Jangan lupa vote dan komennya gengs:v
Seluruh anggota begitu khusyuk mendengar penjelasan yang Rania jabarkan. Tak sedikit pun mereka menyela atau berbicara dengan teman di sebelahnya. Begitu juga Milan. Ia dan Risa khusus mendatangi komunitas rumah wattpad dunia nyata sebagai ajang silaturrahmi serta mengikis kebosanan yang kadang melanda.
"Ris, Ris," bisik Milan memanggil Risa yang larut mendengar Rania berbicara. Kali ini materi yang dibawakan founder komunitas rumah wattpad itu adalah bagaiamana cara kita membangun karakter sebuah tokoh dalam tulisan.
Sekian detik berlalu tak ada respon yang berarti dari sahabatnya. Berdehem atau menoleh pun tidak. Milan heran mengapa si gadis jenong sangat serius padahal materi kali ini dikhususkan untuk penulis pemula. Boro-boro menulis, disuruh merangkai kata saja gebetan Rysan itu enggan.
Bohlam di atas kepalanya mendadak menyala terang. Kejahilan muncul seketika. Dengan keras ia memukul punggung Risa yang berbalut jaket jeans. Terkejut, Risa lantas menoleh dan mendelik tajam. Tanpa bertanya lagi Risa sudah tahu siapa pelakunya.
"Apaan sih, Mil. Itu tangan gak bisa tenang banget ya sebelum dikasih duit," ujar Risa berbisik. Ia memakai mode bisik-bisik tetangga agar anggota lain tidak terganggu.
Di depan mereka, Rania masih asyik cuap-cuap. Penulis yang juga memiliki penerbitan semi mayor tersebut sama sekali tidak memperhatikan kedua gadis yang sejak tadi bisik-bisik.
"Tau aja lo. Oh iya Ris, kayaknya rencana yang gue buat nyaris berhasil deh," jelas Milan memberitahu. Risa menganga. Ia tidak menyangka progresnya bisa secepat ini.
"Serius? Terus kayak gimana ceritanya Galang mau nuruti kemauan lo?" Tanpa sadar, Risa meningkatkan volume suaranya. Yang lain terkejut tak terkecuali Nova.
Milan menangkupkan tangan, memohon maaf atas kelakuan bar-bar temannya barusan. "Sorry, sorry, sorry," lirih Milan sangat pelan. Keadaan kembali seperti semula, tetapi iris tajam seseorang kian memindai gerak-gerik interpid girls. Termasuk pembicaraan keduanya.
Ringisan malu hilang terbawa angin. Kini rasa kepo perlahan mendominasi. Risa merapatkan tubuhnya, siap bertanya lebih lanjut.
"Gimana lo bisa seyakin itu? Bukannya Galang selalu nolak ya?"
"Iya sih. Cuma akhir-akhir ini dia udah mulai memperhatiin segala tingkah absurd gue Ris," terangnya membeberkan.
"Itu belum sepenuhnya membuktikan, Mil. Lo perlu berusaha lebih keras lagi. Bukannya lo sendiri yang bilang, Galang itu sekeras karang di lautan? Mau dihantam ombak gimana pun tetap gak akan mempan buat dia ngebuang prinsipnya yang anti sama hal unfaedah."
Tiba-tiba, di saat yang sama suara buku berjatuhan memecah atensi orang-orang. Milan mengelus dadanya terkejut, sementara Risa melirik si pelaku jengah. Dan yang ditatap demikian justru menunjukkan seringaian liciknya.
"Sorry guys kalau buku-buku Nova bikin kalian terganggu. Penerbitan bilang titipin aja dulu di sini sekalian dipaking. Kalian mau kan bantu pakingin biar seribu eksemplar bisa langsung diantar ke ekspedisi. Nova gak mau ngecewain mereka karena telat ngirimnya," ucap Nova syarat akan nada pamer yang kentara.
Mereka bukannya bodoh-bodoh amat hingga tidak tahu apa pun. Buktinya kardus-kardus berisi novel itu anteng-anteng saja di tempatnya sebelum disenggol si mak lampir
Mampus! Panas-dingin, panas-dingin deh lo di tempat dengar gue berhasil ngedeketin Galang.
