Bab 43: Kecewa Untuk Yang Kedua Kalinya

6 1 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Sontak semua pasang mata dibuat tercengang kala melirik dua anak manusia yang entah mengapa tampil serasi pagi ini. Dilihat dari ujung kepala hingga kaki penampilan keduanya sukses menyita perhatian. Oh, jangan lupakan jari-jari mereka yang saling bertaut sejak memasuki halaman sekolah.

Sebagian adik kelas menganga lebar serta terpelongo menyaksikan keromantisan yang Rysan perlihatkan. Senyum sempurna tercetak di bilah bibirnya. Namun, berbeda dengan sang gadis. Milan yang dijadikan partner kehebohan hari ini tampak mengerucutkan bibir. Awalnya ia kesal tapi lama-kelamaan dirinya legowo berkat bujukan si ketua gc.

Toh, gara-gara ide gila musuh bebuyutannya itu, ia dapat tebar-tebar pesona tanpa henti. Lebih-lebih hari ini adalah momen spesial bagi mereka. Usaha mati-matian yang dilakukan Rysan serta Milan membuahkan hasil. Dan sekaranglah waktu yang mereka tunggu-tunggu tiba.

"Mil, ingat lo jangan-jangan malu-maluin pas maju ke depan. Penampilan lo itu harus elegan!"

"Ya, ya, ya," jawab Milan ogah-ogahan. Dengan kurang ajarnya anak gadis Damar mengorek-ngorek kupingnya menggunakan kelingking, berlagak bodoamat akan petuah tak jelas milik Rysan.

Rysan menghela napas panjang. "Emang lo mau kalah pamor sama Putri yang elegannya melebihi ratu kerajaan inggris?"

Milan kontan melotot. "Jangan samain gue sama dia! Gue mah bisa lebih elegan dari itu cuma lo aja yang enggak tau. Lo kan manusia kudet yang hidup di zaman glasial."

"Masih mending zaman glasial. Lha lo hidup di masa pra aksara. Hidupnya berdampingan sama manusia purba." Rysan tertawa kencang mengatai gadis di sampingnya ini tapi semua terhenti ketika Bu Yumna mendelik tajam.

Rysan yang kebetulan ingin caper ke seseorang terpaksa diam dan pura-pura tidak tahu. Image murid teladan tengah cowok badung itu terapkan agar sang gebetan tahu seberapa mempesonanya ia sebagai cowok. Bukan cuma tahu caranya membuat kehebohan dan keonaran, sementara Risa memandangi Rysan lekat kentara sekali muak melihat tingkah sok cool-nya.

"Lo tu hidup di zaman megalitikum!" balas Milan tak kalah telak. Setelahnya suasana berganti riuh tepuk tangan saat siswa perwakilan kelas sepuluh maju untuk serah terima piala.

Ucapan selamat dari guru-guru mengiringi kehebohan siswa kelas sepuluh saat teman mereka memegang piala beserta piagam. Bu Yumna yang tampak berlebihan dalam memberi selamat mengundang cibiran ketua gc. Tadi saja ia dipelototi, eh sekarang guru akidah akhlak tersebut menampilkan senyum paling ramah.

Kini michropon berpindah tangan. Selembar kertas berisi nama-nama murid yang menyabet piala di perlombaan antar sekolah se-Dki telah erat dalam genggaman Bu Yumna. Alamat mereka akan berdiri lebih lama di lapangan.

Sejujurnya, Rysan tidak sabar menunggu giliran namanya disebut, tetapi kelihatannya guru kesayangan para pentolan sekolah itu nampak enggan menuruti keinginan yang Rysan ucapkan dalam hati.

Bu Yumna menghela napas panjang. "Jujur, ibu sebenarnya agak gak percaya dengan satu nama ini, tapi berkat prestasi yang dia sumbangkan untuk sekolah, membuat seluruh jajaran guru dan staf bangga. Dan kalian pasti tahu siapa yang ibu maksud," urai wanita gempal itu memperlama waktu. Namun, tak ada satu pun yang protes.

Mereka justru tidak sabar ingin bersorak kencang ketika orang yang Bu Yumna maksud dipanggil ke depan. "Ya, sekolah kita memenangkan lomba story telling antar sma se-Dki yang kebetulan diwakilkan ananda Rysan Adrino dan ananda Ayra Milantika. Silahkan maju Rysan dan Milan," sambung Bu Yumna bersama wajah cerahnya. Meskipun Rysan dan Milan kerap membuat kepalanya berdenyut tapi kali ini mereka berdua berhasil mengharumkan nama sekolah.

Sorakan paling kencang berasal dari anggota gc comppany, interpid girls, dan ciwi-ciwi kelas sepuluh. Bu Arana yang menjadi wali kelas tersenyum lebar. Ia bangga atas prestasi kedua murid kesayangannya. Rysan pun maju. Tentu dengan pembawaan cool yang menyebabkan adik kelas berteriak heboh.

Rysan yang mendapat atensi lebih tapi malah Milan yang melambai-lambai layaknya Miss Indonesia. Kiss jarak jauh tak luput ia layangkan. Melihat kepedean Milan yang tidak ada habisnya mengakibatkan cowok-cowok penghuni tubas bersiul alay.

"Emang gak ada malunya si Milan. Salut gue."

"Namanya juga Milan. Macam gak tau aja lo."

"Yoi. Emang klop bangetlah tu anak sama Rysan. Makanya satu sekolah pada heboh sendiri. Pake acara hoodie-nya couple-an segala lagi."

"Alah, itu strategi ajanya supaya Risa mau ngelirik bos Jom kita."

"Apaan coba bos Jom?"

"Bos Jomblo."

Tawa berderai pecah di tengah-tengah kalangan gc comppany. Mereka tergelak membahas bosnya. Untung si ketua gc tidak mendengar karena terlalu fokus dengan kegiatan di depan sana. Tapi, tenang Rysan mode baik akan acuh tak acuh bila dijadikan bahan bercandaan.

Milan makin melebarkan senyum saat diminta berfoto. Ia merasa seperti artis yang memiliki banyak fans. Rysan yang masih jaga image spontan menginjak kaki Milan. Gadis bertubuh minimalis itu meringis pelan diikuti beragam rutukan yang terlempar keluar.

"Ganti posisi ya? Sekarang bagroundnya teman-teman kalian," seru Pak Hendry selaku kepala tata usaha yang seringkali dimintai mengabadikan momen di setiap acara.

Dua murid berbeda kelamin tersebut menurut. Mereka berbalik dan dengan sekali jepretan keduanya terpotret cantik tengah memegang piala serta sertifikat.

"Oke, sipp. Terimakasih ya."

"Gak nambah lagi nih fotonya, Pak. Padahal di rumah tadi, saya udah nyiapin banyak pose. Siapa tahu kan di masa depan saya jadi artis terkenal, nanti Bapak bakal susah lho buat foto bareng sama saya."

Pak Rival tertawa kecil. Murid kurang waras semacam Milan memang memiliki tingkah diluar nalar. Saat teman-temannya puas hanya sekali berfoto maka ia tidak. Guru-guru lain pun tahu mengenai sikap ketua interpid yang kadang sulit ditebak.

"Sudah cukup ya, Milan. Teman-teman kamu nanti berdiri kelamaan di sana. Kan kasihan."

"Yah, si bapak gak seru! Enak-enak jadi artis dadakan malah diusir."

Terlanjur malu, Rysan kemudian menarik tangan Milan. Mereka kembali ke barisan. Kakak serta adik kelas yang namanya turut dipanggil menahan tawa menilik ekspresi Milan. Gadis itu berdiri tidak tenang. Semacam cacing kepanasan. Rysan mengelus dada, banyak bersabar mempunyai teman kurang waras.

Sekembalinya Milan dan Rysan tadi, Bu Yumna kembali memanggil siswa-siswi yang berhasil membawa piala untuk sekolah.

"Dan untuk dibidang keagamaan, sekolah kita kembali diharumkan lewat prestasi yang teman kalian raih. Ibu persilahkan kepada ananda Arvano serta ananda Putri Rani untuk maju ke depan, mengambil piala dan sertifikatnya."

Gemuruh tepuk tangan membahana ke seluruh penjuru sekolah. Mereka semua nampak bersemangat ketika nama dua sejoli jurusan agama diminta maju. Dengan anggun Putri maju disusul Vano di belakangnya. Milan masih memperhatikan. Sisi cemburunya mulai timbul detik ini saat mengetahui pujaan hatinya berfoto dengan cewek lain. Milan memonyongkan bibir tanda tidak suka atas penampakkan di depan sana.

"Selamat, Nak. Kalian berdua gak pernah mengecewakan sekolah. Ibu harap kalian bisa mempertahankannya ya."

"Gak pernah nge-cewain sekolah, tapi sering ngecewain hati gue," lirih Milan menangis dalam hati.

Bersambung...

Visual Cast [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang