# O15

2.9K 515 48
                                    

Dor! Dor! Dor!

Daerah itu tak ada hentinya mengeluarkan suara tembakan. Menghindar dan menekan pelatuk adalah dua hal yang dilakukan oleh kedua pemuda tersebut. Tak heran bila keduanya kini mengalami banyak goresan pada tubuhnya.

"Kita sama, Haruto. Sama-sama pembantai!"

Haruto 'tak peduli, pemuda itu terus menekan pelatuknya. Sesekali ia melirik ke arah Jeongwoo yang telah berbaring bersimbah darah di ujung sana.

"Ck, bangsat lo!"

Dalam seketika Haruto seperti mengamuk. Ia menembak asal, seperti 'tak tahu arah. Jihoon melihat hal itu tertawa puas, sepertinya sekarang dia tahu kelemahan Haruto.

Dengan cepat, Jihoon mendekati Jeongwoo yang berbaring. Diluar dugaan, Jeongwoo masih bernafas setelah dilihat dengan teliti.

"Cukup lo bunuh keluarga gue! Jangan Jeongwoo!"

Dor!

Tepat sasaran, tembakan Haruto mengenai kaki kiri Jihoon hal itu berhasil membuat Jihoon jatuh tersungkur. Tidak ingin membuang waktu lagi, Haruto pun mendekati Jeongwoo.
️️ ️️

️️ ️️

"WATANABE HARUTO GUE MASIH MAU HIDUP YA!"

"Gue cuman khawatir sama lo bego!"





Itulah perkataan Jeongwoo yang seketika terbesit dalam pikiran Haruto.

Jeongwoo ini terlalu polos, terlalu baik, sampai mudah sekali dimanfaatkan. Bisa dikatakan, kemungkinan Jeongwoo tadi dimanfaatkan oleh Jihoon.

Haruto meringis tatkala melihat darah yang masih mengalir keluar dari luka tembakan Jeongwoo.

"Udah lihatinnya?"

Suara Jihoon membuat Haruto dengan cepat mendongak dan menatap pemuda park itu tajam. Tangannya terkepal sempurna menaruh segala emosi di sana.

"Baj*ngan emang lo!"

Satu pukulan melayang, tetapi dengan cepat Jihoon menghindari. Meski kakinya terluka, itu sama sekali tidak mempengaruhi ruang gerak seorang Park Jihoon.

"Ambil! Ambil semua harta gue! Gue muak, cuman karena itu lo bantai keluarga gue?!"

Haruto mengambil langkah mundur kemudian ia melempar asal pistolnya, sebab benda tersebut sudah tidak berguna lagi bila tanpa peluru.

Begitupun dengan Jihoon, pemuda tersebut kini tengah bersiap dengan peluru-peluru baru yang berada di pistolnya.

"Seharusnya lo lebih siap lagi, masa baru permulaan peluru lo sudah habis?" Di akhir kalimatnya, Jihoon terkekeh pelan. Dengan perlahan, Jihoon mendekati Haruto yang tanpa disadari dirinya telah terpojok.

Pistol hitam dengan asap diujung kini kembali terangkat, mengarah tepat pada dada Haruto.

Jihoon mengincar jantung pemuda Jepang tersebut agar tewas dalam seketika. Sedangkan Haruto yang kini sudah kewalahan, ia hanya bisa menatap Jihoon dengan tatap sulit diartikan.

"Sampai jumpa di neraka nanti, Jihoon."

Dor!

Haruto memejamkan matanya. Suara tembakan kembali menggelegar, disusul oleh cipratan darah merah pekat. Satu orang lagi telah tumbang dengan satu tembakan yang tepat mengenai jantungnya.

️️ ️️

️️ ️️

ㅤ ️️

️️ ️️

Satu menit berlalu, Haruto tak merasakan apapun pada tubuhnya. Lantas, dengan perlahan matanya terbuka.

Bruk. Tubuh Jihoon jatuh tepat di hadapan Haruto. Darah mengalir cepat dari dada pemuda Park tersebut, setelahnya terdapat genangan cairan merah baru di sana.

Haruto nyaris tak percaya apa yang barusan dilihat---ia melihat Jeongwoo baru saja menembak Jihoon tepat pada posisi jantung.

"Ke--la--maan, payah---hah---dia enggak sadar gue bangkit." Dengan kalimat terpotong-potongnya, Jeongwoo menatap Jihoon yang sudah tak bernyawa. Persetan dengan title sebagai sepupu, ia tidak peduli.

"Gue ti---dak telat, kan?" Tanya Jeongwoo dengan senyuman kecil di bilah bibirnya. Membuat dengan cepat Haruto menghampiri Jeongwoo dan menahan tubuh Jeongwoo agar tidak ambruk.

"Woo, lo kehabisan banyak darah! Gue akan bawa lo segera ke rumah sakit."

Jeongwoo menggeleng kepala pelan, ia dengan sengaja justru mengambrukan tubuhnya ke arah lain. Haruto panik, sebisa mungkin ia menahan kepala Jeongwoo agar tidak terbentur.

Haruto memilih untuk terduduk, ia dengan hati-hati meletakkan kepala Jeongwoo di atas pangkuan pahanya.

"Gue bakal panggil anak buah gue buat datang."

Lagi, Jeongwoo hanya menggelengkan kepalanya. Detik selanjutnya, Jeongwoo terbatuk-batuk bahkan mengeluarkan darah pada batuknya.

Haruto hanya meringis untuk kesekian kalinya karena ia tahu kalau...

"Gue sudah jadi rekan yang baik kan? Gue ingat kata Bang Jihoon, kalau lo itu tanggung jawab gue---hah---tugas gue selesai..."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut Jeongwoo memejamkan kedua netranya, membuat Haruto tak bisa bergeming kala melihat kenyataan di hadapannya. Lagi, Haruto berhutang nyawa dengan Jeongwoo.






️Belum tamat kok guys, masih ada kok nanti xixixi.

[✓] Balance unlimited - HAJEONGWOO.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang