Prolog

131 11 0
                                    

Hai, salam kenal semuanya. Selamat datang di cerita baruku. Semoga betah ya. Jangan lupa vote, comment, dan share ke teman-teman kalian. Bantu cerita ini buat masuk rangking 1 fiksi remaja. Aamin ya allah. Doakan ya
🙏
.
.
.

"Walau badai tornado datang atau pun angin puting beliung berhembus, langkahku takkan berhenti untuk mengejarmu"
~Milan Dan Segala kefrustasiannya~

"Walau badai tornado datang atau pun angin puting beliung berhembus, langkahku takkan berhenti untuk mengejarmu"~Milan Dan Segala kefrustasiannya~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siluet tinggi tegap seseorang nampak membayang di tengah-tengah langit yang hampir menggelap. Terhitung sudah enam menit Milan menghabiskan waktunya untuk mengikuti cowok tersebut, akan tetapi kehadirannya bahkan tidak direspon sama sekali. Memohon juga sudah ia lakukan. Namun, hasilnya nihil. Jangankan mengiyakan dan menyetujui permintaan Milan, menoleh untuk melihat siapa lawan bicaranya saja ia enggan lakukan. Arrgh, sesusah ini ternyata menaklukan hati seorang cowok rupanya? Kalau begini bagaimana dengan keberlangsungan misi tersebut? Berulang kali Milan mengacak rambutnya frustasi. Dia seakan kehabisan ide untuk menarik perhatian cowok yang bernama Galang itu.

Perlahan tapi pasti, lagi dan lagi Milan utarakan keinginannya. Gadis berusia tujuh belas tahun lantas mensejajarkan posisinya dengan cowok berahang tegas itu. Giliran air mineral dan bebertapa makanan yang ikut ia tawari. Dan, yup, sedetik kemudian, usaha Milan sepertinya hampir berhasil. Dia menoleh. Menatap Milan dengan pandangan sinis yang jelas terlihat di kedua bola matanya. Lihat saja, bukannya berhenti, cowok berseragam putih abu-abu disertai jas almamater khas murid sma angkasa tersebut malah melanjutkan langkahnya.

"Hey, cowok sombong, lo pikir dengan mengabaikan gue, gue akan berhenti gitu? Sorry, sampai kapan pun gue nggak akan berhenti selama keinginan itu belum tercapai. Camkan itu, Galang Pramudya Arthasena. GUE GAK AKAN BERHENTI!"

Teriakan Milan menggema di seluruh penjuru sekolah. Kekesalnya kini tengah memuncak. Berkali-kali Milan memohon akan tetapi tak ada gubrisan sedikit pun. Baju seragam yang dia kenakan sekarang basah kuyup akibat terpaan hujan. Angin kemudian berhembus kencang menerpa apa pun yang berada di dekatnya. Sama halnya dengan angin, suasana hati Milan yang buruk tak ada ubahnya dengan cuaca.

"Coba aja kalau bisa. Sampai kapan pun gue gak akan mau nurutin permintaan unfaedah lo, Ayra Milantika!" batin Galang menjawab ancaman Milan.

Cowok bertubuh jakung tersebut kini menghilang di balik pintu. Langkah panjang dari kaki jenjangnya, tak Milan dapati lagi. Sia-sia. Itulah kata-kata yang tepat dan cocok menjelaskan kekecewaan yang dirasakan oleh Ayra Milantika. Tau terjadi seperti ini maka dengan tegas Milan menolak keras saran absurd dari sahabat-sahabatnya.

Bersambung....

Ruang Rindu, 08 April 2021

Visual Cast [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang