Hari yang ditunggu oleh kedua belah pihak telah tiba. Haruto datang seperti biasa dengan mobil mewahnya kemudian langkah demi langkah dilakukan, hingga sampailah pada lokasi yang dituju; belakang pabrik minyak.
"Lihat siapa yang datang? Si Putra tunggal Watanabe, huh---gue pikir lo tidak akan datang, Haruto?"
Mendengar ucapan dari sang lawan, Haruto mengepalkan tangannya. Tentu dia emosi mendengar ucapan barusan yang terdengar begitu merendahkan.
"Puas sudah membunuh keluarga saya, Park Jihoon?"
Jihoon, pemuda itu melangkah mendekati Haruto yang masih terdiam di tempatnya.
"Kita ngobrol sebentar. Sebenarnya yang membunuh keluarga lo itu ayah gue, dimana ayah lo datang setelahnya dan dituduh sebagai pelaku. Dan boom! Bukankah itu jackpot? Setelah itu, Ayah lo meninggal akibat kecelakaan."
Jihoon menjeda kalimatnya, ia menatap Haruto yang sudah mengertakan giginya.
"Bukan kecelakaan, tapi dibunuh oleh keluarga lo!"
Bugh.
Satu pukulan mendarat tepat di wajah Jihoon, siapa lagi kalau bukan Haruto pelakunya. Lantas, kedua pemuda itu langsung mengeluarkan senjata andalannya masing-masing, yakni pistol.
Haruto lari mendekati Jihoon tanpa takut sedikitpun, begitu pun Jihoon yang senang hati menarik pelatuk pistol dengan cepat sembari tertawa.
Dor! Dor! Dor!
"HAHAHAHA"
Tak jarang peluru tersebut menggores tubuh Haruto, tetapi seolah mati rasa Haruto sama sekali tak menyadarinya.
Klek.
Ujung pistol milik Haruto mendarat tepat di kening Jihoon. Membuat sang empu sedikit terkejut, hanya sesaat setelah itu ia tersenyum kecil.
"Aduh, peluru gue habis. Kayanya terlalu boros, ya?"
"Simpan omong kosong lo, Park Jihoon. Gue muak, apa tujuan lo sebenarnya? Tidak mungkin hanya ingin harta gue kan?"
Jihoon terkekeh, ia sama sekali tidak takut akan pistol Haruto yang bisa kapan saja mengeluarkan pelurunya.
"Tujuan lain? kill you!"
Klek. Tanpa diduga, pistol lain menempel jelas di kepala belakang Haruto.
"Bagus, gue akan berubah pikiran akan bunuh lo setelah ini, Park Jeongwoo."
Jeongwoo, dialah pelaku yang menempati pistol lain di belakang kepala Haruto. Bukannya semakin takut, Haruto justru tersenyum miring.
"Wow, dua lawan satu? Bukan kah itu tidak adil?"
Jeongwoo tak berkutip, ia masih setia meletakkan pistolnya di belakang kepala Haruto.
"Gue sudah nahan lo kemarin, To." Ucap Jeongwoo pelan nyaris tak terdengar tetapi Haruto dapat mendengarnya sekilas. Bahkan, Haruto tahu lengan pemuda di belakangnya ini tengah bergetar hebat.
"Tembak dia, Woo! Dia laki-laki yang mendorong ibu lo sampai lo tidak sengaja tembak ibu lo."
Deg. Ucapan Jihoon membuat Jeongwoo seketika teringat akan kejadian itu. Kejadian yang membuat dirinya trauma dan turun pangkat.
Kejadian yang membuat dirinya tak sengaja menjadi pembunuh.
Haruto terkekeh sesaat, "So? Kita bertiga di sini sama bukan? Sama-sama pembunuh."
"DIAM!"
Dor!
Tanpa diduga, Jeongwoo menekan pelatuk pistolnya. Membuat orang-orang disana memejamkan matanya.
Satu menit, dua menit---tidak terjadi apa-apa. Haruto dan Jihoon membuka matanya, barusan Jeongwoo memang menekan pelatuknya tetapi disengajakan ke arah lain.
Nafas pemuda tersebut memburu, rasanya begitu tercekat akibat serangan panik.
"Kalian berdua sama saja---gue pikir kalian orang yang baik. Bang Jihoon kepala kepolisian yang gue banggakan ternyata salah satu pembantai keluarga Watanabe." Ucapan Jeongwoo dengan bergetar, sejujurnya untuk mengucapkan kalimat sepanjang ini butuh tenaga yang ekstrak.
"Haruto, gue pikir kita rekan kerja yang cocok, ternyata sama saja, lo dahulu egois mengorbankan orang lain hanya untuk keselamatan lo. Lo pikir dengan semua uang bisa mengembalikan orang yang hidup?"
Dor! Dor! Dor!
Suara tembakan pistol menggelegar, dibarengi dengan suara cipratan darah yang mengenai pakaian mereka.
Satu orang telah tumbang dengan tiga tembakan di tubuhnya, meninggalkan dua orang yang saling bertatapan dengan segala emosi yang menguap.
️️ ️️️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️
ㅤ ️️
️️ ️️
"Sepupu macam apa lo yang bunuh keluarga lo sendiri?!"
Jihoon terkekeh sembari mengisi kembali isi pelurunya, "Banyak omong dia dan udah enggak berguna lagi, seharusnya lo bersyukur salah satu saksi mata kelakuan lo dahulu telah mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Balance unlimited - HAJEONGWOO.
Fanfiction"Jangan sok kaya lo Watanabe Haruto." "Eh, tapi lo beneran kaya, sih---" ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ Jeongwoo tidak habis pikir dengan Haruto si partner kerjanya itu, saking bergemilang harta Jeongwoo menganggap Haruto gila. Ya bagaimana tidak? Gampang banget H...