Chapter 10

26 2 2
                                    


“ hiks….o-onegaih….hiks….dare n-ni mou tasukete hiks kudasai you!”

teriak seseorang yang sudah terikat erat di sebuah kamar besi.

Kamar itu dipenuhi dengan kegelapan dan kedinginan. Bahkan, siapapun yang menginjakan kakinya di dalam sana pasti tidak akan kuat berlama-lama.

Karena, ruangan itu hanya dipenuhi dengan tengkorak dan darah para mayat yang sisa. Bau anyir, dan bau bangkai adalah pengharum ruangan ini.

Ditambah, dengan suara isakan tangis dari seseorang yang baru saja menjadi sandera tersebut.

Ia tak ada henti-hentinya meronta dan berusaha untuk melepaskan tali besi yang mengikatnya.

Tetapi, karena tali itu terbuat dari besi, maka tidak mungkin orang ini dapat keluar ataupun terbebas dengan tangan kosong.

Terlebih, tenaganya sudah ia keluarkan untuk menangis dan berteriak berharap ada seseorang yang dengan niat baik tentunya dapat membantu dirinya untuk keluar.
Tiba-tiba, dari beberapa lubang kecil, masuklah cahaya kedalam ruangan itu.

Seseorang itu seketika berhenti meronta. Ia kemudian menghela nafasnya.

“ apa,…ini sudah pagi? Rucell….aku yakin dia pasti mengkhawatirkan diriku. Sungguh, ternyata Maou-sama ini memang membutuhkan pengawal merah….”

( pengawal merah disini yang dimaksud You )

ucap Shun—sang sandera sambil menatap kosong cahaya yang mengenai gaunnya itu.

Jika dilihat dengan cermat, kini pakaian putih Shun sudah ternodai darah dan debu. Beberapa sobekkan di baju, dan beberapa luka yang dia dapat.

Shun tak menyerah, hanya saja ia sudah menghabiskan tenaganya. Ia lelah…dan, entah mengapa mata Shun bisa terpejam begitu saja.

.
.
.

~Shun POV~

“ Shun-chan….Shun-chan….ayo bangun, kita sudah hampir sampai.” Ucap seseorang yang berhasil membuatku terusik.

Dan, beberapa tepukan dipipiku yang membuat mataku perlahan-lahan mulai terbuka.

‘eh?’

batinku setelah membuka mata.

Seseorang yang pertama kali kulihat adalah seorang wanita cantik dengan surai kuning-kecoklatan dan mata Lime lentiknya.

“ m-mama?” ucapku tak percaya.

Seorang wanita itu menatapku dengan lembut dan tersenyum.

“ ara….apa Shun-chan masih belum sadar?” ucap wanita itu sambil mempoisikan tubuhku untuk duduk di pangkuannya.

“ Shun-chan, eum, kira-kira apa ya yang papa mu inginkan?” ucapnya lagi kali ini ia mengusap suraiku dengan lembut.

‘ bagaimana bisa? Mama…dia sudah…apa ini? Ini mimpi bukan?’ pikirku.

Wani—mama yang sepertinya tak mendapat jawaban dariku’pun menangkup kedua pipiku.

“ Shun-chan?” tanyanya.

Aku kembali menatap wajahnya dan kemudian aku berusaha untuk tersenyum di depannya.

“ Shun…-chan, anata wa daijoubu? Mah, jika kamu masih lelah, kita pulang saja.”

“ ne…mama, Shun wa ne, daijoubu desu.” Ucapku.

Mama’pun hanya mengangguk dan mendudukkan ku kembali pada kursi di sebelah.

Lelaki Bertubuh Gadis ( Tsukiuta )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang