Jeongwoo mengerjapkan matanya, pencahayaan ruangan itu mulai menusuk masuk ke dalam indra penglihatannya. Dengan perlahan, ia berhasil membuka matanya.
Sekian menit, akhirnya Jeongwoo menyadari dirinya sudah berada di rumah sakit.
"Nama?"
"Hah? Apasih? Aneh lo."
Haruto yang berdiri di sebelah ranjang Jeongwoo hanya mendesus pelan.
"Kepala kamu tadi terbentur, saya hanya ingin memastikan apakah kamu mengalami amnesia atau tidak."
Jeongwoo kali ini berdecak, dirinya memang sadar bahwa kepalanya kini sudah diperban. Untung saja ia memakai jaket tebal sehingga tubuhnya tidak terdapat luka parah.
"Jangan payah, kamu ini polisi. Istirahat cukup dan kembali bertugas besok."
"Nyenyenye."
Haruto menghela nafasnya, sebisa nungkin ia harus bersabar. Pemuda Jepang tersebut lantas memilih untuk keluar ruangan daripada harus berhadapan dengan Jeongwoo.
"Eh tunggu! Ini yang biayain siapa? Dompet gue mana?!"
Mendengar pekikan Jeongwoo, Haruto pun memberhentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya guna menghadap kembali ke arah Jeongwoo.
"Sudah saya bayar semua keperluan, kamu tinggal pulang saja nanti." Jawab Haruto, barulah pemuda Jepang itu melesat keluar.
Dengan bersamaan Haruto keluar, Junkyu masuk ke dalam ruangan rawat Jeongwoo.
"Lo enggak apa-apa kan?"
Pertanyaan aneh, sudah jelas kepala Jeongwoo terbeban masih saja ditanyakan 'enggak apa-apa?'.
"Menurut lo?"
"Meninggal."
Lemparan bantal tepat melayang di wajah Junkyu dengan cepat, bahkan pemuda Kim itu tidak sempat menghindar.
"Omongan lo anjir!"
Junkyu justru cengengesan, membuat Jeongwoo semakin kesal dengan pemuda koala ini.
"Eh, Woo. Lo mau tau satu hal gak?" Junkyu mendekat ke Jeongwoo, seperti ada sesuatu hal yang ingin dibisikkan.
"Apaan?"
"Lo sekarang ini di ruang super vvip, hanya orang tertentu yang dapat dirawat disini---"
Jeongwoo membulatkan matanya, pantas saja interior ruang rawatnya tidak seperti ruang rawat rumah sakit biasanya, ini lebih mirip kamar hotel berkelas.
"Akhh, gue pusing. Enggak peduli gue mau vip kek, apa kek, yang penting gue mau tidur sebelum nanti gue bertugas lagi."
Jeongwoo mendesus, kemudian menarik selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal tersebut.
Junkyu hanya mengangkat bahunya sesaat setelah itu ia mengitari ruang rawat inap itu dengan perlahan.
Benar-benar seperti kamar hotel; ada tv, sofa, bahkan kulkas mini yang berisikan buah-buahan dan makanan sehat.
"Woo, lo beneran tidur?" Tanya Junkyu yang kini sudah mulai memakan buah anggur yang berasal dari kulkas.
"Menurut lo?"
"Ok belum."
Jeongwoo menepis selimutnya, pun ia bangkit menjadi duduk untuk menatap kesal Junkyu.
"Haruto tuh sekaya apasih? Gila gue kaga paham lagi."
Junkyu duduk di sofa bahkan pemuda itu langsung menyalakan televisi, persis sudah seperti di rumah sendiri.
"Lo enggak tau Woo? Haruto itu keturunan keluarga Watanabe, dia juga penerus tunggal keluarga Watanabe."
Jelas Junkyu yang kini sudah merubah posisi menjadi rebahan di atas sofa panjang. Benar-benar seperti di rumah sendiri...
"Gila gak tuh, udah gak heran sih kalau dia crazy rich gitu."
Jeongwoo? Masih tidak peduli, ia masih beranggapan bahwa Haruto lelaki gila yang hampir membunuh dirinya.
"Watanabe emang punya apa sih? Sampai tadi keluarin satu miliyar gampang banget gila."
Junkyu terkejut sampai bangkit dari kegiatan rebahannya, pun menatap Jeongwoo yang ada di kasurnya.
"Perusahaan Watanabe itu pengembangan tambang sumber daya bumi, terus ada yang masih disembunyikan, konon katanya itu lebih kuat dari Zat bom atom jika digunakan lebih."
Jeongwoo hanya menganggukkan kepalanya, masa bodo enggak peduli juga.
Ia pun meraih segelas air yang berada si meja sebelah kasurnya, dahaganya kering setelah beribacara terus kepada Junkyu.
"Satu lagi, Haruto bakal masuk polisi unit daerah mulai besok yang artinya dia akan jadi rekan satu team kita."
Byuur.
Air yang baru saja diminum oleh Jeongwoo keluar dari mulutnya, pemuda Park tersebut tersedak mendengar fakta terakhir dari Junkyu.
"YANG BENER AJA?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Balance unlimited - HAJEONGWOO.
Fanfic"Jangan sok kaya lo Watanabe Haruto." "Eh, tapi lo beneran kaya, sih---" ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ Jeongwoo tidak habis pikir dengan Haruto si partner kerjanya itu, saking bergemilang harta Jeongwoo menganggap Haruto gila. Ya bagaimana tidak? Gampang banget H...