Ada yang nungguin enggak?
Malam telah tiba, mereka memilih waktu malam untuk melaksanakan misi.
Kini keduanya berada di parkiran mobil, anehnya kedua pemuda itu justru hanya berdiri sambil memperhatikan satu sama lain.
Begitupun Jeongwoo yang memperhatikan Haruto dari atas sampai bawah, setelah itu hembusan nafas keluar dari bilah bibirnya.
"Lo nih ya, mau bertugas atau kondangan? Dari kemarin pakai setelan jas terus, enggak ada baju lain?"
"Ada, tetapi penampilan adalah hal utama untuk menilai seseorang, Jeongwoo."
"Ya tapi gak usah jas muluuu, penampilan lo mencolok banget sumpah. Jangan sok kaya lo Watanabe Haruto."
Haruto mengangkat satu alisnya, membuat Jeongwoo menyadari satu hal.
"Eh, tapi lo beneran kaya, sih." Lanjutnya, dengan suara yang dipelankan nyaris tak terdengar.
Haruto hanya menggelengkan kepalanya pelan, "Ada-ada saja..."
Tanpa meladeni Haruto lagi, Jeongwoo akhirnya memilih untuk masuk ke dalam mobil. Disusul Haruto kemudian, pemuda Jepang itu kembali mengambil alih posisi pengemudi.
"To, bawa mobil jangan kesetanan, ya? Mohon banget——"
Telat, karena Haruto sudah menancapkan gasnya dengan kecepatan tinggi. Jalanan perkotaan seolah arena balap bagi seorang Haruto. Hal itu membuat Jeongwoo tak henti bersumpah serapah terhadap Haruto.
"GILA LO!" Itulah salah satunya.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai di tujuan, kini keduanya sudah sampai di tujuan.
Jeongwoo mengatur nafasnya, ia bahkan memastikan jantungnya apakah masih berdetak atau tidak.
Syukurlah masih.
Beda lagi dengan Haruto, pemuda tersebut justru merapihkan jas serta rambutnya. Setelah itu ia langsung melesat turun dari mobilnya.
Melihat Haruto yang lebih dulu sudah turun dari mobil, akhirnya Jeongwoo pun bergegas menyusul pemuda Jepang tersebut.
Betapa terkejutnya Jeongwoo saat menyadari bangunan yang ada hadapannya kini.
"To... Ini beneran?"
Haruto hanya menganggukkan kepalanya pelan, sedangkan Jeongwoo menelan ludahnya sendiri.
"Ini club malam kan?"
"Bukan, ini pasar ikan. Yaiyalah Park Jeongwoo."
Jeongwoo mengucek matanya, ia menganggap yang di depan ini bukanlah hal nyata. Namun nihil, karena memang itulah yang dihadapannya sekarang.
"Ayo masuk, pasti pelaku ada di dalam!" Lagi, Haruto melangkah lebih dahulu barulah Jeongwoo menyusul di belakangnya.
Pintu telah dibuka, suara bising musik berhasil menusuk indra pendengaran keduanya. Penerangan minim serta lampu kelap-kelip pun ikut serta dalam pemandangan tempat itu.
Mata tajam pemuda Jepang itu mengedar ke seluruh penjuru guna mencari si pengedar sedangkan Jeongwoo hanyalah berdiri di belakang tubuh Haruto.
Seumur hidup Jeongwoo, baru kali ini ia memasuki tempat berdosa seperti ini. Rasanya risih, apalagi beberapa pasang memperhatikannya.
"Ck, pasti karena Haruto penampilannya kaya rentenir." Celetuk Jeongwoo, pemuda itu melirik Haruto—SEBENTAR?! Haruto kemana?!
Baru saja melirik ke arah lain sekilas, Haruto sudah hilang. Jeongwoo mendesus sebal, rekannya itu benar-benar menyebalkan. Bisakah dia bertahan lama dengan seseorang seperti Haruto? Sepertinya tidak mungkin.
Lihat saja habis dari sini, ia akan membuat surat pengunduran diri sebagai senior oknum bernama Haruto.
Asik mencari Haruto, Jeongwoo justru menemukan perilaku aneh dari dua orang pengunjung di pojok ruangan. Kedua matanya memfokuskan pada dua orang tersebut, salah satunya tidak asing, seperti pernah melihatnya.
Satu menit, dua menit, tiga menit. Dan benar saja! Yang ia lihat ada pengedar yang ia incar. Jeongwoo lantas melangkah perlahan, semakin dekat semakin jelas bahwasanya mereka tengah melakukan transaksi.
Jeongwoo tersenyum miring, merasa berhasil karena dengan mudah menemukan pelaku. Pistol ia keluarkan dari sakunya, satu cetakan guna satu peluru keluar.
"Penghasilan artis lo kurang ya? Makanya jual narkoba bahkan sampai buat banyak kalangan artis lain meninggal akibat obat lo." Dengan suara samarnya, Jeongwoo berhasil meletakkan pistol di kepala sang pelaku.
Aneh, tidak ada gerakan apapun. Pelaku tersebut justru tersenyum penuh arti.
"Park Jeongwoo, polisi unit daerah, seharusnya sadar anda dimana. Anda masuk kadang singa, Tuan."
Deg. Maksudnya apa?
Dengan perlahan, kepala pemuda Park itu menengok ke arah belakang. Betapa terkejutnya saat ia menyadari bahwa dirinya sudah terkepung oleh para preman dan bodyguard.
Sejak kapan? Kenapa dia tidak menyadari hal ini?!
"Karir anda sebagai polisi unit khusus sudah berakhir bukan? Bagaimana sekalian saya akhiri karir anda sebagai polisi unit daerah?"
Pistol ia tekankan ke kepala pelaku, membuat sang pelaku semakin tertawa puas karena berhasil membuat seorang Park Jeongwoo emosi.
"Tutup mulut lo sebelum peluru ini tebus kepala lo!"
"Oh, atau sekalian saya antarkan anda ke alam baka?"
"Baji---"
Dor!
Suara tembakan menggelegar dalam remang-remang ruangan tersebut. Suara jeritan pun ikut serta dalam suasana tersebut.
"Jeongwoo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Balance unlimited - HAJEONGWOO.
Fanfic"Jangan sok kaya lo Watanabe Haruto." "Eh, tapi lo beneran kaya, sih---" ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ Jeongwoo tidak habis pikir dengan Haruto si partner kerjanya itu, saking bergemilang harta Jeongwoo menganggap Haruto gila. Ya bagaimana tidak? Gampang banget H...