Gita menyusuri lorong. Tidak ada mata yang tidak lepas memerhatikan wajah cantiknya. Mereka semua memuji dirinya seperti bidadari milik Argantara. Namun, langkah Gita memelan ketika ada tiga orang cewek mengobrol buruk tentangnya.
"Dia itu pacarnya Alankaa, tapi kayak nggak dianggap gitu," bisik cewek itu.
"Alankaa pernah nembak dia?"
"Pernah. Katanya pas di kelas saat jamkos gitu."
"Nggak dianggap gimana sih? Nggak konek otak gue."
"Kalau dari visual gue sama yang lain, si Alankaa lebih nempel sama Sea. Dikit-dikit Sea yang di samping Alankaa. Giliran si Gita jarang aja gitu gue lihatnya sama si Alankaa."
"Mungkin Alankaa sukanya yang agak tomboy-tomboy kayak Sea mungkin?"
Gita meremas roknya. Ia kembali melajukan langkahnya keluar dari gerbang sekolah. Kenapa Gita ingin sekali membenarkan hal itu? Ia merasa apa yang dikatakan cewek itu benar adanya, tapi ia berusaha untuk mengelak. Tampak Alankaa di seberang sana sedang berkumpul dengan anggota Geng Ollux. Gita harus menemui Alankaa dan lebih dekat dengan cowok itu.
"Eh si Nyonya Arcturus!" goda Bromo tersenyum jahil kala Gita mendekat ke mereka.
"Hai," sapa Gita.
Alankaa menepuk bangku sampingnya, meminta Gita duduk di sini.
"Mau makan?" tawar Alankaa.
Gita menggeleng. Ia menyodorkan sebuah kotak kepada Alankaa. "Selamat ulang tahun, Sayang. Sebenarnya ... gue mau kasih ini tadi di sekolah, tapi lo lagi sibuk sama Sea," tutur Gita dengan senyuman terpaksa.
"Makasih, Yang." Alankaa mengacak rambut Gita gemas.
"Yang, gue mau cerita," ujar Alankaa setelah memyeruput es tehnya.
Gita dengan antusias membuka telinga untuk mendengar cerita Alankaa. Jarang sekali Alankaa ingin berbagi cerita kepadanya. "Cerita aja. Lo mau cerita tentang apa?"
Alankaa menerawang ke langit biru berawan. "Tentang Sea."
Bahu Gita melemas begitu saja. Sungguh, kenapa mulut Alankaa tidak pernah bisa berhenti untuk tidak menyebut nama cewek itu.
"Sea kemarin suka banget sama hadiah pilihan lo. Awalnya sih dia nolak, karena dia belum ngasih hadiah ke gue. Gue maksa, jadi mau deh. Oh iya, karena gue terlalu semangat mau ke rumah tuh cewek, gue sampai pakai sepatu hak tinggi! Entah itu milik mak gue atau adek gue."
Alankaa lupa kalau ada anak-anak OLLUX yang mendengarkan ceritanya. Mereka berteriak histeris.
"Inilah yang dinamakan my stupid boss!" celetuk Woo.
"Gak bisa bahasa enggres!" balas Dimas dan Jengjeng bersamaan.
Alankaa memutar bola matanya malas. Pendengarannya beralih kepada Bromo yang tertawa sendiri tanpa bersuara.
"Ini kenapa pula?" Alankaa menunjuk Bromo.
Bromo menahan tawanya untuk berbicara, "Maaf, otak gue traveling. Ngebayangin kaki lo dengan hak tinggi, ahahaha!"
Alankaa menampar mulut Bromo. Walau tidak terlalu keras, Bromo masih bisa merasakan perihnya. Woo mendekat pada Alankaa.
"Kayaknya lo jadi cewek cantik deh, Bos. Rasanya mau gue gebet!"
"HEH!" teriak mereka bersamaan mendengar pernyataan Woo. "Tidak berpericowokan!" tambah mereka.
Woo meringis tanpa merasa berdosa. Ia mendorong Gita untuk memberinya ruang duduk di samping Alankaa. Untung sabar si Gita. Woo menumpukan tangannya di atas bahu Alankaa. Ia beraksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku di Sini, Se!
Fiksi Remaja[ Selamat bengek eh- Selamat membaca ] ⚠️❗CERITA INI MENGANDUNG UWU-UWUAN, UNSUR BENGEK NGIK-NGIK, KEKERASAN, DAN KATA-KATA KASAR. JADI PEMBACA YANG BIJAK! ⚠️❗DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA INI! BERKARYA DENGAN SUCI! ..... "Dikala hati telah patah...