# O12

2.8K 586 50
                                    

Tiga hari sudah semenjak kasus bom gas. Kasus tersebut ditangani langsung oleh Unit Khusus, membuat Jeongwoo hanya bisa mendesus pelan saat mendengarnya awal-awal.

Dan sudah tiga hari pula Haruto menghilang tanpa jejak. Bagaikan ditelan Bumi, lelaki keturunan Jepang tersebut tidak menampakkan tanda-tanda kehidupannya.

Dengan langkah yang malas, Jeongwoo kini berjalan memasuki minimarket guna belanja bulanan.

Kemarin Haruto benar-benar memberikan jumlah uang yang tidak kira-kira ke rekeningnya, Jeongwoo tidak munafik, ia juga sebenarnya senang mendapat uang di tengah bulan seperti ini.

Tapi tetap saja, Jeongwoo masih merasa kesal. Tidak semuanya harus dibalas dengan uang bukan?

Bentar, jadi apa yang ingin Jeongwoo dapatkan sebagai balasan dari Haruto?

Jeongwoo sendiri tidak paham. Aneh rasanya, seperti ada yang kurang.
️️ ️️

️️ ️️

"Kalau semuanya dibelanjain keperluan, kayanya cukup buat empat bulan kedepan terus sisain deh buat tabungan." Monolog Jeongwoo sembari menatap rak berisikan mie instan.

Kuasanya bergerak mengambil beberapa bungkus mie dan memasukkan ke dalam keranjang belanja. Setelah itu Jeongwoo mulai melangkah menuju rak minuman berada.

Baru saja melangkahkan tungkai, Jeongwoo dibuat terkejut dengan apa yang ia lihat. Di ujung sana, tepat di depan kulkas minuman bersoda——Haruto berdiri.

Pemuda Jepang tersebut masih sama dengan ciri khasnya, yakni dengan pakaian formal. Merasa seperti diperhatikan, Haruto pun menengok ke arah Jeongwoo yang masih tak berkutip.

"Mampus, gue lagi kucel." Monolog Jeongwoo pelan, pun ia dengan cepat mengalihkan pandangannya.

Haruto tersenyum kecil, secara tiba-tiba juga pemuda Jepang itu melempar satu kaleng soda ke arah Jeongwoo. Untung saja Jeongwoo menangkapnya cepat.

"Tiga hari kemana aja lo?"

Haruto tak menjawab, pemuda tersebut justru membuka kaleng sodanya.

"Kenapa memangnya?"

Jeongwoo hanya berdecak, "Aneh lo, masuk polisi kek gampang banget begitupun keluar seenak jidat."

"Saya tidak keluar, hanya menangani kasus sendiri. Sebagai saya, bukan sebagai kepolisian."

Jeongwoo lantas mendelik, melirik ke arah Haruto. Maksudnya apa?

"Saya sudah tahu siapa pelakunya, Woo. Dan lusa, saya akan menemui dia."

"Dimana?"

Haruto tak menjawab, ia justru membalikkan tubuhnya dan kembali melangkah menuju kasir.

Jeongwoo hanya menghela nafasnya, kedua netranya menatap kepergian pemuda Jepang itu yang perlahan hilang dari balik pintu.

Belum terlambat! Jeongwoo lantas berlari keluar, mengejar Haruto yang baru saja ingin masuk ke dalam mobilnya.

Diraih lengan Haruto cepat oleh, membuat Haruto terkejut. Pasalnya, kini Jeongwoo memeluk nya.

"Gue cuman khawatir sama lo bego! Lo pikir dengan begini lo merasa keren, iya? Kasus orangtua lo--- itu masuk intelejen."

Haruto masih terdiam, membiarkan Jeongwoo memeluk dan mengoceh panjang. Tanpa disadari, lengan Haruto pun terangkat; mengusap ujung kepala Jeongwoo.

"Woo, ini urusan gue bukan kepolisian. Gue janji bakal balik dengan selamat besok, kemudian kita menjalankan misi bersama lagi, seperti kemarin-kemarin."

Gaya bicara Haruto seketika berubah, membuat Jeongwoo dengan perlahan melepaskan pelukan tersebut.

Dua pasang manik coklat itu berseteru. Yang satu menatap dengan khawatir dan satunya lagi berusaha meyakinkan dengan senyuman kecil.

"Enggak apa-apa, gue bukan bocah lagi. Terimakasih sudah ingatkan gue, rekan kerja."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Haruto masuk ke dalam mobilnya. Ia meninggalkan Jeongwoo yang masih terdiam di tempat. Mobil pun melaju menjauh hingga benar-benar hilang dari penglihatan Jeongwoo.

Jeongwoo mengacak rambutnya, bukan ini yang dia mau. Dia salah ucap, seharusnya bukan seperti ini.









"Gue tau pelakunya, To. Perusahaan Park lah pelakunya, keluarga besar gue, To." Itulah yang diucapkan Jeongwoo dengan helaan nafas berat.

[✓] Balance unlimited - HAJEONGWOO.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang