Sudah tiga hari Jeongwoo memilih untuk berdiam diri di rumahnya, ia mengambil cuti karena keadaannya tidak bisa dipaksakan. Setidaknya beberapa saat dirinya beristirahat tidak salah kan?
Luka di kepala dan pundaknya kini sudah membaik, selagi tidak banyak gerakan luka tersebut tidak akan kembali berdarah.
Jemari panjangnya terus mengetik di atas keyboard laptop hitamnya, sesekali bergerak guna menggeser mousenya.
Semenjak Mashiho menceritakan fakta tentang Haruto, Jeongwoo jadi semakin penasaran dengan latar belakang sosok Watanabe itu.
Pertama, ia mencari latar belakang keluarga dengan marga Watanabe itu. Kedua, barulah ia berusaha mencari informasi tentang kasus pembunuhan perempuan di apartemen waiji.
Tak banyak yang ia temukan, rasanya internet sekarang benar-benar tidak berguna.
"Kalau dia beneran membayar media sampai benar-benar bersih begini, berarti jumlah uangnya beneran enggak terhingga---bisnis keluarganya disini cuman pertambangan tapi masa iya itu aja?"
Lagi, Jeongwoo mengalami overthinking karena memikirkan satu orang yang terbilang misterius, siapa lagi kalau bukan Watanabe Haruto.
Tangannya terangkat, kini ia mengusak rambutnya secara kasar.
"Shit, kenapa gue jadi pusing masalah beginian. Dahlah, gue ke kantor aja." Menyerah, Jeongwoo memilih bangkit dari duduknya. Pemuda Park itu beranjak guna mengambil jaket merah kesayangan.
Dengan kepala dan pundak diperban, pemuda itu berjalan santai seolah tidak terdapat luka pada tubuhnya.
Pintu rumah terbuka, betapa terkejutnya Jeongwoo kala melihat sosok di hadapannya kini.
"Haruto? LO TAU RUMAH GUE DARIMANA?! Wah, lo stalker ya?? Wah gak bisa gini." Tuduh Jeongwoo tidak-tidak, membuat Haruto hanya menghela nafasnya.
"Saya dapat alamat dari atasan Jihoon. Kamu tidak masuk tiga hari anak kantor pada khawatir."
Jeongwoo hanya ber'oh' saat mendengar penjelasan Haruto, pun terbesit kalimat 'tumben pada khawatir, kemarin Junkyu aja kira gue meninggal' dalam hatinya.
"Ini ada bingkisan dari saya, enggak banyak. Maaf ya sudah buat kamu terluka."
Haruto memberikan satu paper bag, cukup besar, bahkan saat diterima oleh Jeongwoo, pemuda Park tersebut langsung kaget karena mengetahui isinya.
"Enggak banyak gimana, ini banyak ya anjir!" Seru Jeongwoo, bagaimana tidak? Isinya berbagai macam makanan dessert.
"Lo sengaja buat gue diabetes ya?"
Haruto menggelengkan kepalanya, ya tidak mungkin ia berniat begitu.
"Tidak, ngaco banget. "
Jeongwoo kini terkekeh, bahkan sampai menepuk-nepuk pelan pundak sang rekan kerjanya itu.
"Terimakasih ya udah repot-repot, lo mau mampir dulu enggak?"
Gelengan kepala dilakukan oleh Haruto dengan cepat, "Maaf tapi saya masih ada urusan, Woo. Lain kali, ya?"
"Oh yaudah santai aja, niat gue hari ini mau ke kantor tapi kayanya enggak jadi, nanti ini makanan dikuasai Junkyu yang ada."
"Oh begi---"
"Haruto!"
Pekikan suara perempuan berhasil mengambil alih dua pemuda yang berbincang di depan pintu. Kedua kompak menengok ke sumber suara, salah satu diantaranya menatap bingung perempuan tersebut.
"Maaf menganggu waktunya, tetapi Haru harus menghadiri suatu lokasi sekarang."
"Sekarang kah?"
Perempuan tersebut menganggukkan kepalanya, kemudian mendekati Haruto; dia berbisik suatu hal tapat di hadapan Jeongwoo.
Tanpa disadari, Jeongwoo meremas papet bag pemberian Haruto tadi yang kini ia peluk.
"Ah begitu, baiklah. Jeongwoo, saya pamit dulu ya. Besok kamu kerja kan?"
Jeongwoo hanya menganggukkan kepalanya pelan, entahlah ia jadi malas berbicara.
Paham akan maksud Jeongwoo, Haruto pun melirik ke arah perempuan tersebut. Ada kode mata antara keduanya, "Ayo sekarang, Kak Sakura."
Setelah Haruto mengucapkan kalimat tersebut, kedua orang itu melesat pergi meninggalkan Jeongwoo yang masih terdiam di depan pintunya.
Dia dapat melihat jelas keduanya berjalan menuju mobil hitam mewah yang jelas milik Haruto.
"Dahlah, mending gue tidur lagi. Hilang mood gue ke kantor." Itulah ucapan Jeongwoo sebelum pemuda itu menutup pintunya dengan keras, bahkan sampai terdengar suara dobrakan yang menggelegar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Balance unlimited - HAJEONGWOO.
Fanfic"Jangan sok kaya lo Watanabe Haruto." "Eh, tapi lo beneran kaya, sih---" ️️ ️️ ️️ ️️ ️️ Jeongwoo tidak habis pikir dengan Haruto si partner kerjanya itu, saking bergemilang harta Jeongwoo menganggap Haruto gila. Ya bagaimana tidak? Gampang banget H...