****
Nova, Nova, dan Nova. Akhir-akhir ini rutinitas Milan acapkali berkaitan dengan cewek caper itu. Mati-matian ia mencoba sabar meski terkadang rasa jengkel selalu menggerayangi. Tapi, hal itu sepertinya tidak perlu dilakukan karena semakin lama Milan meruntuhkan kesombongan Aldira Nova maka bertambah tajamlah sindiran yang dilemparkannya. Tuhan benar-benar menguji kesabaran umatnya yang satu ini.
Milan merebahkan diri selepas melempar slinbag serta ponselnya ke kasur. Bermain ponsel dengan posisi sedemikian rupa ternyata agak menyusahkan. Terpaksa Milan menaikkan posisi bantalnya agar mudah menatap layar. Lanjut ia mengklik aplikasi yang nyaris tidak pernah tersentuh selama seminggu. Sibuk mengejar dan membujuk Galang menyebabkan Milan melupakan kegiatan favoritnya.
"Aaah ... Akhirnya .... Udah lama banget gak baca wattpad," ujar putri Damar sembari merenggangkan otot-ototnya. Layar lcd tersebut tak luput Milan ciumi karena terlanjur bahagia.
Telunjuk kanannya menscrol sampai ke bawah, mencari cerita favorit yang sudah lama tidak ia baca. Milan yang kadar kewarasannya di bawah rata-rata lantas bangkit dan joget-joget di atas kasur. Sekian lama menunggu akhirnya dengan baik hati sang author Look At Me memublikasikan bab baru. Ia tidak mempedulikan ponsel yang saat ini berada di genggaman.
"Akhirnya yang ditunggu-tunggu update juga. Luv-luv buat authornya," jerit Milan kesenangan. Cerita bergenre romansa misteri itu kerap menyuguhkan plot menarik, yang tentunya menantang saat dibaca.
Puas berselebrasi, atensi Milan sepenuhnya terfokus ke benda elektronik itu saja. Pupil matanya terbelalak kaget kala melihat cerita yang dua bulan ini ia simpan menghilang di perpus.
"Dasar jari sialan! Ngerusak kesenangan gue aja. Gak senang banget lihat orang bahagia." Omelannya tentu tak membuahkan hasil apa-apa. Terpaksa ia mengetik Look At Me di kolom pencarian. Semua cerita berjudul sama terpampang. Helaan napas lelah saat Milan menelisik satu per satu judul yang muncul.
Putaran bola mata malas muncul ketika murid kesayangan Pak Rival membaca cerita yang menurutnya tidak menarik tapi berada di rangking paling atas. ia membaca sekilas cerita-cerita itu maka bisa memberi komentar yang terbilang julid.
"Hadeh, cerita gak jelas kayak gini bisa masuk rank lima. Giliran Look At Me yang jelas-jelas bagus malah ada paling bawah. Kayaknya gue perlu protes nih sama pihak wattpad minta Look At Me di rank satu," gerutu Milan sambil tepuk jidat. Saking cintanya dengan Look At Me kegilaannya muncul ke permukaan.
Selesai mengucapkan kalimat ngelindur itu barulah cerita yang ia cari-cari ketemu. Buru-buru Milan menambahkan ke perpustakaan kemudian membacanya usai mematikan data. Satu lagi yang patut Milan laporkan, yaitu iklan. Kalau satu dua tidak masalah, ini ketika lagi enak-enak baca harus terjeda sebab iklan kurang ajar.
Detik selanjutnya Milan seolah tertarik ke dunia imajinasi. Cerita berjudul Look At Me sungguh membuatnya lupa waktu. Milan sengaja membaca dari awal agar terasa seperti marathon. Hitung-hitung melepas rindu akibat sudah lama tidak berhalu ria di wattpad.
Jari telunjuk kanan serta kirinya bertengger manis di pelipis. Bola mata lurus memandang ke depan. "Sepertinya gue mendapat ilham dari cerita ini."
Draft usang yang telah lama bersemayam di note mulai ia buka. Kini jari-jari itu menari lancar di atas papan ketik. Daebak, nyaris dua ribu kata sukses ia tulis.
I proud of you, Galang, karena membayangkan wajah tampanmu, aku jadi lancar jaya merangkai kata demi kata. Batin Milan tersenyum sumringah.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Visual Cast [On Going]
Teen FictionSebagai seorang wattpaders sejati, mendapatkan banyak pembaca itu adalah hal yang paling diidam-idamkan oleh setiap penulis di dunia orange. Begitu juga yang dialami oleh Ayra Milantika saat ini. Siswi dari Sma Taruna Bangsa itu bahkan iri dengan pe...