Bab 19: Cerita Gio

13 6 0
                                    

Jika suka, harap dipencet bintangnya, Jika banyak kesalahan, mohon kritikannya
Jika bagus untuk dibaca, tolong share-annya ke teman-teman kalian.

Sembilan inning terlampaui begitu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sembilan inning terlampaui begitu cepat. Pukulan telak dari batter makin mempersengit pertandingan. Sudah beberapa kali timnya melalui home plate dan selama itulah skor demi skor tercetak indah. Tatapan elang Gio seringkali sukses meruntuhkan pertahanan rival.

Tentu tak lupa kelihaian Galang dalam memprediksi arah kecepatan bola. Sengat matahari tak menyudahi latihan antar tim baseball Sma Angkasa. Tiada kata lelah bagi mereka untuk kegiatan yang satu ini. Banjir keringat pun menjadi nuansa paling dinantikan. Lapangan khusus itu tak seramai biasanya sebab jam sekolah yang telah usai.

"Mantap mas bro. Kalau lo gini terus mungkin turnamen yang akan datang bisa kita menangin lagi," seru Revan menepuk pundak Gio. Laki-laki berambut jabrik itu tak lupa bertos ria dengan Galang. Walau posisi mereka di rolling, ternyata tak mempengaruhi performa anggota tim. Semuanya tampak bersemangat.

"Entahlah, Van. Gue rasa Gio emang lagi happy makanya dia super energik kali ini. Si Ringgo aja minta setim sama kita. Padahal tim adek kelas gak kalah bagus." Galang menimpali ucapan rekannya. Cowok itu pun sama. Ia memuji ke-energikan Gio.

"Eh Yo, Kau benar-benar buat aku lelah. Kan aku dah bilang mas bro, santai aja mainnya. Terpaksa kukerahkan tangan gempalku ini buat mukul bolanya." Ringgo yang tiba-tiba datang ikut nyeletuk. Antara tidak terima dan senang. Tidak terima karena cara main yang terlalu menguras tenaga dan senang melihat keseruan mereka siang ini.

"Sorry, Nggo. Gue emang lagi semangat banget mainnya. Lo mau tahu kenapa?"

"Nanti aja kita bicarain itu. Gue mau tanya sesuatu sama lo." Revan menyela sebelum Ringgo menjawab.

"Boleh. Mau nanya apa emangnya?" Gio fine-fine saja ketika pertanyaannya dialihkan. Ia kadung bahagia untuk merusak suasana hatinya sendiri.

"Waktu pas kita main dan gak sengaja mecahin kaca kelas, lo kabur kemana? Sumpah ya gue rasanya pengen pites-pites lo saat itu juga kalau ketemu. Udah salah tapi gak bertanggung jawab."

Revan akhirnya mengeluarkan unek-unek yang ia pendam. Semenjak kaburnya Gio, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Revan jadi kesal sendiri. Untung masalah ini tidak sampai ke telinga kepala sekolah. Kalau iya, tamatlah riwayah kesembilan cowok mempesona itu. Mereka mungkin akan dilarang mengikuti pertandingan. Yang lebih parahnya lagi ekskul baseball mungkin akan ditiadakan.

"Maaf deh buat yang waktu itu. Sumpah gue takut banget apa yang dibilang sih Kevin kejadian. Soalnya kan sebentar lagi kita mau tanding, gak mungkinlah gara-gara ulah ceroboh gue kita semua gagal ikut pertandingannya."

"Terus??" Ringgo yang kepo mendekatkan telinga dan wajahnya. Pertanyaan ini pun bercokol di benak pemuda batak itu sejak seminggu yang lalu.

"Ya, gue memilih buat bolos dong. Dan lo tau apa yang terjadi setelah itu."

Tanpa menjawab secara lisan, Revan menaikan alisnya. Ia cukup bertanya lewat gestur tubuh. Sebenarnya malas membahas masalah yang telah lalu.

"Gue ketemu sama cewek. Mana baik banget lagi orangnya. Dia yang nolongin gue buat kabur. Kalau gak ada dia mungkin gue udah dipanggil juga ke Bk."

"Iya, lo emang gak dipanggil ke Bk, tapi kita semua yang kena. Untung Galang ngasih solusi dan alasan yang cepat. Kalau gak benar-benat tamat riwayat kita," cerocos Revan sebal, sementara Galang diam saja. Prinsipnya, yang lalu biarlah berlalu. Tidak perlu dikenang atau pun diungkit-ungkit.

"Yo, kau serius ketemu cewek?" Tanya Ringgo lagi. Kekepoannya belum sirna jika yang jadi bahan obrolan belum dikupas tuntas.

"Iya, Nggo. Walaupun dia awalnya ngirain gue penyusup, tapi gue bodoamat aja waktu itu. Yang penting bisa selamat. Tu cewek bikin ketawa. Dia kocak banget. Tipikal cewek nggemesinlah." Gio senyum-senyum sendiri mengingat pertemuannya dengan siswi Tunas Bangsa itu. Gio pun berharap dapat bertemu lagi dengannya.

"Kesambetnya kau Giovinash? Pake senyum-senyum segala kayak orang gila. Jangan-jangan kau jatuh cinta ya sama tu cewek. Hayo, ngaku, iya, kan?" Godaan si anak batak terlontar. Diantara yang lain, cuma Ringgolah yang gemar menggoda teman-temannya dalam segala kondisi dan situasi.

Obrolan mereka terinterupsi kala suara pelatih bergema. Lantas keempat cowok berbeda karakter tersebut melangkah pergi. Melupakan sejenak topik pembicaraan tentang perempuan yang Gio ceritakan.

Bersambung....

Langit Jingga, 26 April 2021


Visual Cast [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang