Bab 51: Senang Tiada Tara

8 2 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Habis senang terbitlah sengsara, habis haha-hihi tertimpalah derita. Agaknya Perumpamaan tersebut sangat cocok mendeskripsikan kemalangan Milan. Cemberut di bibirnya bahkan tak kunjung sirna tiap kali mengingat sepenggal kalimat menyebalkan yang Galang lontarkan.

Sialnya, lusa betul-betul datang begitu cepat. Wajah murung cewek berambut lurus itu makin bertambah kala menilik pemuda yang dalam kesempatan ini tampak shining, shimmering, dan splendid.

Umpatan dari segala umpatan tak luput mulut beo-nya absen. Si Raja Babi memang jelmaan Astharot versi manusia. Tampang boleh bak malaikat, tapi tidak untuk kelakuannya.

Duduk di bangku penonton bulir bening sebesar biji jagung lantas mengalir deras di dahinya. Lelah bercampur sebal kentara mendominasi. Terlanjur menuruti perkataan si bos besar, terpaksa ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk diperbudak.

Eksistensi ponsel mahal keluaran Apple inc lekat berada dalam genggaman. Mendadak imajinasi liarnya menjajal sebuah ide briliian nan cemerlang. Bagaimana kalau ponsel mewah ini ia giveaway secara cuma-cuma? Pasti luar biasa sekali. Anggaplah pembalasan dendam atas segala sikap menyebalkan pemuda itu.

Sayangnya, itu cuma angan-angan belaka. Mana tega Milan menilik ekspresi memelas Galang yang serupa gembel minta dikasihani. Sontak semburan tawa keluar tatkala ia membayangkannya. Dalam sekejap perhatian orang-orang sekitar tertuju ke satu titik.

"Hadeh, nih mulut bikin malu aja." Tak ingin atensi publik terus menyorot, secepat kilat Milan mengalihkan retina beningnya ke papan skor yang bertengger.

Senyum sempurna timbul saat mengetahui tinggal satu inning masa perbabuannya bakal berakhir. Sibuk merutuki Galang membuat Milan tidak sadar waktu bergerak sangat cepat. Rasanya ia ingin salto-salto girang karena terlalu gembira.

Euoforia penonton santer memenuhi seisi stadion. Gegap gempita terasa jelas saat persaingan sengit mewarnai pertandingan antar dua tim. Di lapangan berbentuk bujur sangkar itu, Galang tak henti-hentinya berlari mengejar bola. Ketengangan makin menjadi-jadi saat Galang terjatuh di detik-detik terakhir. Tetapi, semua berubah dalam sekejap. Papan skor berganti angka bersamaan dengan tiupan pluit tanda berakhirnya pertandingan. Sementara di tribun penonton, Milan bersorak heboh seumpama cacing kesiram air comberan.

***

Kemeriahan yang tercipta belum sepenuhnya mengusai. Keberhasilan yang anak Angkasa raih sontak mengegerkan seisi ponsel. Oh tentu, sebagai tetangga yang baik jelas Milan akan mengumumkan kabar gembira ini ke sepenjuru negeri. Berkat koneksi Rosa Zalianty, si lambe-lambean sekolah, satu angkatan pun tahu. Banyak ucapan selamat yang mereka hadiahkan. Terlebih ciwi-ciwi centil pemuja cogan yang tak kalah heboh memberi komentar.

Kesempatan langka ini tak luput Milan abadikan. Whatsapp serta instagram-nya penuh oleh penampakkan stadion dan keadaan sekitar. Selfie dua jari terpampang cantik di layar berukuran tiga inc itu. Milan tertawa puas melihat aksi nyelenehnya. Kapan lagi bisa seenak udel menggunakan ponsel Galang yang seharga motor matik.

Visual Cast [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang