakin sore, ketiga pemuda itu kini sibuk dengan gawainya tepat di depan gerbang istana 6. Ada yang stalk Instagram, balas chating, atau hanya sekedar melihat jam.
Jeongwoo mendesus, seharusnya jam segini pertemuan telah dimulai. Tapi apa? Ini begitu ngaret.
"Presdir aja bisa ngaret, cih."
Baru saja bergerutu, suara sirene khas mobil polisi terdengar, lantas ketiga pasang mata yang ada disana langsung terpusat pada suara tersebut.
Dapat dilihat, selain mobil polisi disana terdapat banyak jenis mobil lain yang mencolok. Mobil mewah serta mobil biasa saja juga ada dalam rombongan.
"Menurut lo kenapa ini banyak banget mobil?"
"Biasalah, Kyu. Ini kan biar enggak mudah kelacak, orang niat jahat jadi enggak tau dimana para Presdir kalau mobil banyak gini."
Jeongwoo membiarkan Doyoung dan Junkyu berbincang, ia lebih memfokuskan diri pada orang-orang yang mulai turun dari masing-masing mobil mewah tersebut.
Hingga giliran bagian mobil limousine. Pintu di geser oleh salah satu pengawal khusus, dengan pelan namun pasti kini terbuka dengan lebar.
Hingga keluarlah pemuda yang sangat Jeongwoo kenali dari sana. Bahkan Doyoung dan Junkyu sampai menganga.
Pemuda itu adalah Haruto. Dengan penampilan jaz hitam dan rambut mengkilapnya itu berhasil mengambil alih atensi tiga orang yang berada di gerbang sana.
"Anjir, si Tono ngapain?!"
Haruto melirik sekilas ke arah para rekan kerjanya itu, tetapi hanya satu yang menjadi pusatnya.
"Ckk, masih sakit segala kerja. Aneh." Ucapnya pelan, kemudian melangkah guna memasuki bangunan serba putih tersebut.
Jeongwoo? Dia hanya mendesus, kenapa harus dia lagi dia lagi.
Entah dari mana, datang Junghwan dan Yedam dari arah belakang tiga polisi daerah. Membuat seketika mereka bingung, kenapa ada unit khusus juga?
"Ngapain lo?" Tanya Doyoung ketus, membuat Junghwan merotasi kedua matanya malas.
"Kalian enggak tau??"
Ketiga kompak menggelengkan kepalanya, "Koki khusus Presdir ditemukan tewas terbunuh di dalam, kurang lebih 40 menit yang lalu."
"Yang benar?!"
Yedam hanya menganggukkan kepalanya, "Di dalam ada penyusup, hati-hati."
Tanpa aba-aba, Jeongwoo langsung berlari nenuju ke dalam. Bahkan pemuda itu mengabaikan teriakan Junghwan yang jelas melarangnya karena ini tidakan gegabah.
"Gue curiga satu hal, dan harus gue pastikan sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Balance unlimited - HAJEONGWOO.
Fanfiction"Jangan sok kaya lo Watanabe Haruto." "Eh, tapi lo beneran kaya, sih---" ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ Jeongwoo tidak habis pikir dengan Haruto si partner kerjanya itu, saking bergemilang harta Jeongwoo menganggap Haruto gila. Ya bagaimana tidak? Gampang banget H...